Indonesia Meraih Investment Grade, What Next?
Kamis kemarin, salah satu lembaga pemeringkat terkemuka di dunia, Fitch, merilis rating BBB- untuk Indonesia, meningkat dari sebelumnya hanya BB+. Indonesia kini digolongkan sebagai negara investment grade. Peningkatan ini sebelumnya sudah diperkirakan oleh banyak pihak, namun tetap menjadi kejutan karena tadinya diperkirakan Fitch baru akan merilis ratingnya pada pertengahan 2012 nanti. Apapun itu, keluarnya rating tersebut tentu saja menjadi sentimen positif bagi IHSG dan alhasil, sejak Jumat kemarin IHSG mulai bangkit, setelah sebelumnya terkoreksi selama tiga hari berturut-turut.
Kalau dalam jangka pendek, dirilisnya rating Fitch tersebut hampir bisa dipastikan akan berdampak positif terhadap IHSG. Pertanyaannya, bagaimana kalau dalam jangka panjang, katakanlah minimal sebulan kedepan? Atau lebih jauh lagi, bagaimana kira-kira pengaruhnya terhadap pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti?
Terdapat banyak pendapat mengenai bagaimana kira-kira pengaruh rating Fitch terhadap pergerakan IHSG di tahun depan. Namun secara umum, pendapat tersebut bisa kita golongkan menjadi tiga macam, yaitu pendapat yang optimis, pendapat yang pesimis, dan pendapat yang netral.
Kita mulai dari yang optimis. Seorang investor, Pak Irwan Ariston Napitupulu, mengatakan bahwa bahwa penetapan rating investment grade untuk Indonesia ini memperbesar kemungkinan bahwa IHSG akan naik sampai posisi 4444, atau bahkan 5555 di tahun 2012, kecuali jika nanti data makro ekonomi Indonesia menunjukkan indikasi negatif. Sementara John Veter, penulis buku Happy Investing, mengatakan bahwa bukunya yaitu Happy Investing: Red Edition (maksudnya edisi pada saat market sedang ‘red’ alias terkoreksi besar-besaran), kemungkinan tidak jadi terbit di tahun 2012, karena Indonesia meraih investment grade. Sementara dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh banyak investor lainnya, intinya mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini akan mendorong masuknya aliran modal ke Indonesia, dan itu akan mendorong IHSG untuk naik sampai 4800, atau bahkan 5000.
Tidak semua investor menanggapi positif rating dari Fitch ini. Ada yang mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini tidak lebih dari pesanan para big boys (investor besar) yang justru hendak cuci gudang, alias keluar dari market. Investor lainnya mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini bertujuan untuk menjebak para retailer kecil untuk masuk market, agar para big boys tadi bisa keluar di harga yang bagus. Lainnya lagi mengatakan bahwa rating tersebut gak lebih dari window dressing di akhir tahun. Intinya, kenaikan yang terjadi pada IHSG hanyalah sementara, sebelum kemudian nanti IHSG akan dibanting lagi pada tahun 2012 nanti.
Sementara opini yang netral mengatakan bahwa rating ini tidak akan berdampak apapun terhadap perekonomian Indonesia, khususnya pergerakan IHSG. Di tahun 2012 nanti, IHSG tetap akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan dari krisis utang Eropa, bukan oleh rating-rating seperti ini, bahkan meskipun S&P dan Moody’s juga merilis rating yang sama.
Dari berbagai pendapat diatas, manakah yang benar? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Tapi untuk memberi anda sedikit gambaran, penulis akan mengajak anda untuk melihat bagaimanakah perubahan indeks saham di Singapura, Malaysia dan Thailand, segera setelah mereka menerima peningkatan rating dari Fitch. Sebagaimana yang kita ketahui, saat ini terdapat empat negara di Asia Tenggara yang oleh Fitch digolongkan sebagai negara investment grade, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Kita mulai dari Singapura. Fitch terakhir kali memberi Singapura rating pada tanggal 14 Mei 2003, yaitu AAA. Rating tersebut naik dari sebelumnya AA+, pada tanggal 21 September 2000. Dan bagaimana efek dirilisnya rating tersebut terhadap Straits Times Index (STI)? Sejak awal tahun 2003 hingga awal Mei 2003, STI bergerak sideways di rentang 1200 – 1300. Setelah rating Fitch keluar, STI terus bergerak naik hingga mencapai posisi 1,764 pada akhir tahun 2003. Di tahun berikutnya yaitu tahun 2004, kenaikan tersebut berlanjut meski tidak sekencang sebelumnya, dan berhasil mencapai posisi 2,066 pada akhir tahun. Dari contoh ini, tampak bahwa peningkatan rating dari Fitch mungkin turut memberi dampak positif pada kenaikan bursa saham Singapura. Saat ini STI sudah berada diposisi 2,621.
