Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2016

PP Properti

Gambar
Seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2015 lalu, mayoritas perusahaan di BEI mengalami penurunan kinerja, atau bahkan menderita kerugian. However, beberapa dari mereka, seperti PT PP Properti Tbk (PPRO), masih berada dalam momentum pertumbuhan. Hingga September 2015, PPRO mencatat laba bersih Rp206 milyar, naik empat kali lipat dibanding periode yang sama tahun 2014.

Penjelasan Penurunan NIM Perbankan

Gambar
Kamis kemarin, tanggal 18 Februari, komisioner otoritas jasa keuangan (OJK), Muliaman Hadad, mengatakan bahwa net interest margin (NIM) perbankan di Thailand tercatat 3 – 4%, sementara NIM di Indonesia lebih tinggi. Agar lebih comparable dengan negara-negara lain dikawasan ASEAN, maka NIM bank-bank di Indonesia akan diarahkan hingga menjadi 3 – 4% juga, dimana OJK akan meminta bank untuk menurunkan bunga kreditnya. Sehari kemudian Menteri BUMN, Rini Soemarno, juga menghimbau kepada bank-bank BUMN untuk menurunkan NIM-nya menjadi sekitar 4% dengan cara melakukan konsolidasi seperrti berbagi sistem IT dan mesin ATM, sehingga menurunkan biaya operasional, dan alhasil kinerja bank-bank tersebut menjadi lebih efisien.

Posisi Bursa Saham Indonesia di Regional Asia Tenggara

Gambar
Kemarin ada berita bahwa Bank Central Asia (BBCA) telah mengambil alih posisi Development Bank of Singapore (DBS) sebagai bank terbesar di Asia Tenggara, dari sisi market cap. Dan berdasarkan pengalaman, ketika sebuah perusahaan sudah memperoleh titel ‘terbesar’ entah itu dari sisi market cap, nilai aset, atau nilai ekuitas, it must mean something. Apalagi sebelumnya jarang terdengar ada perusahaan Indonesia yang mampu ‘mengalahkan’ perusahaan Singapura, dimana dalam hal perkembangan pasar modal, diakui atau tidak, kita masih kalah jauh dibanding tetangga kecil nan menjengkelkan tersebut. Dan mungkin pertanyaannya, sebenarnya bagaimana sih posisi saham-saham Indonesia di regional Asia Tenggara?

Mengenal LQ45 Futures

Gambar
Tanggal 1 Februari kemarin, BEI bersama dengan KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia) mengaktifkan kembali perdagangan LQ45 Futures. Perdagangan LQ45 Futures sebenarnya sudah ada sejak tahun 2001 lalu, namun dihentikan pada tahun 2009 karena berbagai alasan, dan sekarang diaktifkan lagi dengan beberapa penyempurnaan regulasi. Namun pertanyaannya, apa sih yang dimaksud dengan LQ45 Futures ini? Dan bagaimana pengaruhnya terhadap IHSG?

Seminar Value Investing, Jakarta, 20 Februari 2016

Gambar
Dear investor, penulis  (Teguh Hidayat) menyelenggarakan training/seminar/workshop investasi saham dengan tema:  ‘Value Investing – Buy at Lowest Price, Sell at Highest’ , di Jakarta. Acara ini juga merupakan kesempatan untuk kumpul alias gathering bagi teman-teman sesama investor saham asal Kota Jakarta dan sekitarnya. Dan berikut keterangan selengkapnya:

Apa itu Indeks LQ45?

Gambar
Tanggal 25 Januari kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) merilis daftar terbaru dari saham-saham yang menjadi komponen Indeks LQ45. Dalam daftar tersebut ada tiga saham baru yang menjadi komponen indeks, yakni Aneka Tambang (ANTM), HM Sampoerna (HMSP), dan Hanson International (MYRX), dimana mereka menggantikan tiga saham yang keluar yakni XL Axiata (EXCL), Indo Tambangraya Megah (ITMG), dan Wika Beton (WTON). Tak lama kemudian penulis menerima banyak email pertanyaan: Bukannya ANTM di Kuartal III 2015 kemarin menderita rugi Rp1 trilyun, atau dengan kata lain fundamentalnya jelek? Bagaimana bisa dia masuk indeks LQ45?