Berau dan Benakat, Ternyata?

Dilihat dari volume produksinya pada tahun 2009, Berau Coal Energy (BRAU) adalah perusahaan batubara terbesar keempat di Indonesia, setelah gabungan antara Arutmin dan Kaltim Prima Coal (Bumi Resources), Adaro, dan Kideco (Indika Energy). Pada 2009, Bumi Resources mencatat volume produksi batubara 57 juta ton, Adaro 41 juta ton, Kideco 25 juta ton, dan BRAU 14 juta ton. BRAU lebih besar dari Indominco Mandiri (anak usaha Indo Tambangraya, 12 juta ton), dan PT Bukit Asam (11 juta ton). Pertanda BRAU ini adalah perusahaan batubara yang serius? Seharusnya sih demikian.

IPO BRAU jelas sangat diperhatikan oleh pasar karena target perolehan dananya cukup besar, yaitu sekitar Rp 2.7 trilyun (belakangan direvisi menjadi hanya Rp 1 trilyun, tapi tetap saja besar). Jumlah saham yang dilepas juga banyak, mencapai 7 milyar lembar, sehingga menjadi jaminan bahwa volume transaksi sahamnya akan likuid. Bagaimana prospeknya?


BRAU mungkin mengingatkan anda pada IPO Benakat Petroleum (BIPI), beberapa waktu lalu, sebab ada beberapa persamaan diantara mereka: 1. Penjamin emisinya sama, Danatama Makmur, 2. Nilai IPO-nya besar, IPO BIPI kemarin mencapai 1.6 trilyun, 3. Struktur perseroannya rumit dimana banyak perusahaan-perusahaan yang aneh-aneh dan ga jelas yang berdomisili di British Virgin Island, Seychelles, dan lain-lain, dan 4. Perusahaannya kelihatannya besar sekali, padahal sebenarnya nggak. Lho memangnya BRAU ukurannya kecil? Atau kinerjanya jelek? Mari kita cek.

Pada laporan keuangan tertanggal 28 Februari 2010, BRAU mencatat aset Rp 12.3 trilyun. Cukup besar memang, sayangnya sebagian besar yaitu 8.6 trilyun diantaranya adalah utang. Sebelumnya pada 2007, BRAU hanya memiliki aset Rp 4.8 trilyun. Dan pada 2005, BRAU tidak memiliki aset apapun kecuali dana kas senilai tak lebih dari Rp 1.3 milyar. Dilihat dari sisi manapun, peningkatan aset ini sulit untuk dikatakan wajar. BRAU mungkin merupakan satu-satunya perusahaan di Indonesia yang asetnya meningkat hampir sepuluh ribu kali lipat hanya dalam tempo 5 tahun. Dan peningkatan spektakuler tersebut hampir sama sekali bukan berasal dari peningkatan modal kerja bersih, melainkan dari penambahan modal disetor dan utang.

Ibaratnya, sebuah perusahaan yang sebelumnya miskin tiba-tiba mendadak kaya raya, bukan karena penghasilan real-nya bertambah, tapi karena ada pihak yang memberi perusahaan tersebut segunung pinjaman. Apakah perusahaan menjadi besar karena pinjaman tersebut? Tentu tidak, bahkan sebaliknya: perusahaan kini menjadi punya tanggung jawab untuk mengembalikan pinjaman tersebut plus bunganya.
Yang menjadi kaya adalah orang-orang dibalik perusahaan tersebut, karena mereka yang memperoleh uangnya tapi status utangnya ditanggung perusahaan. Caranya bagaimana? Dengan melibatkan banyak perusahaan dalam struktur perseroan BRAU, sehingga siapa pemilik sesungguhnya dari BRAU yang bertanggung jawab atas utang-utang tersebut menjadi rumit. Itu sebabnya di struktur perseroan BRAU terdapat banyak perusahaan-perusahaan aneh seperti Seacoast Offshore (British Virgin Island), Winchester Investment (Seychelles), dan Aries Investment (Malta), yang sengaja didirikan untuk menjadi representatif bagi para pemilik BRAU. Perusahaan-perusahaan inilah yang ‘bertanggung jawab’ atas utang-utang tersebut, sementara orang-orang dibelakang BRAU akan tetap undisclosure.

Oke, kita kembali ke laporan keuangan. Hingga akhir 2008, BRAU hanya memiliki ekuitas Rp 378 milyar, padahal utangnya sudah membengkak menjadi Rp 5.5 trilyun. Jumlah utang BRAU terus meningkat. Pada 28 Feb 2010, BRAU tercatat memiliki utang 8.6 trilyun. Pada periode yang sama BRAU memang tercatat memiliki ekuitas 3.4 trilyun, naik signifikan dibanding 2008, namun itu berasal dari tambahan modal disetor sebesar 2.4 trilyun.

Yang patut dicermati adalah, dari total kewajiban BRAU sebesar 8.6 trilyun, 2.7 trilyun diantaranya merupakan utang jangka pendek yang akan jatuh tempo dalam waktu setahun. Kita tentu sudah paham bahwa orang-orang dibelakang BRAU tentunya tidak akan menyerah begitu saja, dalam artian mereka tidak akan membayar utang 2.7 trilyun itu dalam bentuk uang tunai, tapi bisa dalam bentuk utang lagi. That’s why, beberapa waktu lalu BRAU dikabarkan meraih utang senilai total US$ 750 juta. Dana tersebut cukup untuk membayar (refinancing) beberapa utang-utangnya yang akan jatuh tempo. Kalau utang US$ 750 juta itu nanti jatuh tempo lagi bagaimana? Gampang, tinggal di-refinancing saja lagi. Begitu seterusnya.

Jadi apakah BRAU ini perusahaan batubara yang serius? Serius iya, tapi bukan di batubaranya, melainkan di muter-muterin uang investornya. BRAU lebih difungsikan sebagai perusahaan tambang uang milik investor daripada perusahaan tambang batubara. Sebesar apapun volume produksi batubara BRAU, rasa-rasanya laba bersih yang dihasilkan tetap tidak akan bisa menutupi utang-utangnya yang sudah kelewat besar. Siapa yang meragukan Bumi Resources sebagai produsen batubara terbesar di tanah air? Tapi coba lihat, bagaimana cara mereka membayar utang-utangnya: kalau tidak dengan cara right issue atau konversi utang menjadi saham, ya dengan penjadwalan ulang waktu pembayaran. Kemungkinan BRAU juga akan seperti itu.

Benakat Petroleum

Anda masih ingat dengan BIPI? Perusahaan minyak ini meraih dana segar 1.6 trilyun dari IPO-nya Februari lalu. Janjinya sih, BIPI akan mengakuisisi 3 perusahaan tambang sekaligus. Akuisisinya menggunakan uang 1.6 trilyun tersebut? Bukan, entah menggunakan uang yang mana. Uang 1.6 trilyun tersebut akan dipakai untuk mengembangkan sumur minyak yang sudah ada. Nah, biasanya investor retail tidak memperhatikan hal ini. Yang mereka perhatikan hanyalah, ‘BIPI akan mengakuisisi 3 perusahaan tambang’, sehingga mereka berbondong-bondong memburu sahamnya. Mereka tidak begitu memperhatikan apakah akuisisi yang dijanjikan tersebut akan menggunakan dana mereka yang 1.6 trilyun tersebut (dana itu kan diambil dari anda, bener nggak?) atau bukan.

Sudah hampir lewat setengah tahun sejak IPO, BIPI ternyata belum mengakuisisi perusahaan tambang apapun. BIPI memang sudah mengakuisisi Elnusa (ELSA) senilai sekitar 800 milyar, tapi bukan menggunakan dana hasil IPO tersebut, melainkan hasil meminjam ke induk usahanya sendiri, PT Indotambang Perkasa (utang lagi). Apakah dana 1.6 trilyun tadi digunakan untuk mengembangkan lapangan minyak yang sudah ada sesuai janjinya? Ternyata tidak juga. Hingga akhir Juni, BIPI baru menggunakan 109 milyar dana IPO untuk mengembangkan sumur minyaknya. Sisanya yaitu 1.46 trilyun, nganggur begitu saja dan ditempatkan sebagai deposito di Bank Capital. Karena belakangan ketahuan bahwa deposito di Bank Capital tersebut sebenarnya tidak ada, BIPI meralatnya dengan mengatakan bahwa dana tersebut disimpan dalam bentuk repo di Wellington Ventures Ltd.

