Membedah Peran Danantara Dalam Skema Merger GOTO dan GRAB
Setelah sempat ramai di bulan Februari 2025 lalu, belakangan ini isu bahwa Gojek akan merger dengan Grab kembali mencuat, dan mungkin karena itu pula saham PT GoTo Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO), yang sebelumnya nyaris mati di Rp55, semingguan ini naik lagi ke Rp65. Namun yang berbeda adalah, pada hari ini disebut-sebut bahwa Danantara akan terlibat dalam proses merger-nya, which is menimbulkan pertanyaan: Memangnya GOTO/Gojek itu perusahaan BUMN, apa gimana?
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.
***
Sebelumnya, kembali ke bulan Februari, penulis sendiri ketika itu termasuk yang melihat bahwa merger antara Gojek (Gojek, bukan GOTO) dan Grab itu pada akhirnya akan terealisasi, bahkan meski ketika itu dari kedua belah pihak berkali-kali membantahnya. Sebab kalau kita lihat lagi kronologisnya, ketika dulu GOTO menggelar IPO maka tujuannya adalah untuk exit strategy para founder-nya. Dan strategi tersebut berhasil dimana berdasarkan data terakhir per 30 September 2025, maka tidak kurang 82.9% saham beredar GOTO sekarang sudah dipegang oleh investor publik, and meanwhile para pendiri perusahaannya itu sendiri seperti Nadiem Makarim dan William Tanuwijaya, juga sudah lama resign. Kemudian untuk PT Tokopedia (Toped) juga sudah dilepas ke TikTok, sehingga GOTO sekarang tinggal pegang PT Gojek Indonesia (Gojek) saja, termasuk bisnis pendukungnya seperti Gopay dll.
Tinggal pertanyaannya, Gojek ini harus diapakan? Karena seperti halnya Toped yang bakar duit mulu, Gojek ini juga sama bakar duit terus di mana imbasnya sampai dengan Q3 2025, GOTO masih menderita rugi Rp775 miliar. Jadi jika Gojek ini terus dipertahankan maka itu hanya akan membuat defisit/akumulasi kerugiannya semakin melebar, dan pada akhirnya bisa bikin GOTO itu sendiri bangkrut. Di sisi lain jika Gojek ini ditutup begitu saja, misalnya seperti ketika dua tahun lalu PT Bukalapak.com (BUKA) menutup layanan ecommerce-nya, maka itu juga tidak mungkin. You see, berbeda dengan aplikasi Bukalapak yang terbilang kecil dibanding misalnya Tokopedia atau Shopee, sehingga kalaupun operasionalnya dihentikan maka itu tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi nasional, maka Gojek ini sudah mencapai ukuran yang too big too fail, di mana jika aplikasinya ditutup maka itu akan menyebabkan jutaan driver kehilangan pekerjaan, sehingga bisa dibayangkan akan seperti apa dampak sosial serta ekonominya.
Sehingga satu-satunya opsi adalah, seperti halnya kemarin Toped dilepas ke TikTok, maka Gojek ini juga harus dijual! Eh, tapi dijual ke siapa? Ya ke siapa lagi kalau bukan ke GRAB? Sebab berbeda dengan Gojek/GOTO yang sampai hari ini masih terus merugi, maka sudah sejak tahun 2024 kemarin Grab Holdings Ltd (GRAB) mampu mencetak laba positif, dan kembali profit di tahun 2025 ini. Kemudian juga berbeda dengan Gojek/Toped yang foundernya sudah lama keluar, maka GRAB sampai hari ini masih dipimpin oleh founder-nya, Anthony Tan, jadi mereka sama sekali tidak berencana untuk exit strategy dari perusahaan. Anda bisa baca lagi ulasan lengkapnya disini.
Nah, jadi balik lagi ke analisa penulis di bulan Februari 2025 lalu, maka saya menyebut bahwa merger antara Gojek dan Grab akan terealisasi sebelum akhir tahun 2025. Pihak GRAB sendiri dalam hal ini tidak perlu membayar apapun ke pihak GOTO, apalagi sampai harus membeli saham GOTO di pasar, karena mereka bisa meniru skema merger antara TikTok Shop dengan Toped, dimana pada intinya pihak TikTok keluar uang $500 juta tapi uang itu masuk ke kas Toped, bukan ke GOTO, dan Toped itu sendiri kemudian dikuasai oleh TikTok sehingga bisa dikatakan bahwa uang $500 juta tadi balik ke dia lagi.
Sehingga, ketika nanti pihak GRAB akhirnya setuju untuk mengambil alih Gojek dari GOTO untuk kemudian diintegrasikan dengan aplikasi Grab itu sendiri, maka hampir pasti skemanya akan kurang lebih seperti itu juga di mana Gojek (PT Gojek Indonesia) menerbitkan saham baru yang kemudian ditebus oleh GRAB, sehingga kepemilikan GOTO di Gojek akan terdilusi, dan GRAB kemudian akan menjadi pemegang saham pengendali yang baru di Gojek.
Danantara Ikut Masuk?
However, bahkan dengan skema diatas sepertinya pihak GRAB tetap ragu, kemungkinan karena mereka melihat aplikasi Tokopedia setelah dipegang oleh TikTok juga malah jadi gak jelas, dan semakin kalah bersaing dibanding misalnya Shopee (ada yang notice kalau Toped setelah diambil alih TikTok malah tenggelam?). Jadi betul, kalau skemanya adalah GRAB keluar duit katakanlah $500 juta dimana duit itu masuk ke kas Gojek, sehingga dalam hal ini duitnya balik ke GRAB lagi, tapi jika Gojek ini sulit untuk dikelola maka ujungnya duit $500 juta itu bakal habis juga bukan? Di sisi lain manajemen GRAB sendiri sudah susah payah kerja keras untuk membalikkan kinerja yang bertahun-tahun rugi menjadi profit sejak tahun 2024 lalu, jadi masa iya mereka harus menderita rugi lagi cuma karena mengambil alih Gojek ini? Sehingga mungkin karena itulah proses mergernya jadi molor, dimana sekarang sudah bulan November tapi masih belum ada kesepakatan apapun.
Hingga pada 7 November kemarin, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, membenarkan bahwa telah diadakan pertemuan antara Presiden Prabowo Subianto, GRAB, dan juga GOTO, untuk membicarakan rencana mergernya, dan bahwa Danantara akan turut dilibatkan. Pak Menteri juga menyebut bahwa, ‘Tujuan utamanya agar perusahaan (Gojek) tetap berjalan karena disitu tercipta lapangan kerja, dan kita sadar bahwa ojol adalah pahlawan ekonomi, menggerakkan ekonomi’.
Nah! Sampai titik ini, anda bisa baca pikiran penulis bukan? Jadi pertama-tama, seperti disebut di atas, Pemerintah juga sepakat bahwa Gojek ini tidak bisa dibiarkan mati begitu saja, jadi dia harus diselamatkan dengan cara dialihkan/dimerger ke Grab. Namun kedua, pihak Grab kemungkinan tetap tidak mau mengambil alih Gojek, karena posisi dia sendiri di Indonesia sejak awal sudah cukup kuat, jadi ngapain harus bakar duit lagi untuk mengurus Gojek ini? Dan itulah kenapa proses merger-nya terus tertunda. Hingga akhirnya, ketiga, Pemerintah memutuskan untuk ikut masuk dengan cara menugaskan Danantara sebagai semacam penjamin, dimana kalau misalnya GRAB menderita rugi dari investasinya di Gojek, maka dengan menggunakan skema tertentu, Danantara akan menutup kerugian tersebut. Untuk diketahui, Danantara sendiri sejak awal didirikan untuk mengelola dividen yang disetor oleh BUMN untuk membiayai program Pemerintah, proyek strategis nasional dll, yang itu artinya duit dividen itu tidak harus digunakan untuk mengembangkan BUMN itu sendiri. Sehingga kalau Pemerintah, atau dalam hal ini Presiden Prabowo, memerintahkan Danantara untuk ‘membantu para ojol’, maka disinilah pihak Danantara mau tidak mau harus ikut terlibat.
Okay Pak Teguh, jadi kira-kira bagaimana skema mergernya setelah Danantara masuk? Well, terkait hal ini mungkin akan lebih tepat jika ditanyakan ke direksi Danantara itu sendiri, dan para wartawan media memang sudah melakukan itu dengan mewawancarai CIO Danantara, Bapak Pandu Sjahrir, hari Selasa 11 November kemarin. Namun sayangnya Pak Pandu tidak memberikan jawaban apapun yang bersifat teknis, kecuali sebatas menyatakan bahwa Pemerintah akan mendukung merger tersebut. Kemudian dari pihak GOTO juga sama menyatakan bahwa belum ada kesepakatan apa-apa, tapi mereka membantah isu rencana buyout saham GOTO senilai $300 juta yang dipegang oleh Telkomsel (yang itu artinya Telkomsel mau tidak mau tetap merugi dari investasinya di GOTO).
Anyway, satu hal yang pasti adalah, merger ini akan tetap terealisasi in one way or another, dimana ketika nanti semua pihak sudah mencapai kesepakatan, maka: 1. Aplikasi Gojek akan diintegrasikan ke dalam aplikasi Grab, 2. Pihak GRAB tidak perlu khawatir akan dirugikan karena terdapat pihak ketiga (Danantara) yang menjamin hal tersebut, dan 3. GOTO menjadi perusahaan kosong karena sudah tidak lagi memegang kepemilikan di Tokopedia ataupun Gojek, kecuali secara minoritas.
Okay, lalu saham GOTO itu sendiri gimana? Ya bakal disitu-situ saja,
antara Rp50 – 100. Jadi yah, gak usah banyak berharap. Tapi sisi positifnya, setelah
melepas Gojek maka GOTO mungkin bisa mencoba venture baru, mungkin
bikin Go-AI atau semacamnya biar perusahaan bisa tumbuh raksasa seperti Nvidia
(NVDA)?
***
Ebook Market Planning edisi November 2025 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.


Komentar