Ketika Cuan Bukanlah Segalanya
Dalam value investing,
terdapat istilah yang sangat populer yakni nilai
intrinsik saham, dimana menurut Mbah Warren, nilai intrinsik dari suatu
saham/perusahaan adalah nilai aset bersih/ekuitas perusahaan tersebut plus
akumulasi laba bersih yang akan dikumpulkan kedepannya, yaitu selama perusahaan
beroperasi. Ini artinya, ketika anda melihat bahwa nilai ekuitas dari PT A
adalah Rp1 trilyun, misalnya, dan terdapat asumsi yang kuat bahwa PT A tersebut
akan mampu untuk menghasilkan laba bersih sebesar sekian secara konsisten dalam
jangka panjang, maka nilai intrinsiknya biasanya lebih besar dari ekuitasnya
tersebut.
‘Asumsi yang kuat' tersebut hanya akan diperoleh jika perusahaan yang bersangkutan memang sudah
memiliki track record kinerja yang solid dalam jangka panjang, katakanlah 5 –
10 tahun ke belakang atau lebih, dimana selama itu perusahaan terbukti mampu
untuk terus menghasilkan laba bersih secara konsisten dari tahun ke tahun. Jadi
jika ada asumsi bahwa perusahaan ‘kemarin sore’, atau perusahaan yang sebelumnya rugi
melulu, bahwa mereka akan mampu menghasilkan laba bersih
kedepannya, maka itu adalah asumsi yang ngawur.
Dan itu sebabnya, perhitungan
nilai intrinsik biasanya hanya berlaku untuk saham-saham bluechip, yang
perusahaannya sudah beroperasi selama berpuluh-puluh tahun, dan selama itu pula
mereka memiliki track record kinerja keuangan yang solid. Penjelasan
selengkapnya baca lagi disini.
Belakangan, penulis
baru sadar bahwa tidak hanya saham yang memiliki nilai intrinsik, melainkan
investor juga. Jadi selain ‘nilai intrinsik saham’, maka melalui artikel ini
penulis juga hendak memperkenalkan istilah ‘nilai
intrinsik investor’, dan berikut penjelasannya.
Seorang investor, entah
itu investor individu maupun institusi, sebenarnya tidak ada ubahnya dengan
perusahaan. Maksudnya begini: Jika perusahaan memiliki aset bersih/ekuitas di
neraca keuangannya, maka demikian halnya pula dengan investor yang memiliki
aset di portofolio investasinya. Dan jika nilai intrinsik suatu
saham/perusahaan biasanya lebih tinggi dari nilai ekuitasnya, maka, pernahkah
anda berpikir bahwa nilai intrinsik anda sebagai investor, seharusnya juga lebih tinggi dibanding nilai aset/dana yang
sudah ada dalam rekening sekuritas anda?
Jadi katakanlah anda
memegang aset, entah itu berupa saham atau cash, senilai Rp100 juta di
portofolio, dan itu seluruhnya merupakan aset milik anda sendiri (bukan dana
pinjaman). Maka apakah nilai anda sebagai investor adalah Rp100 juta juga?
Well, jika anda cukup yakin bahwa anda mampu mengelola aset tersebut untuk
menghasilkan keuntungan sebesar sekian secara konsisten dalam jangka panjang,
maka sudah tentu: Nilai intrinsik anda
sebagai investor lebih besar dibanding nilai aset yang anda pegang saat ini, karena Rp100 juta tadi akan terus bertambah seiring dengan berjalannya waktu.
Namun kata kuncinya ya
itu tadi: Apakah anda mampu mengelola
aset tersebut? Sebab jika tidak, maka bukannya dapet untung, yang ada malah
rugi, sehingga Rp100 juta tersebut jangankan bertambah, yang ada malah
berkurang.
Dan kalau begitu
kejadiannya, maka anda tidak memiliki nilai intrinsik sebagai investor.
Aset Paling Berharga
Dalam beberapa kali
kesempatan seminar, penulis selalu menyampaikan bahwa seorang investor memiliki
tiga aset utama: 1. Aset saham/dana cash, 2. Waktu, dan 3. Dia sendiri
sebagai investor. Sebagian besar orang mengira bahwa aset yang paling utama
bagi seorang investor adalah yang nomor 1, yakni aset yang ada di portofolio.
Jadi jika anda pegang portofolio yang berisi saham/cash senilai Rp1 milyar,
misalnya, maka nilai anda secara keseluruhan lebih tinggi dibanding investor
lain yang pegang portofolio Rp100 juta.
Padahal, kalau anda
sebagai investor sama sekali belum memiliki pengetahuan dan pengalaman yang
tentu saja mutlak diperlukan agar bisa mengelola portofolio dengan baik, maka
jangankan Rp1 milyar, Rp10 milyar sekalipun tidak akan ada artinya sama sekali
karena anda akan mengalami kerugian secara terus menerus.
Disisi lain, tak peduli
seorang investor memulai karier investasinya hanya dengan modal Rp5 juta
sekalipun, namun jika ia mampu untuk juga menginvestasikan
waktunya untuk terus belajar dan menimba pengalaman, maka setelah beberapa
waktu, pada akhirnya ia akan menjadi
investor yang handal, dan modal Rp5 juta tadi akan bertumbuh dengan sendirinya..
dan terus bertumbuh entah hingga menjadi berapa, kecuali jika suatu hari nanti
ia memutuskan berhenti berinvestasi sama sekali.
As an investor, what is your greatest asset? Yourself! |
Tingkatkan Kualitas
Diri
Sebagian besar
investor/trader di Indonesia, dan mungkin juga di seluruh dunia, biasanya hanya
fokus pada upaya untuk memperoleh keuntungan, dimana ‘cuan’ adalah segalanya. Seorang
investor biasanya akan merasa senang jika ia memperoleh untung besar dari saham
tertentu. Disisi lain, ia mungkin akan merasa biasa-biasa saja jika setelah beberapa waktu, ia tidak
mempelajari apapun selama selama periode waktu tersebut.
Padahal, just think
about it: Sebaik apapun anda dalam berinvestasi, namun anda bisa mengalami
untung dan rugi setiap saat, sehingga nilai portofolio anda juga bisa naik dan
turun sepanjang waktu. Namun jika anda keep learning, maka kualitas diri
anda sebagai seorang investor tidak akan
pernah berkurang sedikitpun, melainkan akan senantiasa meningkat dari waktu
ke waktu.
Dan tidak peduli
seberapa dalam kerugian yang bisa dialami oleh seorang investor yang high
quality, namun pada akhirnya ia akan meraih untung besar kembali. Pada
krisis global tahun 2008 lalu, semua investor tanpa terkecuali mengalami
kerugian di pasar saham Indonesia. Namun hanya mereka yang berpengalaman-lah, dan juga memiliki visi kedepan, yang mampu untuk bertahan dan sukses untuk langsung cuan besar lagi di tahun
berikutnya (2009). Opa Warren juga udah sangat sering rugi besar setiap kali
Wall-Street dilanda krisis. Namun karena emang dasarnya beliau investor sejati,
maka ia selalu berhasil menjadi kaya raya lagi ketika perekonomian dan
bursa-bursa saham pulih kembali.
Karena itulah, ketimbang berusaha untuk meraih cuan setiap hari (because you can't!), melalui
artikel ini penulis hendak mengajak anda untuk fokus mengembangkan aset
yang sesungguhnya jauh lebih berharga: Diri
anda sendiri. Because, trust me, ketika anda sudah menjadi investor yang handal, the money will follow by itself.
Dan untuk meningkatkan kualitas diri anda sendiri, maka anda bisa menggunakan aset berikutnya: Waktu. Masalahnya adalah, sebagian besar investor lebih suka menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang sebenarnya kurang bermanfaat, seperti ngerumpi soal saham apa yang cuan besok, mengamati pergerakan saham setiap saat pada jam trading, baca-baca rumor yang gak jelas, dan seterusnya. Tidak banyak investor yang mau meluangkan waktunya untuk belajar dan baca-baca artikel atau buku (tentang value investing ya, jangan yang lain), menganalisis fundamental perusahaan secara menyeluruh, mengevaluasi portofolio dan memperbaiki cara-cara investasi/trading yang sebelumnya keliru, dan seterusnya.
Dan untuk meningkatkan kualitas diri anda sendiri, maka anda bisa menggunakan aset berikutnya: Waktu. Masalahnya adalah, sebagian besar investor lebih suka menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang sebenarnya kurang bermanfaat, seperti ngerumpi soal saham apa yang cuan besok, mengamati pergerakan saham setiap saat pada jam trading, baca-baca rumor yang gak jelas, dan seterusnya. Tidak banyak investor yang mau meluangkan waktunya untuk belajar dan baca-baca artikel atau buku (tentang value investing ya, jangan yang lain), menganalisis fundamental perusahaan secara menyeluruh, mengevaluasi portofolio dan memperbaiki cara-cara investasi/trading yang sebelumnya keliru, dan seterusnya.
Padahal hanya dengan
cara itulah anda bisa meningkatkan kualitas diri anda sebagai investor. Tak
peduli meski seorang investor sudah malang melintang selama bertahun-tahun di
pasar modal, namun jika selama itu ia masih
belum mengerti apa-apa, maka ia tetap tidak ada bedanya dengan seorang
pemula.
Namun jika anda bisa
melakukan itu, then that’s it, anda
sudah memiliki nilai intrinsik sebagai seorang investor, dan selanjutnya
tinggal soal waktu sebelum nilai
portofolio anda akan menjadi besar.
Baiklah, Pak Teguh,
lalu bagaimana caranya agar saya tahu bahwa saya sudah berinvestasi dengan cara
yang benar, dan sudah memiliki nilai intrinsik tersebut? Well, it’s so simple,
anda hanya perlu menanyakan ini kepada diri anda sendiri: ‘Dalam sepuluh tahun
kedepan, kira-kira bagaimana nilai portofolio saya? Apakah akan naik sekian
kali lipat, segitu-gitu saja, atau malah turun?’ Jika jawabannya adalah
akan naik, dan anda yakin dengan
jawaban tersebut (karena jika selama ini anda lebih sering rugi ketimbang untung, maka anda tidak akan memiliki keyakinan tersebut), maka selamat:
Anda sudah memiliki nilai intrinsik sebagai investor!
Tapi jika tidak? Then
you know what to do :) Pesan penulis adalah, jangan pernah tunda-tunda lagi, do
it now. Terus asah kemampuan anda dalam berinvestasi, hingga pada akhirnya nanti
anda akan sampai pada satu titik dimana tidak hanya nilai porto anda sukses
meningkat sekian kali lipat, namun anda juga akan bisa melihat bahwa apa yang anda miliki sesungguhnya jauh
lebih besar dibanding sekedar apa yang sudah ada dalam portofolio. Good luck!
Buletin analisis IHSG & stock-pick saham bulanan edisi
Juli 2015 sudah terbit tanggal 1 Juli kemarin. Anda masih bisa memperolehnya
disini. Gratis konsultasi/tanya jawab langsung dengan penulis untuk member.
Komentar
investor bingung bermental lemah = investasi menurun
investor cerdik bermental kuat = investasi berkembang
investasi akan sangat besar dipengaruhi oleh investor itu sendiri.
dan bapak sangat membantu.
terimakasih