Adira Dinamika Multi Finance

Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) menjadi satu dari beberapa emiten yang pada saat ini sudah merilis laporan keuangan untuk periode Kuartal IV 2013, alias Tahun Penuh 2013. Dan hasilnya? Well, quite good! Laba bersih perusahaan tumbuh signifikan yakni 20.3% sementara ekuitasnya juga naik 19.6%. Namun fakta menariknya adalah, berbeda dengan kinerja perusahaan yang masih lancar jaya sampai sekarang, saham ADMF justru terus melorot dalam dua tahun terakhir, dari puncaknya di 13,000-an hingga sekarang cuma 9,000 per saham. An opportunity for bargain hunter?

ADMF, seperti yang anda ketahui, merupakan salah satu perusahaan financing atau pembiayaan kendaraan bermotor terbesar di Indonesia, baik kendaraan bermotor roda dua maupun empat. Perusahaan didirikan oleh pengusaha bernama Theodore Permadi Rachmat pada tahun 1990, dimana kata ‘Adira’ berasal dari gabungan kata PermADI dan RAchmat. Pada tahun 2004, ADMF diakuisisi oleh Bank Danamon (BDMN), dan sejak saat itu BDMN terus menambah kepemilikannya atas ADMF hingga mencapai 95%. Karena itulah, dari persis 1 milyar lembar saham ADMF yang beredar, hanya 46 juta lembar diantaranya yang dimiliki oleh investor publik, dan alhasil sahamnya menjadi tidak likuid.


Tidak ada catatan bagaimana kinerja ADMF sebelum tahun 2004. Namun yang jelas setelah dipegang oleh BDMN, ADMF mencatat perkembangan yang signifikan. Pada tahun 2008, atau empat tahun setelah masuknya BDMN, ADMF sukses menambah jumlah outletnya dari 120 menjadi 300 outlet, alias tumbuh lebih dari 2 kali lipat. Pada tahun itu pula perusahaan untuk pertama kalinya mencatatkan laba yang menembus Rp1 trilyun, yang mentasbihkannya sebagai perusahaan pembiayaan terbesar di tanah air. Di tahun-tahun berikutnya ekspansi terus berlanjut, hingga pada hari ini, ADMF sudah memiliki lebih dari 700 outlet di seluruh Indonesia, dengan perolehan laba bersih untuk tahun 2013 kemarin sebesar Rp1.7 trilyun.

Sekilas, kenaikan laba dari Rp1 trilyun di tahun 2008 menjadi Rp1.7 trilyun di tahun 2013, atau hanya naik total 70% dalam waktu 5 tahun, tentu saja bukan merupakan track record yang mengesankan. Namun itu salah satunya karena tahun 2012 kemarin merupakan tahun yang berat bagi industri pembiayaan, tak terkecuali bagi ADMF, yang labanya sempat turun. Pada tahun tersebut, penjualan sepeda motor di seluruh Indonesia turun 11%, sebagai dampak dari kebijakan Pemerintah yang memberlakukan peraturan uang muka alias DP minimum 20% untuk pembelian sepeda motor secara kredit. Disisi lain penjualan mobil justru naik hingga 25% seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia, namun sayang core bisnis ADMF masih terletak di pembiayaan sepeda motor. Alhasil laba perusahaan turun sedikit dari Rp1.58 trilyun di tahun 2011, menjadi Rp1.41 trilyun di tahun 2012.

Meski demikian, ADMF tidak perlu waktu lama untuk bangkit, karena pasar sepeda motor itu sendiri juga tidak perlu waktu lama untuk bisa beradaptasi dengan peraturan DP minimum tersebut. Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), volume penjualan sepeda motor pada tahun 2013 tercatat 7.8 juta unit, tumbuh dari 7.1 juta unit di tahun 2012. Alhasil laba ADMF juga sukses kembali tumbuh menjadi Rp1.7 trilyun, seperti yang sudah disebut diatas.

Lalu bagaimana kedepannya, katakanlah untuk tahun 2014 ini?

Dalam periode waktu sepuluh tahun dari tahun 2000 hingga 2010, volume penjualan sepeda motor meningkat pesat dari 800 ribu menjadi 7 jutaan unit, dan itu terutama didorong oleh pertumbuhan pasar diluar Pulau Jawa, dalam hal ini Pulau Sumatera dan Kalimantan, karena meningkatnya daya beli masyarakat di dua pulau tersebut. Dan anda mungkin sudah tahu apa yang mendorong peningkatan daya beli tersebut: Berkembangnya bisnis kelapa sawit dan batubara. Selama periode 2000 – 2010, banyak bermunculan pengusaha sawit di Sumatera, dan juga juragan batubara di Kalimantan, dan demikian pula taraf hidup para pegawai mereka serta warga sekitar turut meningkat, sehingga mereka ramai-ramai membeli sepeda motor.

Namun pada periode tahun 2011 – 2013 kemarin kondisinya berbalik, dimana harga sawit dan batubara jatuh, ditambah lagi adanya peraturan DP minimum. Sebenarnya sempat ada kekhawatiran bahwa penjualan sepeda motor akan benar-benar tertekan untuk waktu yang lama, namun toh satu-satunya tahun dimana terjadi penurunan penjualan sepeda motor hanyalah tahun 2012 saja. Sepertinya, karena pada akhirnya sepeda motor masih merupakan sarana transportasi paling praktis bagi kebanyakan masyarakat di Indonesia, maka volume penjualannya akan terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

Hingga saat ini harga komoditas dunia, termasuk batubara dan kelapa sawit, masih belum sepenuhnya pulih, namun juga sudah tidak turun lebih rendah lagi. Disisi lain masyarakat sudah terbiasa dengan peraturan DP minimum, dan terdapat peluang dari meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah, yang itu berarti meningkatnya volume penjualan mobil. Porsi pendapatan ADMF sendiri sudah bergeser dari sebelumnya 60% pembiayaan sepeda motor dan 40% pembiayaan mobil, menjadi 55 : 45. Posisi ADMF sendiri sebagai salah satu pemimpin pasar di industri pembiayaan di tanah air cukup menjamin bahwa kinerja perusahaan akan terus meningkat dari waktu ke waktu, dengan catatan tidak ada ‘gangguan’ seperti yang terjadi di tahun 2012. Dan berhubung untuk tahun 2014 ini sepertinya gangguan tersebut sudah tidak ada sama sekali, then what do you think?

Berikut adalah beberapa poin yang membuat ADMF ini cukup menarik untuk investasi:

  1. Bisnis pembiayaan praktis merupakan salah satu bisnis paling menguntungkan di Indonesia. Bayangkan saja, anda bisa membebankan bunga hingga 44% kepada orang yang membeli sepeda motor secara kredit! Sejak dulu, tingkat suku bunga pinjaman bank di Indonesia merupakan salah satu yang tertinggi di dunia, dan itu sebabnya industri perbankan disini juga terbilang sangat menguntungkan, tapi bahkan industi pembiayaan ini lebih menguntungkan lagi.
  2. Salah satu problem utama perusahaan pembiayaan seperti ADMF adalah bagaimana mereka bisa memperoleh sumber pendanaan yang murah, karena percuma saja jika mereka dapet bunga 44% dari pembeli sepeda motor, namun disisi lain mereka harus bayar bunga 30% ke pemilik dana, dalam hal ini bank. Namun posisi ADMF sebagai anak usaha BDMN menyebabkannya nggak perlu kemana-mana lagi kalau mereka butuh duit, melainkan memang selama ini ADMF memperoleh pendanaan dari induknya tersebut. Selain itu, nama besar perusahaan memungkinkannya untuk memperoleh pendanaan dari penerbitan obligasi, yang bunganya lebih murah dari pinjaman bank. Hal inilah yang menyebabkan ADMF mampu menekan biaya operasionalnya sehingga perolehan labanya terbilang maksimal. Dalam lima tahun terakhir termasuk di tahun 2012, tingkat Return on Equity (ROE) ADMF senantiasa terjaga di level 25 – 30%.
  3. ADMF dikelola oleh tim manajemen yang kompeten, konservatif (bisa dilihat dari tingkat leverage-nya yang dibawah rata-rata industri pembiayaan), dan juga royal terhadap investor, dimana itu bisa dilihat dari pembagian dividennya yang mencapai 50% perolehan laba perusahaan setiap tahun.
Sedikit catatan, untuk tahun buku 2012, ADMF membagikan dividen sebesar Rp703 per saham. Berhubung pada tahun 2013 kemarin laba perusahaan bertumbuh 20.3%, maka dividennya juga kemungkinan akan naik menjadi Rp853 per saham. Dengan harga sahamnya saat ini yakni Rp9,000, maka itu berarti dividend yield-nya 9.5 persen! Menarik bukan? Dan jika melihat PER dan PBV-nya yang masing-masing hanya 5.3 dan 1.5 kali, maka saham ini memang murah. Dalam setahun terakhir ADMF telah turun 10%, dimana sepertinya itu terjadi karena investor masih berpikir bahwa industri pembiayaan sepeda motor di tahun 2013 kemarin sama beratnya seperti tahun 2012, padahal tidak. Selain itu kita tidak sedang bicara perusahaan abal-abal disini, melainkan Adira. Penulis pribadi sudah mulai penasaran dengan perusahaan ini sejak jaman kuliah dulu di Bandung, dimana papan nama ‘Adira’ bisa dengan mudah ditemukan di hampir setiap kompleks ruko di pinggir jalan.

However, berinvestasi di perusahaan ini membutuhkan komitmen dari anda untuk memegangnya dalam waktu yang cukup lama, karena jika anda memegangnya dalam jumlah yang cukup banyak, maka anda tidak akan bisa keluar di waktu-waktu tertentu karena masalah likuiditas seperti yang kita bahas diatas. Penulis tidak tahu akan berada di level berapa ADMF ini dalam waktu 2 atau 3 tahun kedepan, namun yang jelas saham ini memiliki risiko investasi yang relatif rendah, terutama jika anda bisa mengakumulasinya pada kisaran harganya saat ini.

PT Adira Dinamika Multi Finance, Tbk
Rating Kinerja pada Q4 2013: AA
Rating Saham pada 9,000: A

Komentar

Anonim mengatakan…
menurut saya harga saham masih bisa turun lagi, sekitar 8000
Anonim mengatakan…
saya perhatikan dari awal blog ini berdiri ulasan bapak tentang emiten sangat bermanfaat bagi investor karena penilaiannya objektif,thanks before pak teguh,
minta ulasan tentang SSIA ya pak atau emiten lapis 2 yang lagi bertumbuh bagus ke depannya
Anonim mengatakan…
Analisa yang bagus, Pak Teguh. ADMF dari estimasi dividennya aja udah jauh di atas bunga deposito.
Anonim mengatakan…
Bukannya tahun 2013 pak Teguh, bukankah LK nya adalah laporan masa lalu yang telah lewat?

Welly
Broker Saham mengatakan…
Adira Dinamika Multi Finance (ADMF) menjadi satu dari beberapa emiten yang pada saat ini sudah merilis laporan keuangan untuk periode Kuartal IV 2014, alias Tahun Penuh 2014

bagimana bisa lap keuangan 2014 sudah dirilis? sekarang kan baru awal 2014. Saya rasa ada kesalahan cetak.
Teguh Hidayat mengatakan…
@Broker Saham Upss.. iya pak harusnya 2013, dan bukannya 2014. Terima kasih atas koreksinya, sudah saya perbaiki yap :)
Unknown mengatakan…
Artikel yang menarik tentang bisnis (saham) yang bagus dengan harga yang murah.
Saya pikir dengan aturan terbaru tentang free float saham minimal 7,5% / 50 juta saham bisa membantu ADMF ke harga yang wajar, ini merupakan kesempatan investor meraih gain karena dengan PBV sebesar 1,5 masih cukup murah, jadi ada peluang untuk apresiasi.
Good Job Pak Teguh, simple and brilliant.
Anonim mengatakan…
Too bad dividen nya terlalu tinggi. Andai dividennya gak setinggi skrg, seharusnya perfomance bisa lebih bagus lagi
Anonim mengatakan…
Dear Pak Teguh,

Mohon ulasan nya tentang prospek Bank Danamon, soalnya dibandingkan dengan Bank sejenis harga saham Danamon masih belum "loncat".

Dilihat dari PBV sih masih sekitar 1.x . Tapi DER nya cukup tinggi dibandingkan dengan industri nya.
Anonim mengatakan…
Udah menjelang bagi dividen nih.. Monggo yang mao borong. Saya kebetulan udah beli kemarin..

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)