Pada salah satu annual letter-nya di tahun 1960-an, Warren Buffett pernah
ngomong begini, ‘Cara kerja kami adalah membeli saham-saham pada harga yang
serendah-rendahnya, sehingga jika nanti kami menjualnya pada harga yang tidak
terlalu tinggi sekalipun, kami tetap akan memperoleh keuntungan.’ Contoh
aplikasinya bagaimana, dalam hal ini kalau di pasar saham Indonesia? Nah,
kebetulan ada saham yang belakangan ini sedang penulis amati karena valuasinya
sudah cukup murah. Saham tersebut adalah Bank
BTN (BBTN).
Jadwal Seminar/Workshop Value Investing: Advanced Class: Medan 21 April (FULL SEAT), Bali 28 April (masih available). Info selengkapnya klik/baca disini.
Buku Kumpulan Analisis 30 Saham Pilihan Edisi Kuartal I 2018 ('Ebook Kuartalan') akan terbit tanggal 8 Mei 2018. Anda bisa memperolehnya disini.

Strategi Portofolio: Antara Blue Chip dan Second Liner
Beberapa waktu lalu ada seorang teman yang bertanya seperti ini kepada
penulis, ‘Pak Teguh, kenapa Warren Buffett nggak suka saham-saham teknologi ya?
Padahal kalau dia beli Apple, Google, Microsoft.. dalam jangka panjang untungnya
bisa gila-gilaan tuh.’ Dan penulis menjawab. ‘Buffett mengatakan bahwa ia tidak
mengerti teknologi. Tapi saya pikir alasan sebenarnya adalah karena ia
menyadari bahwa bisnis ini berisiko tinggi. Contohnya, antara tahun 1995 –
1999, di Amerika berkembang banyak sekali perusahaan teknologi, termasuk
didalamnya perusahaan internet, hingga sempat terjadi dot com bubble. Tapi
setelah dot com bubble tersebut meletus, hampir semuanya bangkrut kecuali
Google dan Yahoo’.
Gema Grahasarana
Periode Kuartal I 2014 kemarin merupakan periode dimana kinerja sebagian
besar para emiten lapis dua mengalami kemunduran, jika ukurannya adalah laba
bersihnya yang turun dibanding periode yang sama tahun 2013. Sementara kondisi
yang sebaliknya dialami oleh para emiten besar (saham-saham bluechip), dimana
laba bersih mereka naik signifikan. Entah ini merupakan semacam siklus atau
hanya kebetulan, namun yang jelas hal ini berdampak pada banyaknya saham-saham
lapis dua yang turun dalam satu atau dua bulan terakhir ini. Salah satunya Gema
Grahasarana (GEMA), dimana perusahaan mencatatkan penurunan laba sekitar 40%
dan alhasil sahamnya terus turun hingga sekarang sudah berada di level 380.
Namun dengan PBV yang saat ini tercatat hanya 0.8 kali, maka pertanyaannya
adalah apakah sekarang dia sudah cukup murah?
Jika Prabowo Menjadi Presiden..
Kalau kita perhatikan pergerakan IHSG dalam beberapa bulan terakhir ini,
dimana indeks naik tajam pada tanggal 14 Maret lalu ketika Jokowi
resmi dicalonkan sebagai Presiden, dan sebaliknya turun drastis ketika
Prabowo memperoleh dukungan dari Golkar, maka tampak jelas bahwa mayoritas
pelaku pasar (terlepas dari pilihan pribadi tiap-tiap investor) lebih memilih
Jokowi sebagai Presiden RI. However, pertama-tama anda harus menyadari bahwa
jumlah investor di pasar saham Indonesia itu nggak sampai 500 ribu orang, alias
sangat sedikit dibanding jumlah total penduduk Indonesia yang mencapai lebih
dari 250 juta jiwa. Jadi bahkan jika seluruh investor saham tanpa terkecuali
memilih Jokowi, maka itu tetap tidak menjadi jaminan bahwa Jokowi akan menang.
Resource Alam Indonesia
Dalam beberapa kali kesempatan ngobrol santai dengan Bapak Lo Kheng Hong,
beliau menyampaikan bahwa terdapat setidaknya dua saham di sektor batubara yang
sangat menarik untuk investasi karena valuasinya yang rendah. Dua saham
tersebut adalah Bumi Resources (BUMI), dan Resource Alam Indonesia (KKGI).
Untuk BUMI, well, penulis pribadi punya pendapat yang sedikit berbeda. Namun
untuk KKGI, saham ini memang menarik, dan itu bukan karena ‘romantisme masa
lalu’ dimana KKGI ini sempat menghasilkan cuan besar ketika naik sampai
8,000-an di awal tahun 2012 lalu, melainkan karena valuasinya yang rendah,
prospeknya yang cerah, dan perusahaannya sendiri juga tidak bermasalah. Anyway,
kita langsung sajalah.
15 Prinsip Investasi ala Buffett
Pada bulan Juni 1996, chairman Berkshire Hathaway, Warren Buffett, merilis
sebuah buku kecil berjudul ‘An Owner’s Manual’, yakni semacam buku panduan bagi
investor pemegang saham Berkshire. Buku tersebut berisi 13 plus 2 prinsip Berkshire
dalam berbisnis, atau dalam hal ini: Berinvestasi. Ketiga belas prinsip
tersebut sudah diciptakan oleh Buffett sejak tahun 1983, dan seluruhnya masih
relevan hingga saat ini, atau paling tidak seperti itulah yang dikatakan
Buffett di Annual Letter-nya yang terakhir, yakni edisi tahun 2013. Nah, disini
penulis akan mengajak anda untuk juga membaca prinsip-prinsip ala Buffett
tersebut, tentunya yang sudah saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Okay,
kita langsung saja:
Langganan:
Postingan (Atom)