Bank BJB

Bank BJB (BJBR) menjadi salah satu dari beberapa emiten perbankan yang sudah merilis laporan keuangan (LK) untuk periode Kuartal III 2013. Dan seperti umumnya emiten lain yang merilis LK-nya lebih awal, kinerja BJBR terbilang cukup baik (Yap, jika anda perhatikan, emiten-emiten yang merilis LK-nya lebih awal memang biasanya mencatat kinerja bagus, meski nggak selalu. Sementara yang merilis LK-nya belakangan, seperti emiten-emiten Grup Bakrie, kinerjanya hampir selalu amburadul). Namun mungkin, poin yang membuat saham ini menarik bukan hanya soal kinerjanya tersebut.

Logo PT Bank BJB, Tbk

Saham BJBR ini, sejak ia IPO pada Juli 2010 lalu (dulu penulis pernah membahasnya, ini linknya), memang sudah menarik karena valuasinya yang murah sekali pada harga IPO-nya di level Rp600 per saham (penulis lupa bagaimana hitung-hitungannya, tapi yang jelas di harga 600 dia memang super-murah). Entah karena valuasinya tersebut atau karena adanya faktor lain, tapi yang jelas ketika itu BJBR langsung tembus ke 1,000 hanya dalam beberapa hari setelah tanggal perdana listingnya, dan selanjutnya terus naik sampai menyentuh level 1,770, atau naik hampir 200% hanya dalam tempo empat bulan.

Satu poin yang perlu dicatat adalah: Ketika itu saham ini menarik hanya dari sisi valuasi. Sementara kualitas kinerjanya, meski cukup bagus, namun tidak sebagus bank-bank top seperti Bank BRI, Mandiri, dan BCA. Prospeknya? Juga hampir tidak ada, mengingat status BJBR sebagai bank daerah yang cuma bisa ‘cari makan’ di Jawa Barat dan Banten, dan ini berbeda dengan baik-bank lainnya yang listing di bursa, yang merupakan bank nasional sehingga bisa beroperasi dimana saja di seluruh wilayah Indonesia. Penulis sendiri baru mengetahui belakangan bahwa BJBR tidak hanya bisa membuka kantor cabang di Jabar dan Banten, melainkan bisa dimana saja.

Tapi yang jelas karena bank ini ketika itu tidak kedengaran gaungnya mau ngapain, maka ketika kinerjanya di tahun 2011 secara per kuartal tampak turun, maka sahamnya pun langsung turun tanpa ampun. Per Oktober 2010, BJBR masih berada di posisi 1,700-an. Tapi memasuki bulan Februari 2011, saham ini sudah balik lagi ke posisi 1,100-an. Dan setelah lewat hampir tiga tahun hingga saat ini, BJBR hampir selalu bergerak di rentang 1,000 – 1,200, alias gak kemana-mana. BJBR selama ini hanya sempat tiga kali turun hingga menyentuh posisi 800-an, dimana semuanya terjadi pada periode koreksi IHSG, yakni September – Oktober 2011, Juni 2012, dan terakhir kemarin, Agustus 2013. Disisi lain saham ini juga belum mampu untuk kembali naik hingga setidaknya menembus level 1,300-an, apalagi 1,700-an.

Fakta menariknya adalah, meski sahamnya belum kemana-mana selama tiga tahun ini, namun selama tiga tahun tersebut nilai riil perusahaan senantiasa terus bertumbuh. Jadi meski pada kuartal tertentu laba atau ekuitas BJBR ini tampak turun, namun secara keseluruhan kinerja BJBR pada tahun yang bersangkutan (2011) masih tetap tumbuh, dan demikian halnya di tahun 2012, dan juga 2013. Berikut data selengkapnya, angka dalam milyaran Rupiah.

Tahun
2010
2011
2012
2013*)
Aset
43,446
54,449
70,841
75,860
Ekuitas
4,991
5,375
6,009
6,443
Pendapatan
4,894
5,977
6,796
5,995
Laba bersih
890
963
1,193
1,096

Btw sebelumnya ingat bahwa data untuk tahun 2013 adalah untuk periode yang berakhir tanggal 30 September 2013. Dengan asumsi bahwa pada Kuartal IV di tahun 2013 BJBR mencatat pendapatan dan laba bersih yang sama dengan tiga kuartal sebelumnya, maka pendapatan dan laba bersih BJBR untuk tahun penuh 2013 adalah masing-masing Rp7,993 milyar dan Rp1,462 milyar, atau tumbuh masing-masing 17.6 dan 22.5% dibanding tahun 2012.

Okay, balik lagi ke tabel diatas. Sekarang, ingat bahwa harga saham 600 pada tahun 2010 terbilang super-murah, dan harga wajarnya katakanlah di rentang 1,000 – 1,200 (soalnya di tahun 2010 tersebut, atau tepatnya di awal tahun 2011, BJBR berhenti turun di level 1,000 – 1,200 tadi, tapi disisi lain gak mampu naik lagi). Pada akhir tahun 2010, ekuitas dan laba bersih BJBR tercatat masing-masing Rp5.0 trilyun dan Rp890 milyar.

Dan saat ini, ekuitas BJBR tercatat sudah naik menjadi Rp6.4 trilyun, dan labanya sendiri (jika disetahunkan) sudah mencapai Rp1.5 trilyun. Tapi disisi lain harga sahamnya malah berada di posisi 940! So what d’ya think??

Nah, dengan demikian anda mengerti apa yang penulis maksud dengan ‘poin menarik terkait BJBR diluar kinerjanya’, yang sudah disebutkan diatas. Yap, saham ini sekarang sedang dalam posisi undervalue. PER dan PBV BJBR sendiri pada harga 940 cuma 6.2 dan 1.4 kali. Satu hal yang juga perlu dicermati adalah perusahaannya sendiri tidak sedang dalam masalah apapun, atau sedang dilanda sentimen negatif tertentu. Seperti yang kita ketahui, harga sebuah saham bisa jatuh kalau ada kekhawatiran bahwa kinerja perusahaan yang bersangkutan menurun, atau perusahaan itu sendiri bermasalah. Tapi sejauh ini tidak ada isu apapun yang beredar terkait BJBR ini, dan yang jelas kinerjanya di LK terbarunya yakni Kuartal III 2013, masih baik-baik saja (termasuk jika memperhatikan fakta bahwa sektor perbankan merupakan salah satu sektor dengan kinerja paling stabil di BEI, maka seharusnya kedepannya BJBR pun akan tetap baik-baik saja). Rendahnya posisi BJBR pada saat ini kemungkinan lebih karena faktor belum pulihnya ‘trauma’ akibat koreksi pasar yang terjadi selama Juni – Agustus lalu. Jika anda perhatikan memang bukan hanya BJBR, beberapa saham lainnya juga masih banyak yang belum mampu naik lagi ke posisi sebelum koreksi (dan IHSG sendiri juga belum mampu balik lagi ke 5,000-an).

Itu satu poin terkait valuasi. Poin lainnya yang juga patut diperhatikan adalah terkait pengelolaan perusahaan. Jika anda perhatikan, BJBR ini meski bagus dan juga senantiasa bertumbuh, namun pertumbuhannya tergolong lambat. Termasuk hingga Kuartal III 2013 inipun, labanya cuma naik 15.9%, lebih rendah dibanding BBRI sebesar 17.3%, atau BTPN sebesar 24.2%. Jika kita perhatikan indikator-indikator kinerja lainnya, maka BJBR juga kalah telak dibanding BBRI dan BTPN.

Tapi berhubung BBRI dan BTPN sendiri memang merupakan dua saham perbankan terbaik di bursa (analisisnya bisa anda baca lagi disini), maka adalah wajar jika BJBR kesulitan menyalip mereka. Namun disinilah letak satu poin lagi yang membuat BJBR ini menarik, yakni: Berbeda dengan bank-bank lain yang hanya melakukan bisnisnya seperti biasa, pihak manajemen BJBR banyak sekali melakukan perubahan dan pengembangan usaha untuk menghasilkan kinerja yang lebih baik kedepannya. Berikut ini adalah sebagian dari poin-poin ‘transformasi’ yang sedang terjadi pada perusahaan.

  1. Mengganti nama dari Bank Jabar Banten menjadi Bank BJB. Logo bank juga diganti dengan logo yang lebih terkesan modern. Status bank daerah perlahan ditinggalkan untuk menjadi bank nasional.
  2. Meluncurkan slogan baru, ‘bigger stronger better’ which is awesome, I think.
  3. Membajak direktur baru dari Bank BNI, Mr. Bien Subiantoro. Belakangan direktur yang baru ini memang lebih profesional dibanding direktur sebelumnya, itu bisa dilihat dari surat pertanggung jawabannya yang sangat lengkap dan mendetail di laporan tahunan BJBR. Selain merekrut direktur baru, jumlah pegawai Bank BJB sendiri pada tahun 2012 naik 130% alias dua kali lipat lebih dibanding tahun 2011.
  4. Membuka banyak kantor cabang hingga ke Sulawesi
  5. Aktif membangun brand dengan sering-sering menampilkan iklan entah itu di televisi, radio, media cetak, dan internet.
  6. Membentuk berbagai komite untuk menjaga kualitas kredit. Hingga saat ini salah satu masalah yang menekan kinerja BJBR adalah kualitas kreditnya yang masih rendah.
  7. Masuk ke bisnis pembiayaan UKM dengan mengembangkan ‘Waroeng BJB’
  8. Meluncurkan ‘BJB Precious’, yakni layanan perbankan untuk nasabah kelas atas.
  9. Terus mengembangkan layanan teknologi informasi perbankan. Yang terbaru, BJBR akan segera menyusul bank-bank lainnya untuk segera memiliki layanan SMS dan internet banking (masih nunggu izin dari BI), dan yang paling penting:
  10. Menetapkan visi untuk menjadi salah satu dari sepuluh bank terbesar di Indonesia di tahun 2018.
Nah, seperti biasa, namanya usaha itu bisa berhasil, bisa juga gagal. Tapi jika berbagai transformasi yang dilakukan manajemen mulai membuahkan hasil di tahun 2014 mendatang, dimana kinerja BJBR mulai melompat, maka seharusnya sahamnya juga akan mampu menembus batas 1,300, yang selama ini menjadi tembok penghalang yang sangat kokoh. Sebenarnya kalau kita bicara 'transformasi', maka BJBR bukanlah satu-satunya bank di BEI yang sedang giat-giatnya berekspansi, karena Bank Pundi (BEKS) pun tengah melakukan hal yang sama (dan mungkin juga beberapa bank lainnya). Hanya balik lagi kalau kita memperhatikan kinerja terbaru perusahaan, maka BJBR tetap jauh lebih menarik.

Disisi lain selama IHSG nggak kumat lagi seperti kemarin, maka tanpa perlu menunggu hasil dari kinerjanya di tahun depan, seharusnya BJBR bisa segera balik lagi ke track-nya selama ini, yakni 1,000 – 1,200. Jadi bahkan jika anda mengabaikan prospek kinerja BJBR di masa yang akan datang, maka saham ini tetap masih sangat menarik karena statusnya sebagai value stock. Selain BJBR, Bank Bukopin (BBKP) adalah juga salah satu saham perbankan yang berstatus sebagai value stock, tapi harganya saat ini memang sudah berada di track-nya, yakni 600-an.

PT Bank BJB, Tbk
Rating Kinerja pada Q3 2013: A
Rating saham pada 940: AA

Komentar

Anonim mengatakan…
Bjb sudah membuka cabang di pekanbaru, mereka gencar menawarkan kredit multi guna ke Karyawan perusahaan2 plat merah ataupun institusi pemerintahan yg selama ini dikuasai bri, yg menarik komitmen bank mnjaga bunga bank pinjaman yg lebih rendah dari bpd,atau bpr setempat...alhasil bnyk rekan2 kerja saya yg takeover kredit mereka di bri ke bjb, sehingga membuat kalut bri krena byk nasabahnya yg mlunasi pinjaman terlalu cepat, coba search aj, baru2 ini bnyk yg complain ke bri krena dipersulit utk melunasi pinjaman nasabahnya
Anonim mengatakan…
Pak teguh, bagaimana dgn bank Artha Graha? Apakah bisa masuk kategori value stock? Terima kasih
Anonim mengatakan…
Pak Teguh, mungkin harga saham BJBR juga dipengaruhi corporate governance nya, antara kain dugaan korupsi pada pembelian gedung, kredit fiktif dll.
Bla-Bla Miko mengatakan…
Saya biasa membayar pajak penghasilan via BJBR ini, dan kesan yg saya dapat adalah karyawannya belum profesional, masih khas "pegawai negeri".. Transformasi manajemen yg dilakukan pa Bien tentu perlu waktu. Dan saya pikir disini lah pertaruhan sesungguhnya. Memperbaiki profesionalitas karyawan.
Unknown mengatakan…
Kasus korupsi, kasus perselingkuhan dirut. Gcg'nya meragukan untuk dikoleksi sahamnya.
Anonim mengatakan…
pak teguh bagaimana dengan kondisi saham bjbr sekarang ini pasca tidak lolosnya direksi mereka dalam fit n proper.

tolong diulas kembali yah bjbr di tahun 2014 ini...thanks dan salam cuan selalu
YouDontKnowMe mengatakan…
Hari ini sahamnya Rp3000

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)