Perkembangan Ekonomi Makro Eropa

Senin kemarin, BPS merilis data statistik ekonomi makro Indonesia, dan sekali lagi, datanya tampak bagus. Hingga September 2011, inflasi semakin terkontrol di level 4.6%. Sementara neraca ekspor impor pada periode Januari – Agustus 2011 tercatat surplus US$ 20 milyar, naik 81.9% dibanding periode yang sama tahun 2010. Sebelumnya, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2011 tercatat 6.5%, dan tingkat pengangguran pada Februari 2011 tercatat hanya 6.8%, sangat baik. Dengan asumsi data-data tersebut akurat, maka sepertinya memang tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari fundamental ekonomi Indonesia. We’re definitely fine. Tapi bagaimana dengan Yunani dan kawan-kawan?

Berdasarkan data dari IMF, pada tahun 2010 lalu Yunani mencatat pertumbuhan ekonomi minus 5.1%, paling rendah diantara 183 negara yang disurvey IMF. Namun Yunani bukan satu-satunya negara yang mencatat pertumbuhan minus. Terdapat setidaknya 19 negara yang mencatat pertumbuhan ekonomi minus pada 2010, termasuk dua negara yang cukup besar secara perekonomian, yaitu Spanyol dan Irlandia. Sementara dari daftar negara dengan pertumbuhan ekonomi kurang dari 2%, terdapat nama-nama beken Eropa lainnya, seperti Belanda, Perancis, Portugal, dan Italia. Itu tahun 2010, lalu bagaimana dengan data terbaru?

Kita tahu bahwa masalah krisis utang Eropa mulai berkembang sejak tahun 2010, atau bahkan mungkin sejak tahun 2009. Penulis masih ingat ketika event Piala Dunia pada pertengahan 2010 lalu, pemberitaan tentang krisis utang Eropa ‘berhasil’ menghantam IHSG hingga terkoreksi sekian persen. Saat ini sudah lewat setahun lebih, namun sepertinya krisis tersebut bukannya mereda tetapi malah semakin parah. It means, mungkin ada yang salah dengan perkembangan ekonomi Yunani sepanjang tahun 2011 ini, dan mungkin juga negara-negara Eropa lainnya. Okay, mari kita cek.

Berdasarkan data dari Hellenic Statistical Authority (BPS-nya Yunani), pertumbuhan ekonomi Yunani pada kuartal II 2011 kembali minus, bahkan lebih dalam, yaitu minus 7.3%. Tingkat pengangguran pada periode yang sama tercatat 16.3%, jauh lebih buruk dari Indonesia. Yang agak bagus hanyalah inflasi, yang pada Agustus 2011 tercatat 1.7%. Sepertinya data perekonomian Yunani yang semakin memburuk tersebut-lah, yang membuat bursa-bursa saham global kembali dihantui krisis pada saat ini. Pada tahun 2009 lalu, rasio utang Yunani terhadap GDP-nya tercatat 127%. Angka tersebut diperkirakan akan membengkak menjadi 173% pada tahun 2012, karena GDP Yunani sendiri malah terus saja turun. Sejauh ini, IMF sudah menyalurkan €65 milyar ke Yunani. Namun sepertinya, Yunani memang membutuhkan bailout kedua, cepat atau lambat.

Dua negara yang belakangan ikut terancam bailout adalah Spanyol dan Italia. Pada kuartal II 2011, Spanyol dan Italia masing-masing mencatat pertumbuhan ekonomi 0.7% dan 0.8%. Sementara dua negara yang sudah menerima paket bailout, Irlandia dan Portugal, mencatat pertumbuhan ekonomi 1.6% dan -0.9%. Berikut adalah data ekonomi makro terbaru (as of October 4, 2011) dari negara-negara Eropa yang sudah disebutkan diatas, diurutkan berdasarkan data pertumbuhan ekonomi (klik gambar untuk memperbesar).



Dari data diatas, maka akan kelihatan kenapa dunia kembali diguncang kekhawatiran akan krisis Eropa. Yunani tidak hanya mencatat pertumbuhan ekonomi yang sangat minus, namun data penganggurannya juga cukup buruk, hanya kalah dari Spanyol. Sementara Portugal juga ikut-ikutan mencatat pertumbuhan ekonomi negatif, padahal tahun 2010 kemarin pertumbuhan ekonomi Portugal masih positif. Spanyol dan Italia dikhawatikan akan menjadi pasien IMF berikutnya, mungkin karena pertumbuhan ekonominya yang kurang dari 1%. Italia sendiri memang punya utang yang gede, yaitu 118.4% dari GDP-nya, pada akhir tahun 2010 lalu (mungkin sekarang udah naik lagi). Sementara Spanyol, utangnya memang lebih rendah dari GDP-nya, tapi catatan penganggurannya kelewat jelek. Perancis mungkin untuk sementara ‘terselamatkan’ oleh catatan inflasinya yang paling rendah diantara semuanya. Tapi kalau kedepannya dia turut mencatat pertumbuhan ekonomi negatif, maka bukan tidak mungkin Perancis akan menjadi sasaran tembak IMF berikutnya.

Secara keseluruhan, perkembangan ekonomi dari negara-negara Eropa yang disebutkan diatas memang mengalami kemunduran dibanding perkembangan pada tahun 2010 lalu. Itu belum termasuk beberapa negara kecil yang juga mengalami masalah serupa. Contohnya Islandia, yang mencatat pertumbuhan ekonomi minus 4%. Jadi mungkin emang gak salah kalau kemarin IMF merilis prediksi bahwa pertumbuhan ekonomi global akan melambat, karena pengaruh dari Eropa ini. Tapi tidak semua negara besar di Eropa mengalami kemunduran. Jerman masih mencatat pertumbuhan ekonomi 3.7% pada kuartal II 2011, sementara tingkat penganggurannya turun dari 2.52% menjadi 2.50%. Tapi memang kalau dibandingkan dengan negara-negara Asia seperti Cina, atau bahkan Indonesia, ‘prestasi’ Jerman tersebut masih belum ada apa-apanya.

Terus bagaimana dengan perkembangan ekonomi Amerika Serikat (AS)? Pada kuartal II 2011, AS mencatat pertumbuhan ekonomi 1.3%, inflasi 3.8%, dan tingkat pengangguran 9.1%, data yang sama sekali gak bagus-bagus amat dibanding Eropa. Dan mengingat utang AS juga besar, yaitu 101.1% GDP-nya, maka mungkin kalau nanti ribut-ribut soal krisis utang Eropa ini mereda, perhatian dunia akan kembali tertuju kepada AS.

Lalu sebenarnya apa sih, yang menyebabkan krisis Eropa yang terjadi pada saat ini? Ya karena utang di masa lalu, apa lagi. Tapi kalau menurut penulis, sepertinya terdapat semacam siklus global, dimana setiap wilayah di seluruh dunia akan kebagian ‘jatah krisis’ setiap beberapa waktu sekali. Jadi ketika satu wilayah mengalami kemunduran ekonomi, wilayah lainnya mengalami kemajuan, dan hal tersebut terjadi secara bergantian dari waktu ke waktu. Ketika terjadi Great Depression pada tahun 1930-an, perekonomian AS hancur berkeping-keping sementara industri di Eropa terus berkembang. Pasca perang dunia kedua pada tahun 1950-an, giliran AS yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat ditengah keterpurukan Asia dan Eropa, terutama Jepang dan Jerman. Pada akhir dekade 1990-an, hampir seluruh wilayah Asia, termasuk Indonesia, dilanda krisis, sementara Eropa ketika itu menikmati pertumbuhan kemakmuran yang signifikan. Sekarang ketika Eropa menerima ‘giliran’ krisis, dan mungkin juga AS, perekonomian Asia justru meningkat pesat, dipimpin oleh Cina.

Tapi berkaitan dengan pasar modal, pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 9.5% pada kuartal II 2011 ternyata tidak berdampak positif pada bursa sahamnya. Para investor disitu sepertinya tetap mengkhawatirkan perkembangan ekonomi di Eropa sana, dan alhasil bursa saham di Hongkong, Shanghai, dan Shenzen, hingga hari ini terus saja turun dibanding posisinya pada akhir 2010 lalu. Ketika artikel ini ditulis, Indeks Hangseng berada di posisi 16,250, turun 29.5% dibanding posisi akhir 2010.

Lalu bagaimana dengan bursa saham di Indonesia? Well, anda bisa melihatnya sendiri.

Komentar

Anonim mengatakan…
Mas Teguh,

Apakah sebenarnya ada solusi2x nyata (bisa diterapkan) yg bisa bikin krisis di eropa ini reda?

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham