Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham

Beberapa waktu lalu ada pertanyaan, ‘Pada EIP edisi kali ini, Bapak memperkirakan bahwa perusahaan batubara, PT Mitrabara Adiperdana, Tbk (MBAP) akan membayar dividen Rp700 - 800, namun dari hasil RUPS MBAP bulan Mei 2023 ditetapkan dividen Rp963 per saham. Walaupun estimasi dividennya tidak 100% tepat, bagi saya angka perkiraan tersebut dapat membantu saya menentukan apakah akan mengambil peluang capital gain dari MBAP selama momen dividennya.’

***

Live Webinar Value Investing, Sabtu 15 Juli 2023, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

***

‘Kemudian dalam EIP edisi kali ini juga, Bapak memperkirakan bahwa dividen dari perusahaan batubara lainnya, PT Bukit Asam, Tbk (PTBA) bisa menyentuh sekitar Rp1,000 per saham. Bisakah Bapak menuliskan komponen perhitungan yang digunakan sekaligus cara Bapak menghitung estimasi dividen PTBA tersebut?’

Dan penulis jawab sebagai berikut.

Besaran dividen perusahaan bisa dilihat dari lima faktor: 1. Sejarah pembayaran dividen perusahaan di masa lalu, 2. Laba perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan, 3. Jumlah arus kas bersih operasional, 4. Jumlah cash yang dipegang perusahaan, dan 5. Kebutuhan cash entah itu untuk ekspansi usaha atau bayar utang yang akan jatuh tempo.

Okey, sekarang kita lihat untuk PTBA. Secara historis, selama ini perusahaan bayar dividen sekitar 70 - 80% labanya, dan pada tahun lalu dividennya sebesar 100% laba. Jadi ada kemungkinan untuk tahun ini dividennya 100% labanya juga, yakni Rp1,094 per saham untuk tahun buku 2022. Dan kalau kita baca laporan arus kasnya ketika itu, maka PTBA mencatat arus kas bersih dari aktivitas operasional sebesar Rp12.5 triliun, atau hampir sama persis dengan laba bersihnya yang juga Rp12.5 triliun. Laporan arus kas ini penting untuk dicek karena laba bersih perusahaan belum tentu seluruhnya berupa kas, sedangkan untuk bayar dividen maka perusahaan harus pakai uang kas.

Kemudian kita cek posisi aset kas perusahaan, dan angkanya adalah Rp16.0 triliun, setara Rp1,388 per saham, jadi PTBA punya kas lebih dari cukup untuk bayar dividen Rp1,000 per saham. Lalu apakah PTBA sedang butuh uang tunai untuk bayar utang atau ekspansi tertentu? Maka, memang dulu ada cerita PTBA akan akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dari PT PLN, namun skemanya ketika itu adalah PTBA akan dibantu untuk pendanaannya oleh Kementerian BUMN, sehingga mengindikasikan bahwa PTBA akan tetap bisa bayar dividen jumbo seperti biasa. Kemudian PTBA juga tidak ada ekspansi di sektor batubara (misalnya akuisisi tambang baru) karena dalam jangka panjangnya PTBA akan lebih fokus ke energi terbarukan dan infrastruktur.

Sehingga kesimpulannya, PTBA kemungkinan akan mengumumkan dividen Rp1,000, atau kalau dibuat rentang maka sekitar Rp800 – 1,100 per saham, pada RUPS-nya di hari Kamis, 15 Juni 2023 nanti.

Okay, lalu kenapa perkiraan dividen ini penting bagi investor? Karena ini nih: Jika kita cukup yakin bahwa suatu emiten akan membayar dividen sekian Rupiah yang nilainya cukup besar, maka kita bisa beli saham emiten tersebut sejak sebelum nilai dividennya diumumkan. Sebab begitu dividennya diumumkan maka harga sahamnya biasanya akan lompat tinggi sebesar nilai dividennya, dan kita kemudian akan profit. Contoh pada Rabu 10 Mei kemarin, PT Total Bangun Persada, Tbk (TOTL) menggelar RUPS dimana disitu diumumkan dividen Rp100 per saham, dan alhasil pada tanggal 10 Mei tersebut saham TOTL langsung lompat dari 338 hingga 438. Sehingga siapapun yang beli saham TOTL ini sejak sebelum dividennya diumumkan, maka jika dia jual sahamnya pada harga 438, dia profit dalam bentuk capital gain sebesar hampir 30%. Dan kalau dia tetap hold sahamnya dan baru jual setelah tanggal cum, yakni ketika saham TOTL turun lagi ke 320-an, maka dia tetap profit dalam bentuk dividen.

Sehingga, jika kita sejak awal bisa memperkirakan bahwa suatu emiten akan bayar dividen sekian, maka kita bisa beli sahamnya sebelum dividennya diumumkan, dan alhasil kita akan profit tidak peduli kita ambil dividennya atau tidak. Beda ceritanya jika kita baru beli saham TOTL di harga 400, yakni ketika dividennya sudah diumumkan, maka bisa jadi kita malah kena dividend trap, yakni situasi dimana kita terima dividen tapi disisi lain kita rugi capital loss dengan nilai yang sama atau bahkan lebih besar, karena harga sahamnya langsung anjlok lagi.

Anyway, meski estimasi nilai dividen bisa dihitung dengan cara-cara yang sudah dijelaskan di atas, namun tetap saja pada akhirnya nilai dividen tersebut akan ditentukan oleh kebijakan pemegang saham pengendali (PSP) perusahaan, bukan oleh kita sebagai investor publik. Sehingga tetap ada risiko nilai dividen yang dibayarkan tidak sesuai harapan, dan jika demikian maka sahamnya bakal gagal naik, malah bisa saja turun. Namun jika kita lihat lagi dari sisi risk and reward-nya, maka risikonya disini adalah kita bisa rugi sekitar 3 – 4% jika perusahaan bayar dividen kecil atau tidak bayar dividen sama sekali, tapi disisi lain kita bisa profit 20 – 25% jika perkiraan dividen jumbonya ternyata benar. Dan kalau menurut penulis sendiri itu adalah perbandingan risk and reward yang sangat worth it. So, wanna join the train?

***

Live Webinar Value Investing, Sabtu 15 Juli 2023, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

mustofa mania mengatakan…
Ass pak teguh mengapa laporan keuangan wskt bisa dimanipulasi padahal itu yang audit kan akuntan publik profesiaona yaitu crown, trimakasih asskum
mustofa mania mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Webbie mengatakan…
Terima kasih insightnya ♥️🙏
Rizki Ilman mengatakan…
Pak teguh, cash per share bukannya 505 ?
mohon koreksinya pak
Anonim mengatakan…
Bukan 505,kan ada deposito di aset lancar
Anonim mengatakan…
Kalo capex yg ditetapkan sampai dengan 6T lebih itu ngaruh ga?
Retno Anggun mengatakan…
pak saya sudah beli ketika bapak posting tulisan ini dan porto saya di PTBA sudah +15%. sebaiknya saya TP capital gain atau tetap tunggu dividen ?

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Terbit 8 November

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia