tag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post2921034833157849531..comments2024-03-28T11:09:49.046+07:00Comments on Indonesia Value Investing: Pertanyaan Investor Pemula, dan Jawabannya (Forum)Teguh Hidayathttp://www.blogger.com/profile/09628762817595194050noreply@blogger.comBlogger8125tag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-28523545481104253002015-09-19T17:53:19.773+07:002015-09-19T17:53:19.773+07:00saya marzuki dari banjarmasin.
saya sedang mengerj...saya marzuki dari banjarmasin.<br />saya sedang mengerjakan proyek perumahan sebanyak 75 unit type 45m2.<br />yang jadi pertanyaan,<br />jenis dana investasi yang cocok untuk proyek saya apa ya?<br />mohon pencerahannya.<br /><br />tolong kirim juga jawabannya lewat email abdanmarzuki@yahoo.com<br /><br />terima kasih.Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/14681535156712121932noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-76633526917366149152015-05-29T10:36:01.578+07:002015-05-29T10:36:01.578+07:00Saya suka artikel dan pendapat dari beberapa anoni...Saya suka artikel dan pendapat dari beberapa anonim. Saya newbie, atau bahkan newcomer. :Dfurasesanoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-39749950105595829182015-02-04T14:53:37.770+07:002015-02-04T14:53:37.770+07:00Kalau saya kurang sependapat dengan Pak Teguh, sua...Kalau saya kurang sependapat dengan Pak Teguh, suatu krisis pasti mendapat perhatian investor dan dari analisa terhadap krisis tsb baru seorang investor mengambil tindakan. apakah akan tetap hold dan 'don't care' atau akan keluar.<br /><br />Seorang yang telah menganalisa fundamental suatu perusahaan dan yakin akan tidak berpengaruh pada portofolionya tentu akan tenang saja<br /><br />saya berpendapat yang perlu diperhatikan adalah :<br />1. Apa pengaruhnya krisis tsb terhadap perusahaan?<br />2. Apakah Fundamen perusahaan masih dapat bertahan thd krisis?<br />3. Sejauh mana pengaruh Laba perusahaan yang akan datang akibat krisis tsb?<br />4. Apakah terjadi perubahan SDM perusahaan?<br />5. Apakah Anda Yakin bahwa nilai saham Anda akan naik dimasa mendatang? Anonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-54360677787414996332015-01-24T18:11:16.525+07:002015-01-24T18:11:16.525+07:00Saya sependapat dgn pak teguh, dari sudut pandang ...Saya sependapat dgn pak teguh, dari sudut pandang investor krisis diartikan sebagai kesempatan emas. Investor bukan suka dengan krisisnya tapi harga perusahaan yang ditawarkan di pasar saat krisis benar2 menarik sehingga sangat sayang untuk dilewatkan. Kalau pasar berkembang atau ekonomi menjadi bubble, harga2 perusahaan menjadi mahal sehingga sangat sulit mencari harga tawar perusahaan yang murahAnonymousnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-79360057381146534032015-01-23T06:39:03.804+07:002015-01-23T06:39:03.804+07:00komen menarik dari bung anonim.
Saya mohon maaf t...komen menarik dari bung anonim. <br />Saya mohon maaf tdk bermaksud menggurui atau sotoy<br /><br />berkaca pada thn 2013, dimana investor asing ramai ramai keluar bursa ya mereka sebenarnya melihat kondisi makro kita.<br /><br />kita tidak bisa bilang "We don't care" apabila perusahaan yang kita hold merupakan perusahaan yang bergantung kepada kondisi makro spt Si Batubara, ya sebaiknya ikut keluar saja alias cut loss<br /><br />Pak Lo Kheng Hong saja sudah mengurangi portonya di Petrosea (PTRO), buktinya saham tsb terus turun sejak awal bung teguh rekomendasikan di harga 1300 an. namun saat ini turun tajam hingga 920 perak doank.<br /><br />Beda PTRO beda UNVR, UNVR relatif tidak terpengaruh makro, buktinya UNVR naik kencang walaupun PER, PBV nya selangit, <br /><br />KLBF, ICBP, JSMR juga naik kencang walaupun mahal secara value nya.<br /><br />Kalo fakta di lapangan spt ini, Boleh jadi value investing berbahaya bagi investor pemula yang "don't care" data data makro<br /><br />mhon maaf bila kurang berkenan<br />salam sesama investor<br />Anonymoushttps://www.blogger.com/profile/08675735067791347421noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-35619023763168676062015-01-22T11:30:27.673+07:002015-01-22T11:30:27.673+07:00Mungkin kita berpikir terlalu rumit, seperti reses...Mungkin kita berpikir terlalu rumit, seperti resesi eropa. Padahal walaupun resesi, eropa masih baik saja. penduduknya beraktivitas, bekerja, berkarya, dan belanja.<br /><br />Bisnis naik turun, demikian pula perekonomian. Bisnis hebat tentunya yang selalu naik walaupun teman-temannya naik turun secara wajar.<br /><br />Memasukkan faktor-faktor seperti krisis, BI rate, Fed dll akan bagus untuk bargain hunter. <br /><br />sementara untuk yang lebih simpel, tinggal melihat dan menunggu. Taruh uang dalam bentuk likuid atau kas saat harga mahal. walaupun trkesan tak mungkin, harga tetep akan turun. suatu hari nanti. <br /><br />melihat, mana saja bisnis yang mampu tetap menaikkan untung setiap tahun<br /><br />menunggu ketika tuan pasar sedang jelek moodnya sehingga harganya menjadi benar-benar wajar. <br /><br />berapa harga wajar sebuah bisnis? jika PBV = 1. Diatas itu tentu saja bukan wajar lagi.<br /><br />tidak mungkin saham bagus akan menjadi PBV 1 atau dibawahnya. benarkah?Yudhistyahttp://yudhistya.comnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-25688060524489799862015-01-22T09:08:16.047+07:002015-01-22T09:08:16.047+07:00Halo Pak Anonim, meski sedikit 'berat' tap...Halo Pak Anonim, meski sedikit 'berat' tapi kami hargai pendapatnya :) Mudah-mudahan temen-temen yang lain juga ikut berpartisipasi.<br /><br />Intinya sih, kami juga bukannya menutup mata sama sekali pada perkembangan ekonomi diluar sana. Kalau pada tahun 2008 lalu kami sudah masuk pasar dan mendengar bahwa institusi sebesar Lehman Brothers bangkrut dan meninggalkan utang sebesar US$ 900 milyar (setara Rp10,000 trilyun, dan angka tersebut bahkan sudah lebih besar dari GDP nasional Indonesia), maka kami juga pasti do something dan tidak akan mengatakan 'We don't care', karena itu adalah kejadian yang masuk kategori LUAR BIASA yang sedikit banyak pasti memiliki dampak terhadap perekonomian di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada kasus dot com bubble di awal tahun 2000-an, ketika itu juga banyak perusahaan IT yang bangkrut termasuk yang besar-besar, dan ini juga bisa disebut sebagai peristiwa luar biasa, yang pastinya tidak bisa diabaikan.<br /><br />Yang kami maksud dengan krisis yang kami tidak peduli terhadapnya, adalah 'krisis' yang masih dalam tanda kutip, yang tidak benar-benar berpengaruh signifikan karena skala peristiwanya yang kecil, atau bahkan krisis itu sendiri sebenarnya tidak pernah terjadi. Contohnya pada tahun 2011 lalu, ketika itu terjadi Krisis Yunani. Tapi yah, sebesar apa sih nilai GDP Yunani ini? Kalau ketika itu negara yang lebih besar seperti Jerman juga ikut terkena imbas krisis, maka barulah kami akan do something (saya pernah menulis artikelnya dulu, coba baca lagi). Actually, ketika pada tahun 2011 tersebut kami mendengar bahwa Italia dan Portugal turut terseret krisis (meski tidak separah Yunani), maka kami juga tetap menaruh concern.<br /><br />Sementara 'Krisis Rusia', meski Rusia ini memang negara yang cukup besar (GDP nomor delapan di dunia) dan dampaknya bisa sangat hebat kalau dia benar-benar krisis, namun kami belum mendengar ada institusi besar yang bangkrut disana, atau terjadinya peristiwa luar biasa lainnya. Kalau sekedar melemahnya Rubel dan hal-hal semacam itu, maka belum ada yang perlu dikhawatirkan. Sekitar satu atau dua tahun lalu, kami sempat bingung sendiri ketika terjadi 'United States Shutdown' dan mengira bahwa terjadi krisis di Amerika sana, sebelum kemudian kami menyadari bahwa itu tidak lebih dari peristiwa politik antara Obama vs The House, dan bukan benar-benar karena masalah ekonomi.<br /><br />Poin kami disini sebenarnya adalah, seringkali investor yang masih baru bisa dengan mudah panik dan kebingungan ketika mendengar rumor-rumor 'krisis' atau semacamnya, kemudian bertindak irasional karenanya. Sementara investor yang lebih berpengalaman, kita sudah bisa membedakan mana krisis di luar negeri sana yang memiliki 'butterfly effect', dan mana krisis yang tidak memiliki dampak apa-apa. Pada jenis krisis yang disebut kedua inilah, saya bisa bilang I don't care.<br /><br />Diluar 'krisis', maka untuk perubahan harga komoditas, dalam hal ini batubara dan CPO, maka itu memang ada pengaruhnya terhadap ekonomi nasional karena dua komoditas tersebut merupakan komoditas ekspor utama di Indonesia. Di artikel berjudul 'Tantangan Ekonomi Presiden Jokowi', kamis sudah membahas soal itu. Di artikel diatas juga sudah ditulis bahwa kalau harga batubara dan CPO turun, maka IHSG bisa ikut tertekan.<br /><br />Okay, sepertinya diskusinya sudah dimulai. Ada lagi yang mau menambahkan?Teguh Hidayathttps://www.blogger.com/profile/09628762817595194050noreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-5901081227573707094.post-27285290725709834132015-01-22T03:01:12.951+07:002015-01-22T03:01:12.951+07:00Ijinkan saya untuk sedikit berkomentar dan harap s...Ijinkan saya untuk sedikit berkomentar dan harap saudara Teguh tidak keberatan bila ada perbedaan pandangan yang cukup signifikan terutama dalam hal fundamental MAKRO.<br /><br />"Jadi kalau anda masih pemula, maka saya bisa katakan bahwa adalah wajar jika anda memperhatikan isu krisis Rusia dll, karena saya juga dulu begitu. Tapi suatu hari nanti, anda akan mengatakan sama seperti yang penulis katakan diatas: I don’t care."<br /><br />Pandangan saudara ini sangat arogan menurut pandangan saya dan delusional mengingat "butterfly effect" dari pasar finansial dan pasar uang. Krisis finansial di satu negeri atau regional bisa berimbas luas , dari endemik menjadi global. Silahkan baca-baca lagi sejarah krisis global termasuk krisis moneter '97 tercinta di SEA yang sebelumnya didahului Tequila Crisis '95 yang kemudian Russia menyusul '98 dan US juga menerima nikmatnya "Crash" Dot-Com Bubble di tahun 2000 setelah rally kencang sejak '97. Argumen bantahan satu krisis dan krisis lain tidak terkait bisa digelontorkan dan diperdebatkan namun larinya aliran dana dari satu tempat ke tempat lain akibat krisis tidak bisa dibantah juga, dunia ini terkoneksi oleh uang. <br /><br />Apalagi anda sendiri mengakui bahwa baru masuk pasar 2009 ketika triliunan dollar untuk Bail Out akibat Lehman dan AIG yang juga mengawali currency war baik oleh BOJ dengan abenomics-nya , EU dan tentunya US juga tak lupa sang juru selamat yang mulai keteteran belakangan ini China)yang dengan sendirinya menikmati gelontoran kredit murah dan likuiditas luar biasa besar yang tentunya deras masuk ke Indonesia juga dan volatilitas yang relatif rendah karena ada penjamin kredit oleh Central Banks raksasa.<br /><br />Saya tidak mengatakan pasar akan crash dalam waktu dekat karena memang Central Banks dan kemungkinan triliunan stimulus baru dari Draghi akan menyusul pengaruhnya sangat besar dalam men-direct pasar. <br /><br />Namun kita juga harus mengakui bahwa 6 tahun ini Eropa belum keluar dari resesi , pertumbuhan US belum sesuai target meski secara data sudah lebih membaik dan tentunya problematika di Jepang yang belum berhasil memacu ekspor walau koreksi Yen sedikit banyak sudah mengarah pada titik yang dikehendaki. Selain itu gejolak geopolitik yang tak kunjung mereda bahkan cenderung memanas tidak bisa dipisahkan dari kondisi ekonomi makro yang memang masih kembang kempis walau sudah diinjeksi dengan hujan UANG.<br /><br />Secara Internal , kebijakan BI lebih banyak dipengaruhi faktor CORE diluar negeri. Mempertahankan nilai tukar dengan menaikkan rate namun disisi lain likuiditas kredit perbankan tertekan sehingga baik kebutuhan modal kerja maupun investasi dari perusahaan dalam negeri lebih sulit dan mahal , selain itu kebijkan LTV yang menyebabkan mulai kendor dan lesunya pasar properti di 2014 lalu menambah bumbu-bumbu penekan GROWTH Indonesia. <br /><br />Sementara export kita juga tertekan mengingat harga CPO , karet dan tentunya si hitam COAL yang terus mengalami kontraksi sejak 2012 - coal yang sempat menyentuk kisaran 139 usd/mt di 2011 dan saat ini di kisaran 60-61- , manufaktur kita juga mengalami tantangan dari pasar yang lebih efisien di sekitar SEA terutama si merah Vietnam yang berlari kencang , alhasil menekan impor diimbangi dengan tekanan permintaan yang notabene tidak membuat keadaan lebih cerah.<br /><br />Sebelum komentar ini menjadi lebih panjang lagi , saya ingin menyimpulkan bahwa masing-masing orang mempunyai cara pandang dan pendekatan sendiri-sendiri , saya tidak mendiskreditkan orang-orang yang lebih banyak memandang faktor fundamental internal perusahaan ,karena saya juga setuju bahwa yang utama adalah perusahaan itu sendiri, namun menutup mata akan perkembangan ekonomi global / makro tidaklah bijak menurut hemat saya. <br /><br />“What goes up must come down.” - Isaac Newton<br />Quote ini dipilih bukan hanya karena relevan namun juga Newton sang cendekiawan juga larut dalam euforia South Sea Bubble...yes , seorang NewtonAnonymousnoreply@blogger.com