Bubble Properti?
Kemarin sore, penulis menemukan thread menarik di Kaskus yang membahas soal bubble properti di Indonesia. Disitu ditampilkan komentar dari seorang aktivis LSM, Ali Tranghanda, yang mengatakan bahwa harga-harga properti telah naik secara tidak wajar dalam beberapa tahun terakhir. Contohnya harga rumah di Kawasan Serpong, Tangerang, rata-rata telah naik 40 - 50% per tahun sejak tahun 2009. Padahal dalam kondisi normal, harga rumah biasanya hanya naik 12 – 15% per tahun.
Nah, beberapa waktu lalu kebetulan penulis sendiri baru saja membeli sebuah rumah kecil di Kawasan Jakarta Selatan, setelah hunting kesana kemari. Jadi penulis sempat memperhatikan kalau harga rumah di Jakarta dan sekitarnya memang gila-gilaan mahalnya. Contohnya, sebuah rumah dengan luas tanah gak lebih dari 54 meter persegi di kawasan sekitar jalan tol Simatupang, dibandrol 450 juta atau 8.3 juta per meter. Padahal harga pasaran tanah disitu cuma 2.5 juta. Artinya, si pengembang mengambil keuntungan yang sangat besar jika rumah tersebut laku terjual. Kalau rumah tersebut berada di lokasi yang elit, misalnya cluster, harganya bisa mencapai 1 milyar untuk luas tanah yang sama.
Mungkin anda akan bilang, ‘Namanya juga Jakarta, disana apa-apa mahal gan!’ Yup, itu benar, tapi bukan itu yang penulis soroti disini. Menurut ketua RT dimana penulis membeli rumah, harga rumah dan tanah di kawasan itu di tahun 2009 masih murah. Contohnya, harga tanah dulunya cuma 700 - 800 ribu per meter. Paling mahal 1 juta lah. Tapi seiring dengan semakin banyaknya pengembang baik kecil-kecilan maupun besar yang membangun banyak rumah dalam dua tahun terakhir, dan tingginya minat orang untuk berinvestasi di properti, maka harga tanah melejit dengan cepat. Nggak ada data pasti mengenai berapa persen kira-kira kenaikannya, tapi yang jelas menurut si Pak RT, kenaikan tersebut terasa semakin cepat akhir-akhir ini, dibanding lima atau sepuluh tahun yang lalu.
Anda mungkin sering nonton acara iklan properti dari Agung Sedayu dan Agung Podomoro, di televisi setiap akhir pekan. Penulis ingat di salah satu acara, seorang artis mengaku membeli sebuah rumah di Kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, dengan harga 2 milyar di tahun 2009. Dan sekarang, rumah tersebut ditawarkan pada harga 6 milyar, atau telah naik tiga kali lipat hanya dalam waktu dua tahun! Meskipun kenaikan yang luar biasa tersebut mungkin akan menarik minat anda untuk ikut berinvestasi di properti di Kawasan PIK, tapi sekarang coba pikir lagi deh, apa kenaikan tersebut wajar? Apakah kenaikan tersebut akan berlanjut di masa mendatang, atau malah berbalik arah (turun) karena pasar sudah jenuh?
Faktanya, statement bahwa harga properti akan selalu naik hanyalah mitos. Tidak cuma properti, harga emas pun bisa saja turun kalau sudah naik banyak sebelumnya. Jadi sama saja seperti saham lah: Kalau ada saham yang harganya naik terlalu cepat, maka selanjutnya dia akan turun untuk kembali ke harga wajarnya (hanya memang fluktuasi harga properti dan emas tidak setajam fluktuasi harga saham). Penulis memang tidak paham benar soal industri properti, tapi kalau melihat kenaikan harga-harga properti yang terlalu cepat dibanding tahun-tahun yang lampau, maka logikanya nanti akan ada masa-masa dimana harga-harga tersebut akan turun lagi ke harga wajarnya. Sekali lagi, sama saja seperti saham. Indikasi bubble tersebut semakin terlihat ketika semakin banyak orang yang mengkampanyekan bisa membeli rumah tanpa modal, hingga ada kesan bahwa membeli properti itu sangatlah mudah bahkan meskipun anda gak punya duit, karena anda bisa menggunakan uang orang lain atau pinjaman dari bank. Nah, apakah ini tidak mengingatkan anda kepada krisis mortgage di Amerika Serikat, di tahun 2008 lalu?
Terus apa sih sebenarnya yang akan kita bahas di artikel ini?
Kalau anda amati saham-saham properti, anda akan menemukan bahwa kinerja mereka rata-rata meningkat cukup baik di tahun 2011 ini, dan beberapa di antaranya memang cukup menonjol dan alhasil, harga sahamnya meningkat pesat dalam beberapa waktu terakhir. Sebut saja Lippo Cikarang (LPCK) atau Alam Sutera Realty (ASRI). Sementara beberapa emiten properti yang belum begitu bagus, sudah beredar proyeksi bahwa kinerjanya akan melejit di masa depan karena perusahaan memiliki banyak proyek pengembangan properti, sehingga sahamnya mulai dilirik investor. Misalnya Kawasan Industri Jababeka (KIJA), dan Sentul City (BKSL). Diluar itu beberapa emiten juga mulai memperlihatkan minatnya untuk terjun ke bisnis properti, yang mungkin karena mereka juga melihat bahwa bisnis ini sepertinya mulai menjanjikan.
Kesuksesan para perusahaan properti tersebut disebabkan karena mereka mampu mengemas kawasan properti yang mereka jual ke masyarakat dengan kemasan yang bagus (perkampungan kumuh disulap menjadi perumahan elit), sehingga mereka bisa menjualnya dengan harga selangit dan meraup margin besar. Contohnya kawasan Serpong, Pantai Indah Kapuk, Karawaci, Cikarang, Kelapa Gading, Karawang, hingga Depok. Terakhir penulis dengar, beberapa kawasan di daerah seperti Makassar, Samarinda, hingga Medan, juga mulai dipenuhi oleh rumah-rumah seharga milyaran. Dan karena masyarakat juga lagi banyak duit seiring dengan kondisi ekonomi lokal yang kondusif, maka harga yang mahal tersebut seolah tidak menjadi masalah.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana nanti kalau sewaktu-waktu kondisi ekonomi yang kondusif tersebut berbalik arah menjadi tidak kondusif lagi? Masih berminatkah masyarakat membeli rumah-rumah dan apartemen mewah dengan harga yang tinggi? Jika masyarakat mulai tidak lagi berminat, atau jika masyarakat ini mulai macet dalam membayar kredit properti mereka, lalu bagaimana dengan nasib para perusahaan properti tersebut?
Mungkin hal itu pula yang dicermati oleh Menkeu, Pak Agus Marto. Beliau sempat menghimbau perusahaan-perusahaan yang punya utang banyak dalam mata uang asing (Dollar), yang menerima pendapatan dalam bentuk mata uang Rupiah, untuk mengkonversi utangnya tersebut menjadi dalam Rupiah. Intinya buat jaga-jaga seandainya nilai tukar Rupiah jatuh dan menyebabkan jumlah utang yang ditanggung perusahaan menjadi melambung tinggi. Mendengar himbauan tersebut, penulis langsung ingat dengan perusahaan-perusahaan properti. Biasanya kan perusahaan properti menggunakan duit bank alias utang untuk mengembangkan kawasan, sementara mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk Rupiah (kecuali kalau mereka mengekspor propertinya keluar negeri, tapi itu kan gak mungkin). Pertanyaannya, apakah utang bank tersebut dalam Rupiah atau dalam Dollar? Sebab akan menjadi berbahaya kalau utang tersebut dalam Dollar. Krisis 1998 dulu juga kan karena penurunan nilai tukar Rupiah, dari 2,000 menjadi sempat 15,000. Untungnya setelah penulis cek, rata-rata emiten properti di BEI utangnya dalam Rupiah.
Pada akhirnya, kita tentu tidak bisa menjustifikasi bahwa sektor properti sudah mulai bubble. Boleh jadi kenaikan-kenaikan tersebut sebenarnya masih dalam batas-batas yang wajar. Kita masih harus bertanya kepada ahlinya untuk lebih memahami masalah ini. Tapi mudah-mudahan artikel ini bisa mengingatkan anda untuk sekedar lebih berhati-hati dalam memilih saham-saham properti, atau mungkin properti itu sendiri. Tahun 2012 nanti adalah tahun yang penuh dengan misteri, apapun bisa terjadi. Dan kalau skenario terburuk yang terjadi, maka berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, sektor properti biasanya menjadi salah satu sektor yang paling duluan terkena dampaknya, dibanding sektor-sektor lainnya di pasar modal.
Atau mungkin anda punya pendapat sendiri?
Nah, beberapa waktu lalu kebetulan penulis sendiri baru saja membeli sebuah rumah kecil di Kawasan Jakarta Selatan, setelah hunting kesana kemari. Jadi penulis sempat memperhatikan kalau harga rumah di Jakarta dan sekitarnya memang gila-gilaan mahalnya. Contohnya, sebuah rumah dengan luas tanah gak lebih dari 54 meter persegi di kawasan sekitar jalan tol Simatupang, dibandrol 450 juta atau 8.3 juta per meter. Padahal harga pasaran tanah disitu cuma 2.5 juta. Artinya, si pengembang mengambil keuntungan yang sangat besar jika rumah tersebut laku terjual. Kalau rumah tersebut berada di lokasi yang elit, misalnya cluster, harganya bisa mencapai 1 milyar untuk luas tanah yang sama.
Mungkin anda akan bilang, ‘Namanya juga Jakarta, disana apa-apa mahal gan!’ Yup, itu benar, tapi bukan itu yang penulis soroti disini. Menurut ketua RT dimana penulis membeli rumah, harga rumah dan tanah di kawasan itu di tahun 2009 masih murah. Contohnya, harga tanah dulunya cuma 700 - 800 ribu per meter. Paling mahal 1 juta lah. Tapi seiring dengan semakin banyaknya pengembang baik kecil-kecilan maupun besar yang membangun banyak rumah dalam dua tahun terakhir, dan tingginya minat orang untuk berinvestasi di properti, maka harga tanah melejit dengan cepat. Nggak ada data pasti mengenai berapa persen kira-kira kenaikannya, tapi yang jelas menurut si Pak RT, kenaikan tersebut terasa semakin cepat akhir-akhir ini, dibanding lima atau sepuluh tahun yang lalu.
Anda mungkin sering nonton acara iklan properti dari Agung Sedayu dan Agung Podomoro, di televisi setiap akhir pekan. Penulis ingat di salah satu acara, seorang artis mengaku membeli sebuah rumah di Kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Jakarta Utara, dengan harga 2 milyar di tahun 2009. Dan sekarang, rumah tersebut ditawarkan pada harga 6 milyar, atau telah naik tiga kali lipat hanya dalam waktu dua tahun! Meskipun kenaikan yang luar biasa tersebut mungkin akan menarik minat anda untuk ikut berinvestasi di properti di Kawasan PIK, tapi sekarang coba pikir lagi deh, apa kenaikan tersebut wajar? Apakah kenaikan tersebut akan berlanjut di masa mendatang, atau malah berbalik arah (turun) karena pasar sudah jenuh?
Faktanya, statement bahwa harga properti akan selalu naik hanyalah mitos. Tidak cuma properti, harga emas pun bisa saja turun kalau sudah naik banyak sebelumnya. Jadi sama saja seperti saham lah: Kalau ada saham yang harganya naik terlalu cepat, maka selanjutnya dia akan turun untuk kembali ke harga wajarnya (hanya memang fluktuasi harga properti dan emas tidak setajam fluktuasi harga saham). Penulis memang tidak paham benar soal industri properti, tapi kalau melihat kenaikan harga-harga properti yang terlalu cepat dibanding tahun-tahun yang lampau, maka logikanya nanti akan ada masa-masa dimana harga-harga tersebut akan turun lagi ke harga wajarnya. Sekali lagi, sama saja seperti saham. Indikasi bubble tersebut semakin terlihat ketika semakin banyak orang yang mengkampanyekan bisa membeli rumah tanpa modal, hingga ada kesan bahwa membeli properti itu sangatlah mudah bahkan meskipun anda gak punya duit, karena anda bisa menggunakan uang orang lain atau pinjaman dari bank. Nah, apakah ini tidak mengingatkan anda kepada krisis mortgage di Amerika Serikat, di tahun 2008 lalu?
Terus apa sih sebenarnya yang akan kita bahas di artikel ini?
Kalau anda amati saham-saham properti, anda akan menemukan bahwa kinerja mereka rata-rata meningkat cukup baik di tahun 2011 ini, dan beberapa di antaranya memang cukup menonjol dan alhasil, harga sahamnya meningkat pesat dalam beberapa waktu terakhir. Sebut saja Lippo Cikarang (LPCK) atau Alam Sutera Realty (ASRI). Sementara beberapa emiten properti yang belum begitu bagus, sudah beredar proyeksi bahwa kinerjanya akan melejit di masa depan karena perusahaan memiliki banyak proyek pengembangan properti, sehingga sahamnya mulai dilirik investor. Misalnya Kawasan Industri Jababeka (KIJA), dan Sentul City (BKSL). Diluar itu beberapa emiten juga mulai memperlihatkan minatnya untuk terjun ke bisnis properti, yang mungkin karena mereka juga melihat bahwa bisnis ini sepertinya mulai menjanjikan.
Kesuksesan para perusahaan properti tersebut disebabkan karena mereka mampu mengemas kawasan properti yang mereka jual ke masyarakat dengan kemasan yang bagus (perkampungan kumuh disulap menjadi perumahan elit), sehingga mereka bisa menjualnya dengan harga selangit dan meraup margin besar. Contohnya kawasan Serpong, Pantai Indah Kapuk, Karawaci, Cikarang, Kelapa Gading, Karawang, hingga Depok. Terakhir penulis dengar, beberapa kawasan di daerah seperti Makassar, Samarinda, hingga Medan, juga mulai dipenuhi oleh rumah-rumah seharga milyaran. Dan karena masyarakat juga lagi banyak duit seiring dengan kondisi ekonomi lokal yang kondusif, maka harga yang mahal tersebut seolah tidak menjadi masalah.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana nanti kalau sewaktu-waktu kondisi ekonomi yang kondusif tersebut berbalik arah menjadi tidak kondusif lagi? Masih berminatkah masyarakat membeli rumah-rumah dan apartemen mewah dengan harga yang tinggi? Jika masyarakat mulai tidak lagi berminat, atau jika masyarakat ini mulai macet dalam membayar kredit properti mereka, lalu bagaimana dengan nasib para perusahaan properti tersebut?
Mungkin hal itu pula yang dicermati oleh Menkeu, Pak Agus Marto. Beliau sempat menghimbau perusahaan-perusahaan yang punya utang banyak dalam mata uang asing (Dollar), yang menerima pendapatan dalam bentuk mata uang Rupiah, untuk mengkonversi utangnya tersebut menjadi dalam Rupiah. Intinya buat jaga-jaga seandainya nilai tukar Rupiah jatuh dan menyebabkan jumlah utang yang ditanggung perusahaan menjadi melambung tinggi. Mendengar himbauan tersebut, penulis langsung ingat dengan perusahaan-perusahaan properti. Biasanya kan perusahaan properti menggunakan duit bank alias utang untuk mengembangkan kawasan, sementara mereka memperoleh pendapatan dalam bentuk Rupiah (kecuali kalau mereka mengekspor propertinya keluar negeri, tapi itu kan gak mungkin). Pertanyaannya, apakah utang bank tersebut dalam Rupiah atau dalam Dollar? Sebab akan menjadi berbahaya kalau utang tersebut dalam Dollar. Krisis 1998 dulu juga kan karena penurunan nilai tukar Rupiah, dari 2,000 menjadi sempat 15,000. Untungnya setelah penulis cek, rata-rata emiten properti di BEI utangnya dalam Rupiah.
Pada akhirnya, kita tentu tidak bisa menjustifikasi bahwa sektor properti sudah mulai bubble. Boleh jadi kenaikan-kenaikan tersebut sebenarnya masih dalam batas-batas yang wajar. Kita masih harus bertanya kepada ahlinya untuk lebih memahami masalah ini. Tapi mudah-mudahan artikel ini bisa mengingatkan anda untuk sekedar lebih berhati-hati dalam memilih saham-saham properti, atau mungkin properti itu sendiri. Tahun 2012 nanti adalah tahun yang penuh dengan misteri, apapun bisa terjadi. Dan kalau skenario terburuk yang terjadi, maka berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, sektor properti biasanya menjadi salah satu sektor yang paling duluan terkena dampaknya, dibanding sektor-sektor lainnya di pasar modal.
Atau mungkin anda punya pendapat sendiri?
Komentar
krn saat ini saya banyak jg mendapat keuntungan dari trading property...memang bbrp bulan terakhir ini saham property bagi saya bisa memberikan untung di trading saham...setelah diterpa krisis eropa memang saya banyak mengalihkan ke sektor domestik saja...
Developer dengan seenak jidatnya naikin harga terus walaupun tidak mencerminkan nilainya (value).
Salah satu contoh nyata adalah salah satu developer di utara jakarta yg sering mengkampanyekan harga properti naik terus.
Menurut penerawangan saya, properti masi belum masuk tahap mania. Masih jauh dari bubble spt subprime mortgage di USA.
Invest di property itu : LOKASI , LOKASI & LOKASI
LPCK 2012 target penjualan ga akan tercapai tapi target 2013 kemungkinan tercapai karena selain karena pergantian manajemen marketing2nya juga karena sedang menunggu tol jadi... sehingga utk beberapa cluster ditahan tanggal launchingnya...
lokasi akan terus tumbuh karena lahan tanah untuk: Industri,residential & komercial perbandingannya 70:25:5. Industrnya sold out terus om..!! otomatis residential & komersial ikuutt.. hanya sementara di'tahan' TOL jadi.. agar harga tanah per m2 naik..
Harga terbang tinggi sendiri adalah "efek samping" dari high leverage tersebut.
So, di Indonesia kecil kemungkinan terjadi bubble karena sudah dijaga oleh BI berupa DP 30% utk pembelian rumah. Harga tinggi kemungkinan besar karena hukum supply-demand.
Beda dgn di amrik dimana orang bisa beli rumah nyaris tanpa cash.
Di daerah rumah saya, harga sudah mulai tidak masuk akal, dan pembeli selalu menyabet setiap ada barang yang ditawarkan. Memang saya juga mendengar ada seorang pembeli dari grup usaha besar tanah air yang memborong rumah-rumah sekitaran di sini dengan harga sangat premium.
Saat ini disekitaran lingkungan saya, ada sekitar 8-10 rumah, yang begitu laku (dengan harga fantastis, ditawarkan hanya 1-2 bulan) langsung direnovasi atau dibangun ulang. Jadi bukan sekedar utk investasi (tujuan beli untuk dijual ulang).
Sekedar info, December 2009 sewaktu saya mencari rumah, harga per meter di sini sekitar 10-13 jt/mt. Saat ini saya menyaksikan rumah tetangga sekitar lingkungan yang laku dengan harga 35-40jt/mt. Bahkan di jalan utama untuk areal properti yg perlahan berubah menjadi daerah komersial, harga di banderol 75-100jt/mt.
Saya jadi bertanya-tanya, apakah ini bukan sudah menjadi fenomena bubble? Trend apakah ini? Kalo akan terjadi koreksi, kira-kira pada level apa dan/atau kapan?
Ada sahabat yang berkomentar itu akan terjawab nanti setelah pemilu 2014.
Nama saya MAULANA ARIEF, seorang pria Muslim dan saya berasal dari kota Serang Indonesia, dengan alamat saya di bawah ini:
Jl. Azalea 6 No. 65 Taman Lembah Hijau Lippo Cikarang, RT 005 / RW 007 Serang, saya seorang pemasar dan juga penasihat bisnis di perusahaan tempat saya bekerja, saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu semua orang di platform ini yang membutuhkan dan mencari pinjaman asli agar sangat berhati-hati karena Internet dan blog penuh dengan perusahaan pinjaman palsu dan penipuan yang hanya ada di sini untuk menipu Anda dari uang hasil jerih payah Anda.
Saya dan istri saya memiliki hutang yang besar untuk dibayar dan kami memutuskan untuk mencari pinjaman online untuk melunasi hutang kami dan kami menghubungi perusahaan pinjaman dari dubia pada bulan juli 2024, dan kami ditipu oleh pemilik perusahaan dengan meminta kami untuk membayar banyak biaya yang telah kami bayarkan dan pada akhirnya kami tidak mendapatkan pinjaman, kami kehilangan sekitar 60 juta rupiah kepada perusahaan pinjaman palsu di dubia karena kami mengajukan pinjaman sebesar 1 miliar dan dengan semua biaya yang kami bayarkan, kami tidak mendapatkan pinjaman apa pun dan istri saya dan saya sangat frustrasi dan saya dipecat dari pekerjaan saya di perusahaan tempat saya bekerja karena saya juga mengambil pinjaman dari perusahaan tempat saya bekerja dan kami putus asa dan jenuh dengan kehidupan. Kepada Tuhan yang sangat baik, kami berdoa dan Tuhan mengarahkan kami kepada seorang penolong dan pada hari yang setia ini 27 Agustus 2024, saya sedang berselancar di internet ketika saya dapat menemukan kesaksian dari seorang wanita Indonesia bernama MELIYAKSI LAY
yang berasal dari kota batu malang jatim, tentang bagaimana Tuhan mengubah kehidupan keuangannya melalui perusahaan pinjaman, dia meminta saya untuk menghubungi IBU KARINA dan dia memperkenalkan saya kepada IBU KARINA dan dia memberi saya keberanian dan saya mengajukan pinjaman dari IBU KARINA dengan
menghubunginya karena dia mendapatkan pinjaman dari NYONYA KARINA yang merupakan pemilik PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ELENA ROLAND, kemudian saya menghubungi NYONYA MELIYAKSI LAY untuk informasi lebih lanjut tentang NYONYA KARINA apakah dia benar-benar mendapatkan pinjaman dari NYONYA. KARINA dan dia mengiyakan dan menunjukan bukti transfer pinjaman dan saya percaya dan saya putuskan untuk menghubungi NYONYA KARINA ROLAND dan saya mengajukan pinjaman sebesar 3 milyar Rupiah dan setelah saya ajukan pinjaman saya dan data saya terverifikasi kemudian pinjaman saya disetujui dan saya hanya diminta untuk mendapatkan surat perjanjian pinjaman dan setelah itu pinjaman saya disetujui dan di luar dugaan saya. pinjaman saya sebesar 3 miliar Rupiah ditransfer ke rekening bank saya dengan bunga rendah 2% dan bahkan tanpa agunan, tanpa penjamin
jadi saya ingin menyarankan sesama warga negara Indonesia yang mencari pinjaman asli untuk menghubungi MOTHER KARINA melalui email: (karinarolandloancompany@gmail.com) atau whatsapp +1(585)708-3478
Dia adalah satu-satunya pemberi pinjaman asli di platform ini dan di blog ini, dia adalah ibu yang baik, Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut tentang MRS KARINA MOTHER melalui (maulanaarief461@gmail.com)
Catatan: sepatah kata saja sudah cukup bagi orang bijak dan terima kasih telah membaca kesaksian dan kabar baik saya
Tuhan memberkati Anda semua!
NEGARA............INDONESIA
KOTA.....................BANDUNG, JAWA BARAT
PEMBERIAN PINJAMAN......Rp150.000.000,00
EMAIL SAYA...........rikrikbudianti27@gmail.com
Kabar baik, kabar baik, kabar baik
Nama saya RIKRIK BUDIANTI, warga negara Indonesia. Saya telah ditipu oleh 3 pemberi pinjaman internasional yang berbeda di internet, semuanya setuju untuk memberi saya pinjaman, pada akhirnya saya kehilangan uang hasil jerih payah saya. Suatu hari, saat menjelajah internet dan tanpa daya saya menemukan kesaksian dari seorang wanita Bernama EINNA FAIZ, yang juga ditipu oleh pemberi pinjaman kredit palsu, tetapi akhirnya terhubung dengan perusahaan pinjaman yang sah bernama KARINA ELENA ROLAND LOAN COMPANY tempat dia mendapatkan pinjamannya. Saya memutuskan untuk menghubungi perusahaan pinjaman yang sama dan kemudian menceritakan kepada mereka kisah saya tentang bagaimana saya ditipu oleh 3 pemberi pinjaman yang berbeda. Saya menjelaskan kepada perusahaan melalui email dan mereka meyakinkan saya bahwa saya memberi saya pinjaman di perusahaan mereka dan juga memberi tahu saya bahwa saya telah membuat keputusan yang tepat dengan menghubungi mereka. Saya mengisi akun kredit dan menyimpan semua yang meminjam dari saya dan bagi Tuhan kemuliaan mendapat pinjaman sebesar Rp.150.000.000 dari perusahaan besar ini, Dikelola oleh NY. KARINA ROLAND, dan di sini saya sangat diuntungkan karena PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ELENA ROLAND telah mengubah hidup saya jadi saya berjanji pada diri sendiri bahwa saya akan terus bersaksi di internet tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman saya. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman, Anda harus menghubungi KARINA ROLAND
melalui atau whatsapp (karinarolandloancompany@gmail.com) +1585 708-3478 dan ikuti aturannya, karena saya jamin Anda harus mendapatkan pinjaman Anda dalam waktu kurang dari 24 jam. Anda masih dapat menghubungi saya melalui email jika Anda meminta bantuan tentang bagaimana saya mendapatkan pinjaman (rikrikbudianti27@gmail.com).
PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ELENA ROLAND
HANYA WHATSAPP........ +1585 708-3478
INSTAGRAM.................. KARINA ROLAND NAMA FACEBOOK.........KARINA ELENA ROLAND
EMAIL.........KARINAROLANDLOANCOMPANY@GMAIL.COM