Entah benar dana tersebut ditempatkan di Wellington atau tidak, yang jelas dana 1.46 trilyun tersebut tidak digunakan untuk mengembangkan ladang minyak sesuai janjinya. Simpanan repo tersebut jelas lebih menguntungkan daripada perusahaan harus capek-capek mengurus ladang minyak bukan? Tinggal tempatkan dananya begitu saja, kemudian tunggu. Dengan bunga 12% selama setahun, maka manajemen akan menerima dana bersih Rp 177 milyar dalam setahun tanpa perlu bekerja sama sekali.

Seperti BRAU, jelas sekali kalau BIPI ini lebih jago mengolah dana investor daripada mengolah ladang minyak. BIPI bahkan lebih parah dari BRAU, karena kalau BRAU setidaknya memang memproduksi batubara (dan produksinya juga cukup besar). Sedangkan BIPI, berapa jumlah produksi minyaknya? Tak heran kalau sahamnya jeblok.

Entah karena terpengaruh oleh informasi mengenai penggunaan dana IPO oleh BIPI ini atau apa, belakangan manajemen dari Danatama, sekuritas yang mengurus IPO BRAU, meralat target perolehan dana IPO-nya, dari US$ 300 juta menjadi hanya US$ 100 juta. Salah seorang eksekutifnya berkata,’Kalau perolehan dananya berlebih nanti akan ditanyakan lagi oleh Bapepam, untuk apa saja ini.’

Jadi maksudnya kalau ‘cuma’ US$ 100 juta, maka Bapepam maupun investor gak akan bertanya dan meminta pertanggung jawaban, dananya akan dipake buat apa aja? Enak banget kalau begitu.

At the end of the day, keberadaan emiten seperti BRAU dan BIPI tetap dibutuhkan untuk menyemarakkan bursa dan menjaga likuiditas pasar. Berinvestasi pada saham-saham seperti ini memang bisa membuat kantong anda kempes dalam sekejap, terutama jika anda tidak berhati-hati dan main telan saja informasi-informasi yang dihembuskan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Tapi jika anda jago berspekulasi, maka bukan tidak mungkin pula BRAU bisa membuat portofolio anda menjadi gemuk, juga dalam sekejap. Bagi para spekulan, permainan beresiko tinggi ini termasuk menyenangkan. Tapi jika anda tidak ahli dalam spekulasi, maka ingat bahwa tidak ada seorangpun yang memaksa anda untuk ikut membeli saham-saham yang nggak jelas ini. Masih banyak kok saham-saham lain yang sehat.

Seperti saham-saham IPO lainnya, BRAU juga kemungkinan besar akan melejit pada hari-hari perdagangan petamanya hingga satu atau dua bulan berikutnya. BRAU bahkan mungkin akan sempat berada diatas 1,000. Setelah itu? We'll see.

Catatan tambahan (ditulis pada 20 Agustus 2010)

Berdasarkan komentar ini: Bung Teguh ini harus diakui punya pengetahuan formal dalam bidang finansial ,kemungkinan edukasi anda memang dalam bidang ini ?Tetapi PENGALAMAN Bung Teguh dalam dunia pasar modal terlihat CETEK dan DANGKAL.
BUMI terakhir right issue sekitar tahun 2000 dan sejak itu tidak pernah right issue atau debt conversion . Statement Bung Teguh : "Siapa yang meragukan Bumi Resources sebagai produsen batubara terbesar di tanah air? Tapi coba lihat, bagaimana cara mereka membayar utang-utangnya: kalau tidak dengan cara right issue atau konversi utang menjadi saham" menunjukkan penulis yang sangat tidak berpengalaman.

