Harga-harga Komoditas Tambang

Bagi anda yang doyan main saham pertambangan atau logam tertentu, anda pasti sudah tahu bahwa harga saham di bursa kita sangat mudah dipengaruhi oleh harga komoditas yang menjadi dagangan utama perusahaan tersebut. INCO, misalnya. Harga saham perusahaan produsen logam nikel ini sudah naik lebih dari 70% sepanjang setahun terakhir, tak peduli meski harganya sebenarnya sudah selangit sekalipun. Kok bisa? Well, itu mungkin karena harga nikel pada hari ini sudah berada pada level US$ 25,650 per ton. Hari ini, setahun yang lalu, harga nikel masih berada di kisaran US$ 12,000 per ton, itu berarti sudah naik 114%! Itu nikel, bagaimana dengan logam lainnya?

Indonesia merupakan negara produsen tiga jenis logam, yaitu tembaga, nikel, dan timah. Indonesia sebenarnya juga menghasilkan beberapa logam lain, seperti besi, bauksit, alumunium, timah hitam (lead) dan seng (zinc), namun volume produksinya tidak sebanyak tiga logam yang disebutkan pertama. Dalam hal logam mulia, Indonesia juga merupakan salah satu produsen emas terbesar di dunia. Tambang emas Grasberg di Papua sana yang dimiliki oleh Freeport, kemungkinan besar merupakan tambang emas terbesar di dunia.


Perusahaan produsen tembaga terbesar di Indonesia adalah Freeport Indonesia, yang sayangnya tidak listed di IDX. Kalau nikel? INCO. Timah? TINS. Emas? Freeport lagi. Lalu ANTM? Sesuai namanya ‘Aneka Tambang’, ANTM memproduksi berbagai macam barang tambang dan tidak fokus untuk memproduksi logam tertentu. Biasanya mereka hanya menggali logam yang kebetulan harganya lagi mahal. Karena akhir-akhir ini harga nikel yang lagi booming, maka ANTM pun ikut-ikutan menggali nikel.

Bagaimana dengan harga tembaga? Saat ini harga tembaga berada di level US$ 7,175 per ton, naik sekitar 60% dari harga setahun lalu dikisaran US$ 4,500 per ton. Pada pertengahan april lalu, harganya sempat hampir menyentuh US$ 8,000 per ton, namun kemudian terkoreksi. Entah ada hubungannya atau tidak, harga ANTM pada pertengahan april lalu juga mencapai puncaknya pada 2,575, sebelum kemudian terkoreksi menjadi sekarang tinggal 2,225.

Timah? Nah, kalau logam yang satu ini, pergerakan harganya sedikit lebih rumit. Hari ini harganya adalah US$ 18,080 per ton, namun hanya beberapa hari yang lalu sempat diatas US$ 19,000 per ton. Dalam beberapa bulan terakhir sempat kadang-kadang jeblok gila-gilaan sebelum kemudian naik untuk balik lagi ke posisi harga semula. Namun secara keseluruhan harga timah juga naik cukup banyak dalam setahun terakhir. Setahun lalu harga timah masih dikisaran US$ 14,000 per ton (naik sekitar 30%). Bagaimana dengan harga TINS di bursa? Pergerakannya dalam setahun ini juga sama nggak jelasnya, naik turunnya tergolong super-drastis namun secara keseluruhan menguat sekitar 60%.

Harga emas dalam setahun terakhir menguat 29.6%, dari US$ 901.6 per ounce menjadi US$ 1,168.6 per ounce. Harga emas sempat menyentuh posisi tertinggi US$ 1,217.4 per ounce pada desember 2009 kemarin. Saya pikir kalau saja Freeport Indonesia terdaftar di IDX, pergerakan harga sahamnya pasti heboh nih, soalnya emas adalah salah satu komoditas yang harganya sangat mudah berubah-ubah setiap saat seperti harga minyak.

Lalu apa sebenarnya yang membuat rata-rata harga logam menguat selama setahun terakhir ini? Tentunya karena perkembangan ekonomi global yang semakin positif selama setahun terakhir. Dan (untungnya) Indonesia termasuk didalamnya, sehingga IHSG kita cepat pulih pasca krisis global 2008 lalu. Well, sebenarnya pemulihan keadaan ekonomi kita tidak sebagus itu, hanya IHSG-nya saja yang naik cepat. Soalnya jika dilihat dari indikator-indikator ekonomi makro seperti misalnya pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi kita masih dikisaran 5-6% setahun, masih lebih rendah dari target pemerintah sebesar 7% setahun.

Jika anda perhatikan, harga-harga saham yang sudah disebutkan diatas termasuk mahal dibandingkan dengan saham-saham lain di IDX, jika dilihat dari sisi fundamental. Mengapa bisa begitu? Karena investor kita mudah dipengaruhi oleh hal-hal yang sifatnya ‘futures’. So, valuasi dari saham-saham tambang biasanya dinilai berdasarkan harga komoditas yang menjadi dagangan utama perusahaan tersebut di masa mendatang. Misalnya, harga INCO saat ini bisa dikatakan wajar jika dilihat dari harga nikel yang bisa menembus US$ 30,000 dalam beberapa waktu kedepan (padahal belum tentu, bisa aja malah turun). Meski cara penilaian harga wajar saham ini sebenarnya nggak wajar, namun ini sudah menjadi hal yang biasa di IDX.

Kita akan membahas mengenai harga minyak bumi, batubara, gas, dan CPO pada kesempatan lainnya.

Komentar

Anonim mengatakan…
Bagus article2 nya Bro. Keep posting.
Helen
Anonim mengatakan…
Bro, brp hr ini timah drop terus. Keknya hr ini penurunannya uda terbatas ya. Gimana nurut bro?

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham