‘If It Costs You Your Peace, It’s Too Expensive!’
Bulan lalu,
persisnya pada tanggal 12 Juni 2020, seorang mahasiswa berusia 20 tahun bernama
Alexander Kearns ditemukan meninggal dunia di rumah orang tuanya di
Napersville, Illionis, Amerika Serikat (AS). Kearns diketahui merupakan nasabah
dari Robinhood, sebuah aplikasi trading saham yang menjadi booming
di kalangan investor/trader milenial, setelah bursa saham AS itu sendiri
mengalami fluktuasi yang amat sangat ekstrim setelah terjadinya
pandemi Covid-19. Kearns memutuskan untuk mengakhiri hidupnya setelah ia stress
karena mengalami kerugian besar, hingga saldo di rekeningnya tercatat minus
$730,166 (setara sekitar Rp10 milyar). Pada catatan yang ditemukan di komputer
pribadinya, Kearns mengatakan, ‘Bagaimana mungkin seseorang berusia 20 tahun
dan belum memiliki penghasilan, diberikan pinjaman hingga hampir 1 juta Dollar
untuk melakukan trading?’
***
Video
Seminar Terbaru: Berburu Saham Mutiara Terpendam, yakni saham yang berpeluang naik
hingga ratusan persen ketika nanti krisis karena Covid-19 ini berakhir. Anda
bisa memperolehnya disini. Info Whatsapp 0813-1482-2827
(Yanti).
***
Apa yang
dialami Kearns kemungkinan merupakan cerminan dari apa yang dialami oleh banyak
investor pemula berusia muda (usia 20-an, atau bahkan belasan tahun), yang baru
masuk ke pasar dalam beberapa bulan terakhir ini, karena didorong oleh adanya anggapan
bahwa sekarang ini adalah waktu terbaik untuk berinvestasi di saham, mumpung
harga-harga saham sedang murah-murahnya! Problemnya, ketika anda belum memiliki
cukup pengalaman dan pengetahuan, maka anda kemungkinan akan mengalami seperti
yang Kearns tulis diatas, ‘I have no clue what I was doing’. Problem ‘saya
gak ngerti apa-apa’ ini untuk sesaat mungkin tidak jadi masalah jika posisi anda adalah (kebetulan) profit, tapi bagaimana jika posisinya seperti Kearns
itu tadi? Apakah anda bisa tetap menjalani kuliah/kerja/hidup sehari-hari
dengan tenang seperti biasa, sedangkan anda tiba-tiba saja punya utang
milyaran Rupiah yang entah bagaimana cara melunasinya?? Faktanya, Kearns tidaklah
sendirian, dimana setelah ceritanya ramai, maka di media sosial mulai
muncul banyak nasabah-nasabah lain yang menunjukkan saldo minus di rekening
Robinhood-nya, dimana meski hal ini belum tentu merupakan kesalahan dari pihak
Robinhood (bisa jadi itu salah dari si nasabah itu sendiri), tapi ini
menunjukkan sisi lain dari dunia trading/investasi saham itu sendiri.
Maksud penulis adalah, kalau anda baca ‘kisah sukses investor’, atau
iklan-iklan rekomendasi saham yang bertebaran di internet, maka bisa dibilang
semuanya memberikan ‘angin surga’ tentang cara menjadi milyader di usia muda,
cara profit cepat hanya dengan menganalisa selama 3 menit, dan semacamnya.
Tapi
ketika kita mendengar cerita Alex Kearns diatas, maka barulah kita akan
menyadari bahwa, meski memang benar ada saja investor-investor pemula yang langsung
profit besar tak lama setelah mereka membeli saham untuk pertama kalinya, tapi
yang gagal total seperti Kearns juga ada banyak. Atau bahkan justru, lebih
banyak.
Tulisan terakhir Alex Kearns sebelum bunuh diri |
Pengakuan dari nasabah lain yang juga saldonya minus |
Dua Pesan Penting
Sehingga,
dalam hal ini penulis jadi teringat dengan tulisan saya sendiri pada Oktober
2018 lalu, dengan judul Geliat
Investor Muda di Pasar Saham Indonesia. Dimana pada intinya, penulis
katakan bahwa meski investor berusia muda rata-rata bermodal kecil, tapi mereka
punya aset yang sebenarnya lebih berharga dibanding modal itu sendiri, yakni waktu yang
lebih panjang untuk menggali pengalaman, dan terutama antusiasme yang
lebih besar untuk belajar. Jika anda start berinvestasi pada usia 20
tahun, misalnya, maka pada usia 30 tahun nanti, anda akan sudah punya
pengalaman selama 10 tahun, dan juga (harusnya) sejumlah modal yang tidak bisa
disebut kecil lagi. Dan setelah 10 tahun berikutnya, pada usia 40 tahun, anda
akan sudah kaya raya dan bisa jalan-jalan keliling dunia.
Namun,
itu good news-nya. Sedangkan bad news-nya? Here we go: Investor
muda berusia 20-an, atau lebih belia lagi, biasanya grasa grusu, gak sabaran,
dan kelewat berani mengambil risiko terlalu tinggi. Yup, jadi meski
sama-sama ‘belum ngerti apa-apa’, tapi investor pemula yang mulai invest pada
usia katakanlah 30, biasanya lebih berhati-hati ketimbang investor pemula
lainnya yang mulai invest pada usia 18. Ini karena, pada usia 30, seseorang
biasanya sudah punya tanggung jawab yang cukup besar (keluarga, pekerjaan), sehingga
selalu berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Sedangkan seorang anak muda
berusia 18, biasanya posisinya masih nothing to lose, sehingga cenderung
nekad. Kalau kata Bang Rhoma di salah satu lagunya yang berjudul Darah
Muda, beliau bilang, ‘Biasanya para remaja berpikirnya sekali saja, tanpa
menghiraukan akibatnya.’ Contohnya ya Alex Kearns tadi: Alih-alih membeli
saham, ia memilih untuk membeli options, yang meski disatu sisi menawarkan
profit hingga ratusan persen dalam semalam (siapa yang gak penasaran kalau begitu?), tapi disisi lain juga bisa bikin porto
langsung menjadi minus, juga dalam semalam! Unfortunately, Kearns termasuk yang
berada di posisi minus tersebut.
Catatan: Nanti
mungkin kita akan bahas lebih detail, apa itu options, tapi untuk sementara anda
bisa mempelajarinya sendiri. Intinya itu adalah murni spekulasi dengan risiko tidak
terbatas (jadi bukan high risk lagi, tapi unlimited risk).
Padahal, jika
dibanding investor yang lebih mapan secara usia (entah itu yang sama-sama
pemula, atau sudah berpengalaman), maka investor muda biasanya mentalnya masih
labil, lebih gampang stress, dan depresi. Sehingga ketika si investor ini loss
sedikit saja, maka ia akan langsung panik, dan bahkan ketika profit juga dia
tetap akan panik, yakni karena khawatir jika sahamnya sewaktu-waktu turun lagi.
Dan ketika loss-nya mencapai level seperti yang dialami oleh Alex Kearns, maka
ya sudah wassalam.
Sehingga,
sebagai seorang ‘kakak kelas’, dalam hal ini penulis hendak menyampaikan dua pesan.
Pertama,
untuk para orang tua yang sudah melek investasi (kalau anda baca blog ini,
berarti anda termasuk yang melek investasi tersebut) dan memiliki anak usia
kuliah, maka coba ajak diskusi anak anda tersebut, siapa tahu ia sudah mulai
invest di saham tanpa sepengetahuan anda, tapi dengan cara-cara yang ‘tidak
biasa’. Kasus Alex Kearns, meski itu terjadi di Amerika Serikat, namun
kemungkinan juga terjadi di banyak negara-negara lainnya di seluruh dunia
termasuk Indonesia. Dimana meski si nasabah mungkin tidak sampai bunuh diri,
tapi mereka tiba-tiba saja harus menanggung utang yang amat sangat besar. Sebab
kecanggihan teknologi pada hari ini menyebabkan siapapun bisa trading saham apapun
(dan options, serta instrumen derivatif lainnya), dan dari manapun. Penulis
sendiri kalau lagi santai nonton video Youtube, maka tidak terhitung berapa
kali saya melihat iklan aplikasi trading yang bahasanya rata-rata sama:
Menampilkan testimoni seorang trader yang sukses menjadi milyader dalam waktu singkat. Bagi investor yang sudah
berpengalaman, melihat iklan seperti itu tentunya gak ngaruh apa-apa. Tapi
bagaimana jika remaja berusia tanggung melihat iklan yang sama, apalagi jika
ada temannya yang sudah lebih dulu trading dan memang hasilnya ‘auto-sultan’??
Kedua,
untuk temen-temen anak muda yang sudah mulai berpetualang di stock market, maka
penulis hendak menyampaikan bahwa apa yang dialami Alex Kearns, adalah karena
ia mengambil beban psikologis yang jauh lebih berat dibanding yang bisa
ia tanggung. It’s okay to lose money in investing, karena bahkan Warren
Buffett juga menderita rugi $50 milyar di Kuartal I 2020, but it’s never
okay to lose your mind. Jadi maksud penulis adalah, bahkan
kalaupun posisi anda sekarang ini sedang profit, tapi kalau anda selalu merasa panik
dan khawatir setiap saat, maka itu artinya anda sedang berinvestasi dengan cara
yang salah! Lalu dimana salahnya? Well, itu bisa apa saja, entah itu membeli
saham yang anda bahkan nggak tahu itu perusahaan apa, pake dana yang kelewat
besar, menempatkan sebagian besar atau bahkan seluruh dana hanya pada satu
saham (udah gitu saham
gorengan), dan seterusnya.
Jadi
kalau anda merasa panik sampai gak bisa tidur, maka coba evaluasi lagi, apa
yang bikin anda sampai gak bisa tidur tersebut, lalu perbaiki. Misalnya
jika anda pegang rekening senilai Rp20 juta, dan hasilnya gak bisa tidur, maka
kurangi dananya jadi Rp10 atau 15 juta saja. Dan jika setelah pegang Rp10 juta, anda masih gak bisa tidur, maka kurangi lagi! Sudah tentu, namanya investor
pemula, perasaan panik dan stress sedikit banyak tetap akan muncul (kalau gak
mau stress sama sekali, ya jangan invest di saham). Namun maksud penulis
adalah, ketika kita terus melakukan evaluasi dan perbaikan, maka kita akan
sampai pada satu titik dimana meski stress itu akan tetap muncul, tapi tidak
sampai mengganggu aktivitas sehari-hari, apalagi sampai menimbulkan keinginan
untuk bunuh diri. Pada titik inilah kita bisa katakan bahwa temen-temen
mengambil beban psikologis sesuai dengan yang temen-temen bisa tanggung,
alias gak terlalu berat. Kemudian seiring dengan berjalannya waktu, maka mental
kita juga akan semakin kuat, dan sedikit demi sedikit kita bisa menambah ‘beban
psikologis’ itu tadi, misalnya dengan menyetor dana yang lebih besar. Seperti
yang penulis pernah bahas
disini, seorang investor saham pada akhirnya nanti akan ‘mati rasa’, dimana
ketika rugi dia bersikap biasa-biasa saja, dan sebaliknya ketika profit pun dia
juga tetap bersikap biasa. However, biasanya akan butuh waktu bertahun-tahun
hingga kita berada dalam posisi mati rasa tersebut, jadi gak akan langsung ketika anda
membeli saham untuk pertama kalinya.
Okay Pak
Teguh, kalau panjenengan sendiri pernah kepikiran untuk bunuh diri gak, waktu
di tahun-tahun awal dulu sebagai investor? Well, nggak pernah, karena penulis
sangat beruntung sejak awal memperoleh mentor yang sudah berpengalaman di bursa
sejak tahun 1991, dimana beliau sejak awal sudah berpesan seperti apa yang saya
tulis diatas, dan karena kondisi pasar saham ketika itu (tahun 2010, dan
tahun-tahun berikutnya) terbilang uenak tenan, dimana IHSG dengan cepat naik
dari 2,000-an hingga mencapai level 5,000-an pada pertengahan tahun 2013. Tapi entah
itu dulu atau sekarang, dan hingga seterusnya nanti, maka prinsip dasar penulis
tetap sama: If it costs you your peace, it’s too expensive. Profit dari
saham itu tidaklah gratis, karena kita hanya bisa memperolehnya dengan kerja
keras (untuk menganalisa, baca laporan keuangan satu per satu), dan juga
kesabaran, but it’s worth it. Tapi ketika kita sampai harus mengorbankan
perasaan tentram untuk memperoleh profit dari saham, maka itu adalah harga
yang terlalu mahal, it’s NOT worth it.
Sehingga,
jika temen-temen adalah juga yang termasuk ‘Membayar dengan tidur nyenyak saya
untuk memperoleh profit yang tidak seberapa’, maka anda sekarang sudah tahu,
apa yang harus dilakukan. Semoga beruntung!
***
Jadwal
Seminar Value Investing, Basic & Advanced, Jakarta, Sabtu – Minggu, 18 – 19
Juli 2020.
Info lengkap klik
disini, atau whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti).
Buku
kumpulan analisis 30 saham pilihan (Ebook Investment
Planning) edisi Kuartal I 2020 sudah terbit! Anda
bisa memperolehnya
disini, tersedia diskon khusus selama IHSG masih dibawah 5,500. Info
whatsapp 0813-1482-2827 (Yanti).
Follow me on instagram, klik 'View on Instagram' berikut ini:
Komentar
Bukan cuma saham. Tapi banyak investasi ajaib yang harus di waspadai.
apakah Pak Teguh berminat untuk menulis buku lagi?
Jika iya, Karya Pak Teguh akan saya nantikan.
Tetapi setelah bangkrut secara resmi, maka kita bisa mulai lagi dari nol. Mulai dari awal, hanya tidak bisa meminjam uang ke lembaga pinjaman resmi.
Tolong dikoreksi jika salah...