Maka sepertinya ada yang perlu diluruskan disini. Saya bahas secara singkat saja.

Mengenai right issue, BUMI memang terakhir kali menggelar right issue (RI) pada 26 Mei 2000, dan setelah itu tidak pernah lagi. Namun induk dari BUMI yaitu Bakrie & Brothers (BNBR) pernah melakukan RI senilai Rp 40.1 trilyun pada 2008, yang sebagian digunakan untuk mengakuisisi 35% saham BUMI senilai sekitar Rp 36.8 trilyun. Dana ini kemudian digunakan oleh BUMI untuk berbagai keperluan termasuk untuk membayar sebagian utang-utangnya.

So, Grup Bakrie sebagai pemilik BUMI memang tidak melakukan right issue melalui BUMI secara langsung, tapi melalui induknya atau perusahaannya yang lain kan bisa? Nantinya dana hasil right issue-nya bisa disuntikkan dalam bentuk akuisisi atau apapun. Selain untuk BUMI, dana hasil RI BNBR tersebut juga digunakan untuk mengakuisisi Energi Mega Persada (ENRG) dan Bakrieland Developmet (ELTY). Yup, itulah enaknya kalau anda jadi pengusaha yang memiliki banyak perusahaan: Jika salah satu perusahaan anda tampaknya tidak bisa melakukan aksi korporasi tertentu, maka anda bisa melakukannya melalui perusahaan yang lainnya.

Mengenai debt conversion. Pada tahun 2007, BUMI pernah menerbitkan obligasi konversi senilai US$ 300 juta, yang digunakan untuk mengkonversi utangnya ke Credit Suisse (CS) menjadi saham. Alhasil pada akhir 2009, CS jadi ikut memiliki saham BUMI sebanyak 286 juta lembar, setelah pada tahun sebelumnya, CS tidak memiliki saham di BUMI sama sekali. Pada 1Q10, kepemilikan saham CS di BUMI bertambah menjadi 354 juta lembar.

Btw, Credit Suisse adalah salah satu kreditor utama BUMI. Pada 1Q10, BUMI masih memiliki utang jangka pendek dan panjang ke CS sebesar total US$ 487 juta.

Dan kedepannya yaitu kira-kira September mendatang, ada kemungkinan BUMI akan melakukan right issue dan debt conversion sekaligus, dimana BUMI akan menerbitkan saham baru tanpa HMETD senilai Rp 4.6 trilyun. Dananya akan digunakan untuk untuk membayar utang ke Country Forest, Raiffeisen Zentralbank, JP Morgan, dan tentu saja Credit Suisse, dalam bentuk konversi utang ke saham. Ini link-nya: http://bisnis.vivanews.com/news/read/159713-4-kreditor-bumi-berpotensi-konversi-utang. Namun BUMI kalau tidak salah sudah membantah berita tersebut. Benar atau tidaknya, mungkin sebaiknya kita harus menunggu sampai September mendatang.

Sekali lagi saya mohon maaf kalau ulasan saya diatas terdengar tidak menyenangkan bagi sebagian dari anda. Saya hanya berusaha untuk objektif. Namun mungkin artikel diatas memang terlalu kritis, jadi untuk lain kali saya akan lebih lembut.

Komentar

Anonim mengatakan…
Komentar saya Ada Dua:
1. Apa yang anda tulis itu mendekati
KENYATAAN ? atau
2. Anda enggak dapat jatah dalam
JUMLAH BESAR.

Kelompok Recapital berbeda dengan Kelompok Bakrie ini merupakan catatan kecil buat kita.
bardac mengatakan…
hihihi....mulai ada yg tersinggung ulasannya bro teguh....maju terus bro teguh....
Anonim mengatakan…
khusus buat spekulan aja ginian...
lagipula perusahaan emang gak jelas... ngutang mulu..

blom lagi ada british virgin island, seychelles... terjemahan nya klo perusahaan bangkrut EGP (emang gue pikirin)

apanya yang gak sama dengan bakrie?
lumpur lapindo maksudnya?
klo tukang ngutang sih sama persis...
Anonim mengatakan…
maju terus mas Teguh..udah ada yang panas nih kupingnya..lagian mas teguh gak ngomong Recapital kenapa disangkutin ya?
Unknown mengatakan…
untuk anonim diatas; tolong dong, yang dewasa sedikit, anda bilang "komentar", tapi isinya pertanyaan menggiring dan kesimpulan tanpa data. sedang pak teguh mengulasnya lewat data, eg. prospektus, LK, berita, dan perbandingan-perbandingan.

apakah pak teguh menyebut grup recapital di uraiannya? dia fokus ke berau kok. coba baca sekali lagi deh, dia MEMPERBANDINGKAN kondisi dan sejarah keuangan emiten sejenis, that's all. terserah kita mau manfsirkannya macam gimana.
Anonim mengatakan…
Ulasan Mas Teguh sangat membantu investor kecil seperti saya supaya tidak salah memilih saham seperti Berau dan Benakat.
BRAVO mas Teguh !!!
Anonim mengatakan…
Wah.. analisanya mantap!!! Lanjut terus, Kang Teguh...
Anonim mengatakan…
Anonim, emangnya penjatahannya dah selesai alias dah ketahuan dapat berapa % dari pesanan ?
Anonim mengatakan…
segala sesuatu ada waktunya alias "timing"... disaat tahun 1998 kita crash.. ada gak pengamat maupun analis yg rekomendasi beli saham Astra yg jatuh dari 8000 ke Rp.300?? sekarang Astra ada di level 52,000!! (+17,200% atau rata2 dapet untung 1400%/tahun dari thn 1998 sampe skrg!)..semuanya bilang cash is the king.. deposito bunga sampai 60%!.. jadi jangan lupa faktor "timing" tersebut...

mari kita bahas "what is the point of view" kita ikutan IPO?

SIMPEN 5 tahun apa JUAL pas hari kedua naek 80%???

buat danatama sih.. so far sukses untuk IPO-nya BTEL @110 (AR hari pertama and ditarik terus ampir 500), TRUB @110 ( AR terus sampe di tarik ke 1000), DEWA @335 ( AR dua hari ditarik sampe hampir ke 1000), CPRO @110 ( AR dua hari berturut..ditarik sampe 700)... dan dengan kondisi yang sama... LAPKEU-nya gak meyakinkan.. ada yg buat restucture utang lah.. bla bla bla...CMIIW..

buat recapital sih saya belum begitu ngikutin track recordnya..

dan setelah 3 tahun IPO... you cek aja sendiri skrg aja harganya brp skrg


jadi... TUJUAN utk ikut IPO anda itu apa sih? mau sell di hari pertama dan kedua silahkan... mau tahan 5 tahun juga silahkan...

Gak usah pusing gimana forecast CA dan gimana Lapkeu-nya kedepan.. karena kita memanfaatkan "timing" IPO-nya kan??? simple kok gak repot... kata almarhum Gus Dur...gitu aja kok repot? :)
Anonim mengatakan…
Temen saya dari TF cerita kalau pesen Berau cuma dikasih 1% dari jumlah pesenan 2 M. kalau membaca analisa Mas Teguh bagian terahir saya jadi tertarik.Bagi info lebih dalam.
Anonim mengatakan…
Bagi investor awal seperti kami, analisis ini merupakan cerita novel yang difilmkan .. ternyata praktek2 sebelum krisis 1998 tetap berulang kembali sampai dengan hari ini . Pola caymand island ternyata justru jadi trade mark .. hal ini mengindikasikan bhw kita memang diplot oleh situasi untuk menjadi trader2 spekulan handal .. anyway thank's mas Teguh .. ulasan berikut selalu ditunggu ..
Anonim mengatakan…
Mas Teguh... saya dukung anda untuk tetap kritis. Banyak blog lain yang mendapatkan titipan dari broker untuk memuluskan jalan mereka meraup untung. Saya sendiri selalu sempatkan membaca blog anda sebagai salah satu pedoman saya bertrading. Saya yakin tiada niat lain selain untuk membuka salah satu sisi trading saham, toh ulasan anda gratis ... dan tidak ada paksaan. maju terus Bro.
anton mengatakan…
baru kali ini ada yg panas gara2 ulasan Mas Teguh, jangan2 memang berau ini bener2 mau ngrampok investor hahaha
Anonim mengatakan…
Ulasan Mas Teguh ini menambah pengetahuan para investor kecil seperti kita. banyak trik2 jahat di dalam bursa saham kita. Inti dari ulasan mas Teguh adalah memeberi tahu praktek2 jahat yg bener2 terjadi di bursa saham. jadi yg komentar menjelekkan mas Teguh termasuk salah satu dari orang yg mempraktekan trik2 tersebut atau anda bener2 sama sekali bodoh dan masa bodoh dgn trik praktek tersebut? kalah dalam main saham atau investasi saham adalah biasa tapi merampok uang dgn cara2 iblis adalah hal yg luar biasa jahat nya.
Anonim mengatakan…
mengutip pernyataan bung teguh di paragraf terakhir ..."Seperti saham-saham IPO lainnya, BRAU juga kemungkinan besar akan melejit pada hari-hari perdagangan petamanya hingga satu atau dua bulan berikutnya. BRAU bahkan mungkin akan sempat berada diatas 1,000. Setelah itu? We'll see. "...


