Saham Bagus Gak Perlu Pujian

Kira-kira market news apa yang paling menarik perhatian akhir-akhir ini? Tsunami Jepang? Ah itu sih kabar umum. Dan meskipun banyak orang mulai berspekulasi mengenai bagaimana kira-kira efek tsunami tersebut terhadap IHSG, namun bagi penulis pribadi, ada sesuatu yang lain yang lebih menarik daripada hal tersebut. What is that? Garuda Indonesia (GIAA), yang penurunannya ternyata berhenti di posisi 500, dan saat ini sudah naik lagi ke posisi 540.

Beberapa waktu lalu, penulis membaca sebuah kolom di salah satu koran bisnis nasional, yang ditulis oleh Tanri Abeng, seorang pengusaha sekaligus mantan pejabat pemerintah, yang juga pernah menjadi komisaris PT Telkom. Di kolom tersebut, Mr. Tanri memuji-muji GIAA setinggi langit. Beliau mengatakan bahwa GIAA itu sangat bagus, dan secara tidak langsung mengatakan bahwa sahamnya layak dikoleksi. Entah apa yang menjadi pertimbangan beliau untuk berkomentar seperti itu, karena kalau dilihat dari laporan keuangannya, GIAA ini nggak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Tapi Mr. Tanri nggak sendirian. Sebelumnya, seorang pengusaha lainnya yaitu Sandiaga S. Uno, juga merekomendasikan GIAA. Dan seolah itu masih belum cukup, Dirut GIAA yaitu Emirsyah Satar, juga mendapat gelar sebagai man of the year dari sebuah majalah penerbangan. Beliau dianggap berprestasi dalam mengubah Garuda dari perusahaan yang merugi melulu, hingga menjadi perusahaan yang layak go public. Mengingat GIAA mengalami hard landing pada hari perdana perdagangannya, maka wajar jika kemudian banyak orang yang mempertanyakan pemberian gelar tersebut.

Emirsyah Satar

Dan oh ya, beberapa waktu lalu penulis menulis sebuah artikel berjudul Garuda's Affair (kalau anda belum baca, coba baca dulu). Disitu ditulis bahwa Pemerintah, ataupun pihak-pihak lainnya yang berkepentingan, akan berusaha keras untuk menjaga harga saham GIAA agar tidak terjerembab terlalu dalam, setidaknya sampai para penjamin emisinya dapat melepas saham GIAA yang (terpaksa) mereka pegang, pada harga premium.

Dan belakangan ini, hal itu terbukti. Saham GIAA ditahan agar tidak turun dibawah 500. Selain itu, media mulai dipenuhi oleh kabar-kabar dan rumor terkait GIAA, yang diharapkan bisa menaikkan harga sahamnya. Kemarin ada kabar kalau Grup Rajawali dan Djarum akan membeli GIAA. Sebelumnya Recapital, perusahaan investasi milik duet Sandi Uno dan Rosan P. Roeslani, juga dikabarkan mengincar saham GIAA. Juga ada kabar kalau harga GIAA akan normal, atau dengan kata lain kembali ke harga IPO-nya, dalam 6 bulan kedepan. Terus seperti yang sudah disebut diatas, seorang tokoh sekaliber Tanri Abeng juga merekomendasikan GIAA. Dan terakhir, wajah Mr. Emirsyah hadir di sampul majalah Forbes Indonesia, sebagai headline. Well, wanna join the game? Saham GIAA kemarin sempat naik 14% ke 570 lho.

Secara fundamental, GIAA pada harga 500 masih kemahalan. Jadi wajar ketika GIAA naik karena dipicu oleh berbagai macam rumor, kenaikan tersebut hanya sebentar, dan berikutnya langsung turun lagi. Meskipun untuk saat ini GIAA kecil kemungkinannya untuk turun dibawah 500, karena harganya akan dijaga oleh para pihak-pihak yang berkepentingan, namun mari kita lihat: sampai kapan dia akan bertahan. Kecuali tentu, kalau pada FY10 ini GIAA ternyata menunjukkan peningkatan kinerja. We’ll know it soon.

Tapi intinya sih, yang penulis hendak sampaikan di artikel ini cuma satu hal: A good stock doesn’t need praises. Yup, saham yang bagus gak perlu pujian, ataupun rekomendasi yang berlebihan, agar dapat dilirik oleh investor. Saham yang bagus harganya akan naik dengan sendirinya, tanpa perlu didorong oleh rumor-rumor murahan! Jadi jika ada sebuah saham yang terus menerus diberitakan secara berlebihan di media (sekali lagi, secara berlebihan!), maka saham tersebut justru patut dicurigai. Dan kalau anda perhatikan, GIAA bukan satu-satunya saham yang mendapat perlakuan ‘istimewa’ seperti ini bukan?

Penulis pribadi tentunya masih percaya kalau GIAA, kalau memang dikelola dengan baik, maka kinerjanya suatu hari nanti akan membaik juga. That’s our national flying flag, anyway. Masa kita harus kalah sama Air Asia-nya Malaysia? Sudah cukup kita kalah di Piala AFF kemarin! Tapi kalau untuk saat ini, saham GIAA jelas belum bisa direkomendasikan (seperti biasa, ini kita bicara long term ya).

Komentar

Speculator mengatakan…
Setuju bung Teguh. Namun buat seorang trader, justru jika ada sebuah saham yang terus menerus diberitakan secara berlebihan di media (sekali lagi, secara berlebihan!), dan secara teknikal sudah mencapai bottom-nya, maka saham tersebut layak untuk speculative buy (trading jangka pendek).
AGUNGNC mengatakan…
good news is bad news!!!
penumpang GARUDA mengatakan…
Jadi balik lagi ke harga IPO di 700 an cuma angan-angan belaka. Kasihan juga yang beli di harga IPO., cuma pull back sesaat, buang aja ni stock. Thanks Bung Teguh buat ulasannya.
Anonim mengatakan…
Garuda lagi direkomendasikan..bayangkan aja, berapa sich paling banyak Garuda bisa angkut manusia??
Gila aja kalo naik tinggi2, bener2 gak wajar deh ya...
Keneisha mengatakan…
Bung Teguh, analisa dong ttg TLKM, saham gendut ini kok gak maju2, berapa sih harga wajarnya?, PER masih murahkah TLKM, kok kalau market bearish TLKM selalu dijadikan bulan-bulanan.
ferry mengatakan…
Mas Teguh,

punya data gak maskapai penerbangan airlines lain seperti Singapore Airlines, Malaysia Airlines etc, agar dapat dibandingkan sepert apple to apple gitu (BV, PER etc). Thx

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)