Berikutnya, Malaysia. Fitch terakhir kali mengganjar kenaikan rating untuk Malaysia pada tanggal 8 November 2004, dimana rating Malaysia naik dari BBB+ menjadi A-. Efeknya terhadap Kuala Lumpur Composite Index (KLCI)? Mari kita lihat. Sejak awal tahun 2004 hingga bulan November, KLCI bergerak sideways di 800-an. Pasca keluarnya rating, KLCI mulai merangkak naik ke 900-an, dan ditutup pada posisi 907 di akhir tahun 2004. Namun, KLCI tidak melanjutkan kenaikannya. Sepanjang satu tahun berikutnya yaitu tahun 2005, KLCI hanya mampu bergerak sideways meski di kisaran yang lebih tinggi, yaitu 900-an. Dari contoh ini, rating dari Fitch sepertinya juga berdampak positif meskipun hanya sedikit saja. Saat ini KLCI berada di posisi 1,466.
Cerita di Thailand boleh dikatakan berbalik 180 derajat dengan dua negara diatas. Fitch terakhir kali mengganjar kenaikan rating untuk Thailand pada tanggal 24 Juni 1999, dimana rating Thailand naik dari BB+ menjadi BBB-. Dan memang, Stock Exchange of Thailand (SET) pada Juni 1999 naik dari posisi 450 hingga hampir menyentuh 550. Tapi pada bulan berikutnya yaitu Juli 1999, SET malah turun, dan penurunan tersebut terus berlanjut hingga Oktober 2000, dimana SET mencapai titik terendahnya yaitu 250. Setelah itu, SET bergerak fluktuatif di kisaran 270 – 330, sebelum kemudian baru pulih kembali pada awal tahun 2002. Saat ini SET berada di posisi 1,039.
Meskipun contoh kasus di Thailand sangat berbeda dengan Singapura dan Malaysia, namun mungkin kita tidak bisa menyamakan Thailand dengan dua negara tersebut. Kita tahu bahwa kondisi perekonomian Asia Tenggara di tahun 1999-an masih dipengaruhi oleh krisis moneter. Disisi lain Thailand sendiri sempat dihantam masalah krisis politik gara-gara Thaksin Shinawatra ogah mundur sebagai Perdana Menteri beberapa waktu lalu, belum termasuk bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini. Fitch sendiri hingga rilis rating terakhirnya untuk Thailand pada 12 Mei 2011 lalu, masih mengganjar rating BBB untuk Thailand, alias tidak ada perubahan berarti dalam 10 tahun terakhir.
Terus bagaimana dengan Indonesia sendiri? Sebelum menerima kenaikan rating kemarin, Indonesia terakhir memperoleh kenaikan rating dari Fitch pada tanggal 26 Januari 2005, dari sebelumnya B+ menjadi BB-. Dan peningkatan rating tersebut mungkin memang berdampak positif pada IHSG, dimana IHSG naik dari 1,048 pada akhir Januari 2005, hingga mencapai 1,162 pada akhir tahun 2005. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2006, IHSG bahkan naik lebih dahsyat lagi, hingga mampu mencapai posisi 1,805 pada akhir tahun 2006. Seolah tidak mau berhenti, kenaikan tersebut berlanjut lagi di tahun 2007. Namun seperti yang kita ketahui, seluruh euforia kenaikan tersebut berujung antiklimaks, dimana pada tahun 2008, IHSG jeblok besar-besaran hingga balik lagi ke posisi 1,111. Tapi mungkin rating Fitch nggak berpengaruh besar disini, karena kita tahu bahwa gak cuma IHSG, tapi semua bursa saham di seluruh dunia juga anjlok pada tahun 2008 tersebut.
Oke, jadi apa kesimpulannya?
Dari beberapa studi kasus diatas, kita bisa mengatakan bahwa peningkatan rating oleh Fitch kemungkinan memang berdampak positif terhadap bursa saham negara yang bersangkutan. Sehingga kita boleh menanggapi positif rating dari Fitch ini, dan berharap mudah-mudahan pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti akan lebih baik dibanding tahun 2011 kemarin, lebih-lebih lagi kalau lembaga pemeringkat lainnya juga mengganjar kenaikan rating bagi Indonesia.
Hanya saja, kenaikan rating entah itu dari Fitch, Moody’s, ataupun S&P, tentunya bukanlah satu-satunya faktor yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti. Ada banyak faktor lainnya yang juga akan berpengaruh, seperti makro ekonomi Indonesia, kondisi politik dalam negeri, dan tentunya perkembangan di Eropa sana. Faktanya, Fitch juga bukannya tidak pernah keliru dalam merilis ratingnya. Jadi sekali lagi, terkait apakah IHSG akan naik, mendatar, ataukah turun di tahun 2012 nanti, biarlah waktu yang akan menjawabnya (Broery Marantika mode: ON).
Kalau dalam jangka pendek, dirilisnya rating Fitch tersebut hampir bisa dipastikan akan berdampak positif terhadap IHSG. Pertanyaannya, bagaimana kalau dalam jangka panjang, katakanlah minimal sebulan kedepan? Atau lebih jauh lagi, bagaimana kira-kira pengaruhnya terhadap pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti?
Terdapat banyak pendapat mengenai bagaimana kira-kira pengaruh rating Fitch terhadap pergerakan IHSG di tahun depan. Namun secara umum, pendapat tersebut bisa kita golongkan menjadi tiga macam, yaitu pendapat yang optimis, pendapat yang pesimis, dan pendapat yang netral.
Kita mulai dari yang optimis. Seorang investor, Pak Irwan Ariston Napitupulu, mengatakan bahwa bahwa penetapan rating investment grade untuk Indonesia ini memperbesar kemungkinan bahwa IHSG akan naik sampai posisi 4444, atau bahkan 5555 di tahun 2012, kecuali jika nanti data makro ekonomi Indonesia menunjukkan indikasi negatif. Sementara John Veter, penulis buku Happy Investing, mengatakan bahwa bukunya yaitu Happy Investing: Red Edition (maksudnya edisi pada saat market sedang ‘red’ alias terkoreksi besar-besaran), kemungkinan tidak jadi terbit di tahun 2012, karena Indonesia meraih investment grade. Sementara dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh banyak investor lainnya, intinya mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini akan mendorong masuknya aliran modal ke Indonesia, dan itu akan mendorong IHSG untuk naik sampai 4800, atau bahkan 5000.
Tidak semua investor menanggapi positif rating dari Fitch ini. Ada yang mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini tidak lebih dari pesanan para big boys (investor besar) yang justru hendak cuci gudang, alias keluar dari market. Investor lainnya mengatakan bahwa penetapan rating investment grade ini bertujuan untuk menjebak para retailer kecil untuk masuk market, agar para big boys tadi bisa keluar di harga yang bagus. Lainnya lagi mengatakan bahwa rating tersebut gak lebih dari window dressing di akhir tahun. Intinya, kenaikan yang terjadi pada IHSG hanyalah sementara, sebelum kemudian nanti IHSG akan dibanting lagi pada tahun 2012 nanti.
Sementara opini yang netral mengatakan bahwa rating ini tidak akan berdampak apapun terhadap perekonomian Indonesia, khususnya pergerakan IHSG. Di tahun 2012 nanti, IHSG tetap akan lebih dipengaruhi oleh perkembangan dari krisis utang Eropa, bukan oleh rating-rating seperti ini, bahkan meskipun S&P dan Moody’s juga merilis rating yang sama.
Dari berbagai pendapat diatas, manakah yang benar? Hanya waktu yang akan menjawabnya. Tapi untuk memberi anda sedikit gambaran, penulis akan mengajak anda untuk melihat bagaimanakah perubahan indeks saham di Singapura, Malaysia dan Thailand, segera setelah mereka menerima peningkatan rating dari Fitch. Sebagaimana yang kita ketahui, saat ini terdapat empat negara di Asia Tenggara yang oleh Fitch digolongkan sebagai negara investment grade, yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Indonesia.
Kita mulai dari Singapura. Fitch terakhir kali memberi Singapura rating pada tanggal 14 Mei 2003, yaitu AAA. Rating tersebut naik dari sebelumnya AA+, pada tanggal 21 September 2000. Dan bagaimana efek dirilisnya rating tersebut terhadap Straits Times Index (STI)? Sejak awal tahun 2003 hingga awal Mei 2003, STI bergerak sideways di rentang 1200 – 1300. Setelah rating Fitch keluar, STI terus bergerak naik hingga mencapai posisi 1,764 pada akhir tahun 2003. Di tahun berikutnya yaitu tahun 2004, kenaikan tersebut berlanjut meski tidak sekencang sebelumnya, dan berhasil mencapai posisi 2,066 pada akhir tahun. Dari contoh ini, tampak bahwa peningkatan rating dari Fitch mungkin turut memberi dampak positif pada kenaikan bursa saham Singapura. Saat ini STI sudah berada diposisi 2,621.
Berikutnya, Malaysia. Fitch terakhir kali mengganjar kenaikan rating untuk Malaysia pada tanggal 8 November 2004, dimana rating Malaysia naik dari BBB+ menjadi A-. Efeknya terhadap Kuala Lumpur Composite Index (KLCI)? Mari kita lihat. Sejak awal tahun 2004 hingga bulan November, KLCI bergerak sideways di 800-an. Pasca keluarnya rating, KLCI mulai merangkak naik ke 900-an, dan ditutup pada posisi 907 di akhir tahun 2004. Namun, KLCI tidak melanjutkan kenaikannya. Sepanjang satu tahun berikutnya yaitu tahun 2005, KLCI hanya mampu bergerak sideways meski di kisaran yang lebih tinggi, yaitu 900-an. Dari contoh ini, rating dari Fitch sepertinya juga berdampak positif meskipun hanya sedikit saja. Saat ini KLCI berada di posisi 1,466.
Cerita di Thailand boleh dikatakan berbalik 180 derajat dengan dua negara diatas. Fitch terakhir kali mengganjar kenaikan rating untuk Thailand pada tanggal 24 Juni 1999, dimana rating Thailand naik dari BB+ menjadi BBB-. Dan memang, Stock Exchange of Thailand (SET) pada Juni 1999 naik dari posisi 450 hingga hampir menyentuh 550. Tapi pada bulan berikutnya yaitu Juli 1999, SET malah turun, dan penurunan tersebut terus berlanjut hingga Oktober 2000, dimana SET mencapai titik terendahnya yaitu 250. Setelah itu, SET bergerak fluktuatif di kisaran 270 – 330, sebelum kemudian baru pulih kembali pada awal tahun 2002. Saat ini SET berada di posisi 1,039.
Meskipun contoh kasus di Thailand sangat berbeda dengan Singapura dan Malaysia, namun mungkin kita tidak bisa menyamakan Thailand dengan dua negara tersebut. Kita tahu bahwa kondisi perekonomian Asia Tenggara di tahun 1999-an masih dipengaruhi oleh krisis moneter. Disisi lain Thailand sendiri sempat dihantam masalah krisis politik gara-gara Thaksin Shinawatra ogah mundur sebagai Perdana Menteri beberapa waktu lalu, belum termasuk bencana banjir yang terjadi akhir-akhir ini. Fitch sendiri hingga rilis rating terakhirnya untuk Thailand pada 12 Mei 2011 lalu, masih mengganjar rating BBB untuk Thailand, alias tidak ada perubahan berarti dalam 10 tahun terakhir.
Terus bagaimana dengan Indonesia sendiri? Sebelum menerima kenaikan rating kemarin, Indonesia terakhir memperoleh kenaikan rating dari Fitch pada tanggal 26 Januari 2005, dari sebelumnya B+ menjadi BB-. Dan peningkatan rating tersebut mungkin memang berdampak positif pada IHSG, dimana IHSG naik dari 1,048 pada akhir Januari 2005, hingga mencapai 1,162 pada akhir tahun 2005. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 2006, IHSG bahkan naik lebih dahsyat lagi, hingga mampu mencapai posisi 1,805 pada akhir tahun 2006. Seolah tidak mau berhenti, kenaikan tersebut berlanjut lagi di tahun 2007. Namun seperti yang kita ketahui, seluruh euforia kenaikan tersebut berujung antiklimaks, dimana pada tahun 2008, IHSG jeblok besar-besaran hingga balik lagi ke posisi 1,111. Tapi mungkin rating Fitch nggak berpengaruh besar disini, karena kita tahu bahwa gak cuma IHSG, tapi semua bursa saham di seluruh dunia juga anjlok pada tahun 2008 tersebut.
Oke, jadi apa kesimpulannya?
Dari beberapa studi kasus diatas, kita bisa mengatakan bahwa peningkatan rating oleh Fitch kemungkinan memang berdampak positif terhadap bursa saham negara yang bersangkutan. Sehingga kita boleh menanggapi positif rating dari Fitch ini, dan berharap mudah-mudahan pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti akan lebih baik dibanding tahun 2011 kemarin, lebih-lebih lagi kalau lembaga pemeringkat lainnya juga mengganjar kenaikan rating bagi Indonesia.
Hanya saja, kenaikan rating entah itu dari Fitch, Moody’s, ataupun S&P, tentunya bukanlah satu-satunya faktor yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG di tahun 2012 nanti. Ada banyak faktor lainnya yang juga akan berpengaruh, seperti makro ekonomi Indonesia, kondisi politik dalam negeri, dan tentunya perkembangan di Eropa sana. Faktanya, Fitch juga bukannya tidak pernah keliru dalam merilis ratingnya. Jadi sekali lagi, terkait apakah IHSG akan naik, mendatar, ataukah turun di tahun 2012 nanti, biarlah waktu yang akan menjawabnya (Broery Marantika mode: ON).
Komentar
Klo ane tetap ngandalin trading plan dan wait n see. Tetep disiplin eksekusi hasil itung2an sendiri. Tetep 10% buat gorengan, sisanya buat trading.
Thanks buat bro teguh buat analisa nya.
BOB: Best of the best