dengan ini saya mengucapkan.. selamat berburu di IPO.. dan jual lah di level 1000... dan setelah itu lupakan! :) anyway, mungkin harga perdana Berau di level 400... jadi kalo jual di 1000..untung 150% dalam sebulan hari gini dapet dari mana??? hahhaha

goodluck! :)
Anonim mengatakan…
ada uneg2 di saya :
1. Jangan terpengaruh rayuan IBLIS
2. Jangan percaya penjamin emisi yg janji sorga apalagi ternyata nilai saham tidak bisa diangkat diatas IPO...(ya iblis jg xxx..)
3.BYTHEWAY....friends please help me daftar saham LQ-45 berikut para penjamin emisi nya...dunx. tq
rumah bsd - bintaro mengatakan…
Pusinnnxxxx....gue baca komentarnya pade....gue setuju dg anonim yg mnta daftar LQ-45 berikut daftar nama para penjamin emisi..biar kaga masuk neraka lagi deh...tolongin ya kirim daftarnya. tks-
Anonim mengatakan…
wah..
trima kasih atas pembahasan yg cukup berani pak..
prinsip sy tetep sama, perusahaan yg baru ipo hanya untuk trading. bukan invest!
:)
Anonim mengatakan…
Pak Teguh, minta analisanya tentang saham BLTA donk. Gua lagi bingun neh, kok harga sahamnya merosot terus? Apa yang salah dgn saham tersebut? Thks
Anonim mengatakan…
gue mau nonton aja dulu ah.... hidup mas Teguh..!!!
Anonim mengatakan…
BLTA bukannya rugi terus ya? memang PER rendah sekali tapi performanya memang jelek bukan?
Anonim mengatakan…
kasih terus berita2 jelek... biar gak banyak yang nge bid di sindikasi dan pooling.. and biar kami dapet barang agak banyakan dan buat di jual di hari kedua kali udah naek 100% di 800... huahahahhaa

analisa bilang barang gak bagus gini kan bikin Benakat (BIPI) hari ini (3 Agustus) sementara naek 17%!!!! dua jam 17% lohh... ditunggu ulasan2 yang laen mas Teguh... Horeeeeeeeeeee!! wkwkwkwkwkk
Syafrin mengatakan…
Makasih Pak Teguh. Saya selalu mencermati ulasan Anda dulu sebelum mengambil langkah.

Dari sejak awal saya sudah curiga BRAU hanya cocok untuk trading, karena:
1. mendapat pinjaman dari BUMI, yang pinjam dari orang lain lagi khusus buat meminjami Berau.
2. informasi IPO diganti-ganti setidaknya 2x.
ARUNA mengatakan…
yang mau saya tanyakan , BRAU dulu milik UNTR tapi dilepas pada tahun 2004 kalau ga salah.. kira kira apa alasannya ya grup Astra yang punya strategi bisnis cukup bagus sampai melepas BRAU ? Apakah ada sesuatu yang salah dibalik BRAU ?
Anonim mengatakan…
kebanyakan ngemeng disini... yang ikut sindikasi aja cuma dapet 2%... kalo jelek di kasih semua bung!!!... ngemeng ngemeng lah semua ama ember!!!... dua hari AR kanan nih...
Unknown mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan…
Selamat buat analisanya... hari ini IHSG cuma naek 0.6%... Berau naek 17%.. tadi malah sempet tertinggi di 550 (+37%).... analisanya JAGOOOOOOOOO!!! kasian deh yang gak BELI!!! gigit tuh jari!! wkwkwkwwkwkwkwkkk
Anonim mengatakan…
tuoop...2 jempol mas. Keep it Up ! BIPI, BRAU, DOID dan Bakries lainnya emang udah keterlaluan dalam financial engineering dan rampok duit masyarakat..
Anonim mengatakan…
akhirnya kan kami jadi ada INDIKATOR KONTRARIAN.. kalo si teguh bilang jelek... kita beli... klo dia bilang bagus.. kita siap2 jual..

apa yang dia bilang kan tinggal kita balikin aja... pasti untung tuh.. heheheh

makasih yah... mwahhhhhhhhh :*

wakakakakakakakakakaa
Rifan mengatakan…
Bung Teguh ini harus diakui punya pengetahuan formal dalam bidang finansial ,kemungkinan edukasi anda memang dalam bidang ini ?Tetapi PENGALAMAN Bung Teguh dalam dunia pasar modal terlihat CETEK dan DANGKAL.
BUMI terakhir right issue sekitar tahun 2000 dan sejak itu tidak pernah right issue atau debt conversion . Statement Bung Teguh : "Siapa yang meragukan Bumi Resources sebagai produsen batubara terbesar di tanah air? Tapi coba lihat, bagaimana cara mereka membayar utang-utangnya: kalau tidak dengan cara right issue atau konversi utang menjadi saham" menunjukkan penulis yang sangat tidak berpengalaman .
Anonim mengatakan…
Luar Biasa hasil tulisan anda Bro Teguh, lanjutkan terus dan buka secara terang benderang saham yg aneh2 supaya kita investor retail ga kejebak untuk investing saham yang beginian, salut dan salam hormat :)
Anonim mengatakan…
Tulisan yang sangat berguna sekali. Analisa based on fakta. Terus lah menulis apa adanya. Biar terang dunia ini


regards
Agung A
Anonim mengatakan…
sekarang gimana BIPI mas teguh? sy selalu dikasih cuan niy...mhn pencerahan...
Anonim mengatakan…
Mengomentari analisa Mas Teguh:
That’s why, beberapa waktu lalu BRAU dikabarkan meraih utang senilai total US$ 750 juta.

Sebesar apapun volume produksi batubara BRAU, rasa-rasanya laba bersih yang dihasilkan tetap tidak akan bisa menutupi utang-utangnya yang sudah kelewat besar.

Fakta sekarang:
Dari awal tahun 2014 Sampai dengan Mei 2014, dari sisi pendapatan, BRAU sudah membukukan perolehan US$ 579 juta dollar, sedang hutang obligasi senilai $450 juta.
Anonim mengatakan…
Ternyata anda benar. Brau mantapppp.....turunnya. hahaha
Bla-Bla Miko mengatakan…
BRAU revisited. Saya lagi mencari2 jawaban tentang kenapa grup SinarMas mau beli BRAU..
Btw komen2 di paling atas waktu itu BRAU mau IPO ya>> Banyak yg meledek analisa mas Teguh.. hehe.
Fakta terbaru Mei 2015 ini, harga BRAU adalah 82 perak only. Wkwkw.
Ohya ada juga yg singgung Recapital beda dgn Bakrie.. Mungkin waktu 2010 itu belum ketauan ya hubungannya..
Unknown mengatakan…
Trub cpro btel , jadi kertas tissue semua tuh jossss memang pilihan anda

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)