Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Tiga Tips Investasi Saham u/ Pemula

Gambar
Seperti juga tahun-tahun sebelumnya, tak terasa tahun 2017 inipun akan segera berlalu dan, hey, blog ‘Indonesia Value Investing’ ini tiba-tiba saja sudah berusia 8 tahun . Jadi bagi anda yang sudah membaca blog ini sejak tahun-tahun awal maka anda, bersama-sama dengan penulis, sudah melewati banyak sekali fase naik turunnya pasar saham, sudah mengalami ‘susah senang’ bersama, pernah merasa flying without wings ketika memperoleh profit besar, dan sebaliknya pernah pula kebingungan hingga stress ketika terpaksa cut loss.

Seminar Value Investing: Surabaya, 20 Januari 2018

Gambar
Dear investor, penulis  (Teguh Hidayat)  menyelenggarakan training/seminar/workshop investasi saham dengan tema  ‘Value Investing  – How to Casually Make Money from Stock Market ’ , di  Surabaya. Acara ini juga merupakan kesempatan untuk gathering bagi teman-teman sesama investor saham  di Surabaya (atau dari luar kota juga boleh hadir). B erikut keterangan selengkapnya:

Tiga Pilar Sejahtera Food

Gambar
Dalam beberapa waktu terakhir ini ada banyak saham second liner yang turun signifikan seiring dengan terjadinya koreksi pasar (soal koreksi pasar ini, baca lagi penjelasannya disini ), namun mungkin tidak ada saham lain yang turun sedalam Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA). Yup, enam bulan lalu AISA masih berada di level 1,700-an, sebelum kemudian drop ke level 1,000-an pada Juli 2017 setelah perusahaan tersangkut kasus hukum terkait anak usahanya, PT Indo Beras Unggul. However, tak hanya kasus hukumnya tersebut sampai sekarang masih simpang siur, AISA kembali dihantam isu-isu miring mulai dari rencana divestasi unit usaha berasnya hingga isu default (gagal bayar utang), dan alhasil sahamnya kembali terjun bebas hingga sempat menyentuh level 378, sebelum kemudian membal ke level 480 – 500.

Cara ‘Membeli’ IHSG

Gambar
Pada salah satu sesi kelas private kemarin, ada pertanyaan menarik dari peserta: ‘Pak Teguh, saya ini kan gak mengejar profit besar ataupun profit cepat dari saham. Asal bisa dapet profit decent diatas bunga deposito, katakanlah 10 – 15% per tahun, dan juga konsisten dalam jangka panjang, saya sudah sangat puas. Nah, saya perhatikan kenaikan IHSG dalam jangka panjang, kalau dirata-ratakan adalah sekitar segitu per tahun. Jadi bisa gak kita gak usah beli saham, tapi beli IHSG-nya saja?’

Cara Membaca Arah Pasar Sekarang Ini

Gambar
Sebagian dari anda mungkin bingung dengan kondisi pasar saham dalam satu atau dua minggu terakhir, dimana ada banyak saham yang turun cukup banyak (10% atau lebih), padahal gak ada sentimen atau berita negatif apapun terkait perusahaannya (kecuali mungkin rumor-rumor yang gak jelas dari mana sumbernya), sementara disisi lain IHSG-nya masih strong di level 6,000-an. Maksud penulis adalah, kalau misalnya sebuah saham turun ketika IHSG-nya lagi turun, atau ada something bad terkait perusahaan, maka penurunan tersebut jadi bisa dimaklumi, dan terdapat harapan bahwa saham itu nanti juga bakal naik lagi ketika IHSG naik lagi. Tapi bagaimana ketika ada sebuah saham yang seperti turun sendiri, tanpa ada peristiwa apapun yang bisa menjelaskan penurunan tersebut?

Prospek ANTM, TINS, PTBA Pasca Pembentukan Holding Tambang

Gambar
Pada Rabu, 29 November kemarin, tiga BUMN tambang yakni PT Aneka Tambang (ANTM), PT Timah (TINS), dan PT Bukit Asam (PTBA), secara hampir bersamaan (hanya beda jam) menyelenggarakan RUPS untuk menyetujui rencana pembentukan perusahaan holding tambang, dimana saham milik pemerintah di ketiga perusahaan (hanya saham milik pemerintah saja, jadi saham milik investor publik tetap dimiliki oleh publik/ketiga perusahaan tersebut tetap berstatus Tbk) semuanya dialihkan ke PT Indonesia Asahan Alumunium (Inalum) . Dengan demikian Pemerintah sekarang memiliki satu perusahaan tambang yang besar, yang merupakan gabungan dari Inalum, ANTM, TINS, dan PTBA, dimana Inalum menjadi induk (holding) dari tiga perusahaan lainnya.

Siklus Krisis 10 Tahunan?

Gambar
Salah satu topik yang paling sering dibicarakan di komunitas investor pasar modal adalah, kapan kira-kira terjadi krisis lagi? Dan sejak beberapa tahun lalu sudah muncul anggapan akan adanya ‘siklus krisis 10 tahunan’. Yup, berhubung krisis besar yang masih diingat semua orang adalah krisis moneter 1998 dan juga krisis global 2008, dimana kedua krisis tersebut terjadi dalam selang waktu 10 tahun, maka secara simpelnya krisis berikutnya akan terjadi 10 tahun setelah 2008, alias tahun 2018. Pertanyaannya, benarkah pada tahun 2018, alias tahun depan, akan kembali terjadi krisis?

Stocksplit, & Pengaruhnya ke Harga Saham

Gambar
Stocksplit , atau secara harfiah bermakna ‘pemecahan saham’, adalah aksi korporasi dimana perusahaan memecah/membelah saham beredarnya hingga jumlah saham tersebut menjadi lebih banyak, tanpa menambah ataupun mengurangi nilai dari saham itu sendiri . Untuk kalimat terakhir mungkin perlu digaris bawahi, karena seringkali investor bingung terkait apakah stocksplit ini membuat sebuah saham jadi lebih menarik/prospektif, atau justru sebaliknya harus dihindari karena nilainya (atau harganya yang tertera di market) turun.

Buku Kumpulan Analisis Saham, Kuartal III 2017

Gambar
Dear investor, seperti biasa setiap kuartal alias tiga bulan sekali, penulis membuat buku elektronik (ebook, dengan format PDF) yang berisi kumpulan analisis fundamental saham, yang kali ini didasarkan pada laporan keuangan para emiten untuk periode Kuartal III 2017 . Ebook ini diharapkan akan menjadi panduan bagi anda (dan juga bagi penulis sendiri) untuk memilih saham yang bagus untuk trading jangka pendek, investasi jangka menengah, dan panjang.

Sido Muncul

Gambar
Beberapa waktu lalu penulis mendengar cerita unik. Jadi pada tanggal 15 Oktober kemarin di Kota Bantul, Jogja, dilangsungkan pernikahan dengan mas kawin bukan emas, seperangkat alat shalat atau semacamnya, melainkan mas kawin saham , dalam hal ini saham Sido Muncul (SIDO) sebanyak 500 lot senilai Rp27.7 juta, atau Rp555 per saham. Ini menarik, mengingat mempelai pria memang seorang investor yang sudah mulai mengenal saham sejak tahun 2013, dan tentunya ia tidak main-main ketika memberikan mas kawin berupa saham tersebut. Pertanyaannya, kenapa saham SIDO yang dijadikan mas kawin, dan bukannya saham lain?

Konstruksi.. Lagi!

Gambar
Sebentar lagi kita akan memasuki musim rilis laporan keuangan (LK) Kuartal III, dan seperti biasa beberapa emiten merilis LK-nya lebih awal. Salah satunya adalah emiten konstruksi Waskita Karya (WSKT), plus anak usahanya Waskita Beton Precast (WSBP), dimana hasilnya cukup mengesankan: Laba bersih WSKT melonjak dari Rp1.1 menjadi Rp2.6 trilyun, sementara laba WSBP juga naik dari Rp502 menjadi Rp825 milyar. Kemungkinan karena keluarnya LK inilah, saham WSKT dan WSBP dengan cepat melonjak dalam semingguan terakhir, demikian pula saham-saham konstruksi yang lain terutama karena adanya anggapan bahwa kalau WSKT kinerjanya bagus, maka demikian pula kinerja konstruksi BUMN lainnya bakal bagus juga. Pertanyaannya sekarang, mengingat sebelumnya WSKT dkk justru turun terus, maka apakah ini merupakan tanda bahwa penurunannya sudah maksimal, dan selanjutnya konstruksi akan balik arah? Atau bagaimana?

Value Investing di Kehidupan Sehari-hari

Gambar
Suatu pagi di tahun 1991. Penulis, yang ketika itu masih duduk di bangku kelas 1 SD, sedang sakit demam sehingga pagi itu saya tidak berangkat sekolah, melainkan hanya tidur-tiduran saja dirumah. Kemudian mbak-mbak penjanja makanan keliling yang biasa mampir ke rumah kami mengetuk pintu, dan ditemui oleh ibu penulis, dan penulis bisa mendengar mereka mengobrol dimana salah satu topiknya adalah, ‘Si Teguh lagi sakit panas’, yang kemudian dijawab, ‘Kasih ini aja bu, mudah-mudahan cepet sembuh ya’.

Bumi Citra Permai

Gambar
Saham Bumi Citra Permai (BCIP) mungkin tidak familiar bagi sebagian besar investor dan trader saham di Indonesia, namun perusahaan properti ini baru saja merilis laporan keuangan Kuartal II 2017, dimana sekilas angka-angkanya tampak mengesankan: Laba bersihnya naik lebih dari dua kali lipat, annualized ROE 25.5%, dan PBV cuma 0.5 kali pada harga Rp125 per saham. Mutiara terpendam?

Prospek IPO GMF Aero Asia

Gambar
Sepanjang tahun 2017 hingga ketika artikel ini ditulis, terdapat setidaknya 29 emiten baru yang melantai di bursa alias IPO, atau jauh lebih banyak dibanding tahun-tahun sebelumnya, namun kebanyakan dari saham IPO ini memiliki market cap yang kecil, sehingga tidak terlalu menarik perhatian investor. Cerita berbeda dialami oleh IPO Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMFI), dimana nilai IPO-nya cukup besar yakni Rp1.1 trilyun, dan market cap GMFI itu sendiri mencapai Rp11.3 trilyun pada harga perdana Rp400 per saham. Pertanyaannya sekarang, bagaimana prospeknya?

Belajar dari Li Ka-shing

Gambar
Ketika artikel ini ditulis, penulis sedang berada di Hong Kong, untuk bertemu dan makan siang dengan Li Ka-shing . Well, just kidding, saya cuma bisa berkunjung ke lobby gedung kantornya saja yakni Cheung Kong Center, untuk kemudian duduk-duduk manja di taman di belakang gedung. CK Center, yang berlokasi di daerah Central, Hong Kong, merupakan kantor pusat dari CK Hutchison Holdings , perusahaan investasi milik Mr. Li, yang kalau penulis sendiri menyebutnya sebagai Berkshire Hathaway-nya Asia, karena cara kerjanya sangat mirip: CK Hutchison selalu membeli aset-aset bagus pada harga murah, dimana jika aset tersebut tidak dijual kembali beberapa waktu kemudian pada harga yang jauh lebih tinggi, maka tetap dipegang sebagai cash machine . Per akhir tahun 2016, CK Hutchison memiliki aset bersih HK$ 544 milyar, atau setara Rp925 trilyun. Mr. Li sendiri, menurut Forbes, memiliki kekayaan sekitar US$ 33.6 milyar atau setara Rp443 trilyun, yang menjadikannya sebagai salah satu orang terkaya di

Logindo Samudramakmur

Gambar
Logindo Samudramakmur (LEAD) membukukan rugi bersih US$ 4.7 juta hingga Kuartal II 2017, dan dilihat dari sini saja maka praktis sahamnya tidak layak invest. Namun demikian dalam sebulan terakhir, LEAD justru naik banyak dari 65 hingga sekarang sudah tembus diatas 100, sehingga dia menjadi satu dari beberapa saham yang sukses terbang ketika sebagian besar saham-saham lainnya bertumbangan dalam beberapa bulan terakhir, tapi disisi lain valuasinya masih sangat rendah dengan PBV hanya sekitar 0.2 kali. So, ini peluang apa bukan?

Asing Jualan Terus?

Gambar
Hingga Selasa kemarin, 12 September 2017, investor asing masih saja jualan hingga posisi net buy asing sejak awal tahun, yang sebelumnya sempat hampir tembus Rp20 trilyun pada April lalu, sekarang sudah minus alias net sell, tepatnya minus Rp7 trilyun. Penulis pun menerima banyak pertanyaan, kenapa asing terus keluar? Tapi yang terpenting disini sebenarnya bukan soal kenapa mereka keluar, melainkan: Bagaimana dampak dari keluarnya asing terhadap pasar? Dan bagaimana strategi investasi yang paling tepat dalam situasi pasar seperti sekarang ini? Perbandingan nilai transaksi asing vs domestik hingga 12 September 2017. Perhatikan bahwa investor domestik sekarang ini menguasai 64% volume transaksi di bursa (biasanya hanya 50 - 55%).

Mengatasi Rasa Takut dalam Berinvestasi

Gambar
Salah satu musuh terbesar investor dalam berinvestasi saham adalah timbulnya rasa takut, entah itu ketika akan mulai berinvestasi/membuka rekening di sekuritas, atau ketika membeli/meng-hold saham sendiri, dimana sumber ketakutan itu hanya satu: Takut rugi , dan takut kehilangan uang. Bahkan lebih dari itu: Ketika anda beli saham di harga 1,000, kemudian dia naik ke 1,200 (sehingga anda untung 20%), maka tetap saja anda akan takut kalau-kalau sahamnya nanti turun lagi, sehingga untung 20% tersebut akan hilang lagi. Jadi meski posisi anda sebenarnya tidak rugi, tapi anda tetap takut kalau-kalau keuntungan yang sudah diperoleh sebelumnya akan hilang.

Bumi Resources: Penyelesaian Perpanjangan Jatuh Tempo Utang

Gambar
Pagi ini, Bumi Resources (BUMI) merilis pengumuman di website BEI dengan judul ‘Penukaran Utang Yang Terdiri Dari Sejumlah Pinjaman Tertentu yang Diberikan Kepada Perseroan’. Seorang teman yang membaca pengumuman tersebut langsung kaget: Bukannya masalah utang BUMI udah clear semua melalui right issue-nya kemarin? Jadi utang apa lagi ini??

Prospek Batubara: Update Kuartal II 2017

Gambar
Salah satu kesulitan dalam berinvestasi di saham-saham komoditas, entah itu minyak, batubara, hingga CPO, adalah kita sebagai investor tidak akan memiliki gambaran soal apakah harga minyak kedepannya bakal naik atau turun. Maksud penulis adalah, kita juga memang tidak bisa memprediksi naik turunnya harga saham, tapi naik turunnya harga komoditas, itu lebih tidak bisa diprediksi lagi . Contohnya, meski kita tidak tahu apakah besok-besok saham Astra International (ASII) bakal naik atau turun, tapi penulis cukup pede untuk mengatakan bahwa bahkan kalaupun terjadi force majeure ataupun IHSG drop, tapi ASII gak akan turun sampai dibawah 5,000.

Antara Investor Saham, dan Pahlawan Kemerdekaan

Gambar
Sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, Sudirman , yang ketika itu merupakan komandan PETA (pembela tanah air, organisasi militer bentukan Pemerintah Imperial Jepang di Indonesia), bergegas ke Jakarta untuk menemui Presiden Sukarno, untuk menyatakan dukungannya terhadap Negara Republik Indonesia (RI) yang baru berdiri. Pada tanggal 5 Oktober, Pemerintah RI mendirikan Tentara Keamanan Rakjat (TKR) yang menjadi cikal bakal TNI, dan pada tanggal 12 November, para anggota TKR melakukan general meeting pertama untuk memilih siapa yang akan menjadi pimpinan tertinggi/panglima. Sudirman, yang ketika itu baru berusia 29 tahun, terpilih sebagai pimpinan militer, dengan pangkat kolonel.

PGAS, dan Rencana Penurunan Harga Gas

Gambar
Hingga hari ini, Kamis, 10 Agustus, Perusahaan Gas Negara (PGAS) masih belum merilis laporan keuangan Kuartal II 2017 dikarenakan adanya limited review. Namun jika kita melihat kinerja perusahaan di Kuartal I, dimana labanya masih turun tipis 3.8%, maka PGAS merupakan satu dari dua perusahaan besar di BEI (satunya lagi SMGR) yang kinerjanya masih belum pulih sejak Indonesia mengalami titik terendah perlambatan ekonominya pada tahun 2015 lalu. Dilihat dari sini saja maka wajar jika dalam dua tahun terakhir, saham PGAS ketinggalan jauh dibanding saham-saham blue chip lainnya. Namun demikian kinerja PGAS sebenarnya tidak seburuk itu juga, dan perusahaan tidak memiliki problem spesifik terkait operasional, GCG , maupun industri gas itu sendiri.

Prospek Saham-Saham Konstruksi: Update

Gambar
Pada Desember 2016 lalu, penulis menyampaikan bahwa salah satu sektor yang mungkin bakal ‘naik panggung’ di tahun 2017 ini adalah sektor konstruksi, ketika itu dengan inti analisa sebagai berikut: 1. Saham-saham konstruksi belum naik banyak sepanjang tahun 2016, sehingga valuasinya relatif masih rendah, 2. Kinerja fundamental serta prospeknya masih bagus seiring dengan realisasi percepatan pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah, dan 3. Penyebab belum ‘jalannya’ saham-saham konstruksi adalah karena faktor kurang stabilnya kondisi politik nasional menjelang Pilkada DKI Jakarta ketika itu, tapi penulis termasuk yang percaya bahwa isu politik ini nantinya akan mereda dengan sendirinya. Anda bisa baca lagi analisanya disini .

Klarifikasi: Rivan Kurniawan, Final

Melanjutkan klarifikasi kemarin (kalo belum tau ceritanya, boleh baca lagi disini ), berikut adalah email permohonan maaf yang ditulis Pak Rivan secara langsung kepada penulis: Dear Pak Teguh Hidayat

Klarifikasi: Rivan Kurniawan

Sejak masih sangat belia, penulis percaya bahwa jika kita hendak sukses di suatu bidang, apapun bidang tersebut, maka pertama-tama kita harus menjadi orang yang baik, orang yang jujur, yang berbagi kebaikan dengan orang lain, yang bersedia memberikan tempat duduk di bus atau kereta untuk ibu hamil atau orang lain yang lebih membutuhkan. Dan kalaupun kita tidak bisa melakukan itu, maka paling tidak jangan berbuat sesuatu yang merugikan orang lain, apalagi mengambil/memanfaatkan sesuatu yang merupakan milik/hak orang lain.

Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA)

Gambar
Sepanjang akhir pekan kemarin gak ada pemberitaan yang lebih heboh di bursa selain cerita tentang Tiga Pilar Sejahtera Food (AISA), dimana perusahaan dituding telah menjual beras  yang dioplos dengan beras bersubsidi pada harga premium, sehingga dianggap merugikan masyarakat banyak, dan itu langsung berdampak negatif bagi sahamnya: Jumat kemarin AISA ditutup auto reject di level 1,205, dan pada Senin pagi ini, ketika artikel ini ditulis, dia sudah turun lagi ke level 900-an. Pertanyaannya tentu, ini peluang apa bukan??

Cara Average Down & Average Up

Gambar
Melanjutkan artikel minggu kemarin berjudul ‘Kenapa Saham Murah Masih Turun?’ ( ini link-nya , kalau belum baca sebaiknya baca dulu), ada satu pertanyaan bagus: ‘Seperti yang sudah dijelaskan di artikelnya, ketika kita membeli saham bagus pada harga murah, maka bukan berarti saham tersebut akan langsung naik, melainkan bisa saja naiknya lama kemudian, atau malah justru turun dulu. Pertanyaannya, kalau dia turun dan saya hendak average down, maka bagaimana strateginya? Sebaliknya kalau sahamnya langsung naik tak lama setelah saya membelinya, padahal saya baru beli sedikit, maka bagaimana strateginya kalau saya mau average up ?

Kenapa Saham Murah Kok Masih Turun??

Gambar
Pada sesi kelas value investing di Jakarta, 8 Juli kemarin, salah seorang peserta bertanya, ‘Pak Teguh, kalo dari rumus cara menghitung valuasi saham yang diberikan, maka kelihatan bahwa saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM) terbilang sudah mahal pada harga 4,000-an. Tapi kenapa kok sahamnya masih naik terus dalam beberapa bulan terakhir ini?’

Prospek Saham-Saham Properti

Gambar
IHSG menutup hari perdagangan pertama setelah libur panjang lebaran dengan naik 1.4% pada Senin 3 Juli kemarin ke posisi 5,910, sehingga dengan demikian IHSG sudah naik 11.6% sejak awal tahun 2017, atau cukup signifikan (dan ini sesuai dengan analisa kita di awal tahun, anda bisa baca lagi artikelnya disini ). Namun seperti juga di tahun-tahun sebelumnya, selalu ada saja saham-saham di sektor tertentu yang seperti ketinggalan kereta (baca: naiknya nggak setinggi kenaikan IHSG), atau bahkan malah turun.

Beli Saham Tidak Likuid: Jualnya Gimana?

Gambar
Pada sesi kelas value investing di Surabaya, 10 Juni kemarin, salah seorang peserta bertanya, ‘Pak Teguh, kalau dari contoh-contoh saham yang dipilih menggunakan metode value investing yang ditunjukkan, beberapa diantaranya merupakan saham kecil yang tidak likuid. Pertanyaannya, kalau kita beli saham tidak likuid tersebut, nanti jualnya gimana? Khawatirnya meskipun sahamnya kemudian memang naik tinggi, tapi tetep aja gak ada yang pasang bid sehingga gak bisa dijual , dan alhasil keuntungan yang diperoleh nggak bisa direalisasikan . ’

Right Issue BUMI: Memperoleh Pernyataan Efektif dari OJK. What’s Next?

Gambar
Di artikel dua minggu lalu (ini link-nya ) tentang rencana right issue Bumi Resources (BUMI), tepatnya mengenai perubahan pada penerbitan obligasi wajib konversi (OWK) yang kemudian menyebabkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunda memberikan pernyataan efektif alias persetujuannya terhadap right issue tersebut, penulis mengatakan bahwa artikel tersebut nanti akan ada lanjutannya lagi. Karena cerita bahwa right issue BUMI ini belum memperoleh restu dari OJK, itu barulah satu dari sekian banyak drama yang terjadi di sekitar saham yang dulunya pernah disebut-sebut sebagai ‘saham sejuta umat’ ini.

Uang THR Buat Beli Saham? Why Not??

Gambar
Salah satu moment yang ditunggu-tunggu oleh hampir semua orang menjelang lebaran, terutama mereka yang bekerja sebagai pegawai negeri ataupun swasta, adalah pemberian Tunjangan Hari Raya alias THR. Nah, kalau jaman dulu, pemberian THR ini sangat penting karena bisa membuat satu keluarga yang sehari-harinya mungkin hanya makan tahu dan tempe saja, maka khusus pada hari lebaran mereka bisa makan daging dan juga beli pakaian yang bagus-bagus. Tapi bagaimana dengan jaman sekarang?

Bumi Resources: Obligasi Wajib Konversi??

Gambar
Jika mengacu pada jadwal, right issue Bumi Resources (BUMI) seharusnya sudah memperoleh pernyataan efektif/persetujuan dari OJK pada tanggal 26 Mei kemarin. Namun hingga ketika artikel ini ditulis ternyata belum ada pernyataan efektif apapun, sehingga wajar jika kemudian timbul pertanyaan: Apakah OJK tidak setuju dengan pelaksanaan right issue tersebut, atau bagaimana? Keragu-raguan investor juga tercermin pada pergerakan saham BUMI yang pada satu waktu naik signifikan, tapi di waktu yang lain turun signifikan pula.

Three Rules of Stock Investing

Gambar
Minggu lalu di artikel berjudul ‘Rekomendasi Buku untuk Value Investor’ penulis sudah share salah satu pengalaman dalam berinvestasi di saham pada tahun 2014 lalu, yang dari pengalaman tersebut penulis kemudian memperoleh beberapa pelajaran. Tak lama kemudian penulis menerima banyak email dari temen-temen investor yang juga sharing tentang pengalaman mereka masing-masing.

Rekomendasi Buku untuk Value Investor

Gambar
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan ke penulis adalah, kalau mau belajar tentang investasi saham, khususnya metode value investing, maka buku apa saja yang disarankan terutama untuk investor pemula? Dan penulis seneng kalau ada yang bertanya seperti itu, karena itu artinya si investor, atau si calon investor ini sepenuhnya menyadari bahwa ia tidak akan memperoleh apa-apa di belantara pasar modal tanpa bekal pengetahuan. Karena, you know, adalah konyol jika kita pergi ke sungai untuk menangkap ikan tanpa membawa jaring atau alat pancing sama sekali bukan?

Investigasi: BEI vs Bumi Resources

Gambar
Bursa Efek Indonesia (BEI): Bos, bisa minta waktunya sebentar? Kemarin kita baca-baca soal rencana right issue Bumi Resources (BUMI), dan ada beberapa hal yang mau kita tanyakan. Mr. Dileep Srivastava (Corporate Secretary BUMI): Oh iya boleh pak, silahken.

Indika Energy

Gambar
Bulan Mei baru saja beberapa hari, but the game difficulty has already switched from ‘easy’ to ‘hard’. Yup, kalau anda perhatikan beberapa waktu ini ada banyak saham-saham, terutama di kelompok second liner, yang turun signifikan meski IHSG sekilas nggak kemana-mana. Namun untuk beberapa saham, katakanlah Indika Energy (INDY), dia malah naik sendiri. Tapi untungnya secara fundamental kenaikan tersebut bisa dijelaskan (karena banyak juga kasus dimana saham-saham naik sendiri padahal fundamentalnya zonk), dan karena itulah kita akan membahas INDY disini. Okay, kita langsung aja.

Hasil Pilkada DKI Jakarta, dan IHSG

Gambar
Pada Rabu tanggal 19 April lalu, tepatnya sore harinya setelah hasil quick count menunjukkan bahwa pasangan Anies – Sandi menang Pilkada DKI Jakarta, penulis langsung menerima banyak email pertanyaan, bagaimana kira-kira IHSG besok? Sebab mayoritas pelaku pasar -meski tentu nggak semuanya- berharap pasangan Ahok – Djarot yang menang. Jadi ketika ternyata Anies yang menang, atau dengan kata lain harapan tadi tidak terwujud, maka itu seperti kita harap-harap cemas menunggu laporan keuangan terbaru perusahaan, dan ternyata hasilnya malah rugi.

Prospek Batubara: Update Kuartal I 2017

Gambar
Salah satu sektor yang penulis prediksi, atau lebih tepatnya penulis harap bakal hot tahun 2017 ini adalah sektor komoditas, tepatnya batubara, dan terkait hal ini sudah penulis bahas berkali-kali di banyak artikel di blog ini sejak September – Oktober tahun 2016 lalu. Kabar baiknya, berdasarkan kinerja terbaru untuk periode Kuartal I 2017 dari emiten Grup Astra yang bergerak di bidang batubara, yakni United Tractors (UNTR) (laporan keuangannya baru keluar kemarin banget), maka sepertinya harapan tersebut menjadi kenyataan, karena UNTR membukukan kenaikan laba bersih hingga lebih dari dua kali lipat dibanding periode yang sama tahun 2016.

Investasi Saham: ‘Kaya Sambil Tidur’

Gambar
Rabu kemarin penulis mengantar keluarga bermain ke Kidzania di Mall Pacific Place, Jakarta. Semalam sebelumnya, ada satu peristiwa menarik: Anak-anak diberi tahu oleh ibu mereka untuk tidur cepat, karena besok harus bangun pagi-pagi agar tidak terlambat berangkat. Dan si teteh beserta adiknya, yang biasanya baru tidur sekitar pukul 8 - 9 malam, malam itu benar-benar tidur cepat dan mereka berdua sudah terlelap sekitar pukul 7.30, dan baru bangun lagi besok paginya.

Soechi Lines

Gambar
IHSG, seperti yang anda ketahui, dalam sebulanan terakhir terus bergerak naik ke level rekor tertingginya, atau istilahnya break new high, dan kalau anda baca-baca lagi tulisan di blog ini sejak Desember 2016 lalu (mulai dari artikel yang ini tentang Aksi Damai 212, hingga terakhir soal kunjungan Raja Salman ) maka kenaikan IHSG ini tidaklah mengejutkan, karena sejak awal sudah banyak tanda-tandanya. Dalam kondisi ini maka hampir semua saham bagus di BEI berlomba-lomba untuk naik, sebagian diantaranya bahkan sudah naik sejak Januari kemarin, sehingga jika anda sudah ambil posisi sejak akhir 2016 lalu maka sekarang ini porto anda seharusnya sudah membukukan keuntungan yang cukup baik.

Buana Listya Tama

Gambar
Buana Listya Tama (BULL) merupakan contoh bagaimana saham yang dulunya sempat mati suri selama bertahun-tahun, biasanya karena perusahaannya memang bermasalah, tapi karena selanjutnya pihak manajemen sedikit demi sedikit mampu menyelesaikan masalahnya tersebut, maka akhirnya sahamnya juga mampu bangkit lagi. Nah, ketika ketemu ‘saham zombie’ seperti ini, biasanya value investor punya peluang. Sebab ketika sebuah perusahaan terkena masalah yang serius, entah itu gagal bayar utang, perusahaannya berhenti beroperasi dst, maka sahamnya juga praktis bakal terjun bebas hingga ke posisi yang amat sangat rendah (kadang sampai di- suspend ), sehingga valuasinya menjadi amat sangat murah.

Seminar Value Investing: Jakarta, 1 April 2017

Gambar
Dear investor, penulis  (Teguh Hidayat) menyelenggarakan training/seminar/workshop investasi saham dengan tema ‘Value Investing  – Buy at Lowest Price, Sell at Highest’ , di  Jakarta. Acara ini juga merupakan kesempatan untuk gathering bagi teman-teman sesama investor saham di Jakart (atau dari luar kota juga boleh hadir). B erikut keterangan selengkapnya:

Pertanyaan Investor Pemula, dan Jawabannya

Gambar
Pak Teguh, Belakangan ini saya perhatikan DJ Coal Index dalam tren bearish..terakhir sudah ada di posisi terendah 38, apakah pertanda saham batubara sudah mulai pembalikan arah? Semalam oil juga anjlok 5 persen! Seberapa besar impactnya terhadap IHSG?

Kunjungan Raja Salman, IPO Aramco, Harga Minyak, dan.. Batubara?

Gambar
Ada yang menarik ketika Raja Salman dari Arab Saudi mengunjungi Indonesia, dan itu tentu saja bukan ketika beliau bersalaman dengan Gubernur DKI, dimana ceritanya sempet heboh kemarin. Melainkan, kunjungan sang Raja ke Indonesia merupakan rangkaian tour ke beberapa negara Asia. Yup, selain Indonesia, Raja Salman sebelumnya sudah ke Malaysia, dan selanjutnya beliau bakal ke Brunei, Jepang, China, hingga Maladewa. Untuk Indonesia sendiri, ini adalah kali pertama seorang Raja Arab berkunjung kesini dalam 47 tahun terakhir. Pertanyaannya, apa tujuannya?

Prospek Batubara dibanding CPO, Minyak, Nikel dll

Gambar
Beberapa waktu lalu seorang temen komplain, ‘Pak Teguh tanya dong, itu saham Elnusa (ELSA) kenapa turun terus yak? Padahal saya denger katanya harga minyak naik, tapi kenapa kok ELSA malah turun???’ Nah kalau dapet pertanyaan seperti itu maka biasanya penulis jawabnya normatif saja, ‘Soal kenapa sahamnya turun, saya gak tau pak, tapi sejak awal fundamental ELSA gak begitu bagus. Kenaikan harga minyak juga mungkin gak begitu ngaruh, karena waktu harga minyak sedang tinggi-tingginya di tahun 2011 sekalipun, ELSA waktu itu malah merugi.’

Charity Dinner with Teguh Hidayat

Gambar
Dear investor, penulis (Teguh Hidayat) menyelenggarakan program  charity dinner, dimana anda bisa bertemu dan berdiskusi santai secara private  tentang dunia investasi saham langsung dengan penulis sambil makan malam, termasuk anda juga bisa berkonsultasi, bertanya, dan meminta ‘pencerahan’ entah itu tentang analisa saham tertentu, analisis IHSG, saran untuk portofolio dll. Pendek kata, nanti kita bisa makan-makan sambil ngobrol santai aja gitu. Berikut keterangan selengkapnya:

Samindo Resources

Gambar
Pada akhir November 2016 lalu, penulis memperhatikan fakta bahwa seiring dengan kenaikan harga batubara yang dengan cepat menembus US$ 100 per ton, maka saham-saham batubara juga mengalami kenaikan luar biasa sejak dua bulan sebelumnya (awal Oktober). Masalahnya ketika sebuah saham naik signifikan dalam waktu singkat, katakanlah 100% hanya dalam 2 – 3 minggu, maka turunnya juga bisa sangat dalam, contohnya ya liat aja saham-saham Bakrie. Disisi lain kita juga tentu gak bisa mengharapkan harga batubara akan naik terus, melainkan pasti akan ada turunnya.

Ebook Analisis Kuartal IV 2016

Gambar
Dear investor, seperti biasa setiap kuartal alias tiga bulan sekali, penulis membuat buku elektronik (ebook, dengan format PDF) yang berisi kumpulan analisis fundamental saham, yang kali ini didasarkan pada laporan keuangan para emiten untuk periode  Kuartal IV 2016 . Ebook ini diharapkan akan menjadi panduan bagi anda (dan juga bagi penulis sendiri) untuk memilih saham yang bagus untuk trading jangka pendek, investasi jangka menengah, dan panjang.

Darma Henwa

Gambar
Sebenarnya penulis sudah hendak membahas saham Darma Henwa (DEWA) ini sejak beberapa hari lalu. Tapi berhubung kemarin gak ada yang lebih menarik untuk diperhatikan ketimbang detik-detik menjelang Pilkada DKI hingga Pilkada itu sendiri digelar hari Rabu, sementara saham-saham Bakrie juga keliatannya mulai tertekan sehingga bisa saja mereka jeblok (dan memang akhirnya itu terjadi!), maka sengaja pembahasan DEWA baru penulis tampilkan hari ini, setelah kemarin DEWA, seperti juga saham-saham Bakrie lainnya, ‘sukses’ digebuk habis-habisan, gak tanggung-tanggung sampai ada yang diatas 20 persen! Okayy, kita langsung saja.

‘News Framing’, dan Pengaruhnya Terhadap Harga Saham

Gambar
Dalam bidang jurnalistik, yang dimaksud dengan ‘news framing’ atau secara harfiah bermakna ‘pembingkaian berita’ , adalah cara media dalam menyampaikan/membingkai sebuah berita, informasi, atau fakta peristiwa tertentu agar menimbulkan persepsi atau kesan tertentu dari masyarakat yang membaca berita tersebut. Dengan kata lain, framing adalah metode penggiringan opini, dimana satu berita yang sama bisa menimbulkan persepsi berbeda dari para pembacanya, tergantung cara media/wartawan dalam menyampaikan berita tersebut .

Bumi Resources Minerals

Gambar
Pada Oktober 2016 lalu, di blog ini kita sudah membahas tentang salah satu saham paling fenomenal dalam sejarah Pasar Modal di Indonesia, Bumi Resources (BUMI), yang ketika itu tiba-tiba saja melompat dari Rp82 ke Rp123 per saham, hanya dalam tiga hari perdagangan. Namun setelah mempertimbangkan kenaikan harga batubara, plus adanya rencana dari perusahaan untuk mengkonversi utangnya menjadi saham (yang kemudian disetujui oleh kreditor), maka ketika itu kesimpulannya adalah bahwa BUMI sangat menarik karena masih berpeluang untuk naik lebih tinggi lagi. Anda bisa baca lagi ulasannya disini .

Investor Lokal + Investor Asing = IHSG??

Gambar
Kalau anda membuka website IDX hari ini, maka akan muncul berita bahwa per akhir tahun 2016 kemarin, kepemilikan investor domestik terhadap saham-saham di BEI tercatat 45.5%, berbanding asing sebesar 54.5%. Meski dari data ini bisa dilihat bahwa ternyata Bursa Saham Indonesia masih didominasi investor asing, namun kepemilikan investor domestik yang 45.5% tadi merupakan yang tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Sebelumnya, antara tahun 2007 hingga 2015, kepemilikan domestik atas saham-saham di BEI hanya berkisar antara 33 – 41%, dimana kalau kita lihat beberapa perusahaan terbesar di Bursa yang majority shareholder- nya merupakan investor asing, katakanlah seperti HM Sampoerna yang dimiliki Philip Morris (Amerika), Astra International yang dipegang Jardine Matheson (Hong Kong), atau Unilever Indonesia yang dikuasai Unilever BV (Inggris – Belanda), maka sepertinya memang cukup jelas bahwa kita masih belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri.

Kenapa Kita Harus Nabung Saham?

Gambar
Di artikel minggu lalu tentang outlook IHSG untuk tahun 2017, di bagian akhir artikel penulis menyampaikan bahwa kalau Anda masih ragu-ragu dengan arah pasar, terutama karena pasar sampai sekarang masih sepi dari sentimen (sehingga IHSG bergerak stagnan), maka boleh juga tunggu diluar alias pegang cash, dimana dengan demikian porto Anda aman dari kemungkinan munculnya sentimen negatif tertentu dalam satu dua bulan kedepan yang bisa menyebabkan IHSG drop (dan saham anda ikut drop). Tapi disisi lain kalau anda hanya pegang cash saja, maka anda mungkin akan ketinggalan kereta kalau ternyata IHSG langsung naik. At the end, nobody could predict the market, right? Apalagi dalam jangka pendek seperti itu.

Kemana Arah IHSG di Tahun 2017??

Gambar
Hingga Senin, 9 Januari kemarin, perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) terbilang sepi dengan nilai transaksi rata-rata hanya Rp5.25 trilyun per hari sejak awal tahun, atau jauh dibawah biasanya yang mencapai Rp6 – 7 trilyun per hari, itupun karena ditopang oleh peningkatan nilai transaksi yang sangat signifikan dari dua saham yang sebelumnya sepi-sepi saja, yakni Bumi Resources (BUMI) dan Bumi Resources Minerals (BRMS), yang total nilai transaksi keduanya mencapai lebih dari Rp500 milyar atau 10% dari seluruh nilai transaksi di bursa setiap harinya. Kondisi ini mungkin menimbulkan pertanyaan: Ada apa ini sebenarnya? Bukannya pasar saham itu biasanya rame kalo awal tahun? Lalu bagaimana kira-kira pergerakan IHSG untuk tahun 2017 ini? Okay, kita langsung saja.

Seminar Value Investing, Jakarta, 21 Januari 2017

Gambar
Dear investor, penulis  (Teguh Hidayat) menyelenggarakan training/seminar/workshop investasi saham dengan tema ‘Value Investing  – Buy at Lowest Price, Sell at Highest’ , di  Jakarta . Acara ini juga merupakan kesempatan untuk gathering bagi teman-teman sesama investor saham di Jakarta dan sekitarnya (atau dari luar kota juga boleh hadir). Dan berikut keterangan selengkapnya:

Dampak Peraturan Auto Reject 35% Terhadap IHSG

Gambar
IHSG membuka tahun 2017 dengan turun 0.4% ke posisi 5,276 pada perdagangan perdana di hari Selasa, 3 Januari kemarin. Namun yang mungkin menarik untuk diperhatikan adalah, pada tanggal 3 Januari tersebut terdapat beberapa saham yang turun lebih dari 10%, katakanlah Atlas Resources (ARII) yang tak tanggung-tanggung jeblok 25% dari 520 ke 390, hanya dalam sehari! Kemudian besoknya, Rabu 4 Januari, giliran Semen Baturaja (SMBR) yang digebuk 24.8%. Sebelumnya kita tentu tahu bahwa berdasarkan peraturan BEI, saham apapun maksimal hanya bisa turun 10% dalam sehari. Jadi apakah mulai tahun 2017 ini peraturan tersebut telah berubah? Dan jika iya, lalu bagaimana dampaknya terhadap IHSG?