Pelajaran dari NVIDIA, Saham Teknologi Yang Naik 10 kali Lipat

Ketika artikel ini ditulis, saham NVIDIA Corporation (NVDA) ditutup di posisi $120.78 (Catatan: NVDA baru saja stocksplit dengan rasio 1:10, di mana sebelum stocksplit tersebut harganya $1,200), yang mana jika dihitung dari posisi terendahnya di tahun 2022 lalu di $12, maka dia sudah terbang 10 kali lipat dalam waktu tidak sampai dua tahun. Sehingga pertanyaannya, sebenarnya apa yang memicu NVDA hingga bisa naik setinggi ini? Dan apakah kenaikannya tersebut bisa diproyeksi sehingga kita bisa masuk sejak ketika harganya masih rendah, sehingga kita kemudian akan sukses profit sekian kali lipat itu tadi?

***

Jadwal Seminar Tatap Muka Value Investing in US Stocks: Jakarta, Sabtu 22 Juni 2024. Info lengkap baca disini. Tersedia juga videonya bagi anda yang tidak bisa hadir, dan alumni bisa bergabung dengan layanan webinar secara gratis.

***

NVIDIA Corporation berdiri pada tahun 1993, yakni ketika tiga eksekutif perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) bernama Jensen Huang (microprocessor designer di Advanced Micro Devices Inc. atau AMD), Chris Malachowsky (engineer di Sun Microsystems Inc.), dan Curtis Priem (graphic chip designer di International Business Machines Corp. atau IBM) bertemu di sebuah restoran cepat saji di San Jose, California, dan memutuskan untuk mendirikan perusahaan tekno milik mereka sendiri, yang fokus pada pengembangan kualitas gambar (grafis) video game. Pada masa itu permainan video game sudah sangat populer di AS, di mana perusahaan console game seperti Atari dan Nintendo menjadi sukses besar karenanya. Namun Jensen Huang serta kedua mitranya sudah memiliki visi bahwa video game di masa depan akan menampilkan gambar yang realistis layaknya sebuah film, jadi tidak lagi menampilkan gambar ‘kartun’. Maka berdirilah Nvidia Corp., ketika itu dengan modal awal $40,000 saja.

Lanjut pada tahun 1995, Nvidia meluncurkan produk graphic card pertamanya yang diberi nama NV1, yang dipasang di console Sega Saturn dan Sega Dreamcast milik Sega Corp., perusahaan video game asal Jepang. Namun seiring dengan kegagalan console Sega itu sendiri di pasar video game (karena kalah bersaing dengan Nintendo dan juga PlayStation milik Sony Corp.), maka Nvidia juga sempat hampir bangkrut. Beruntung perusahaan mencapai titik balik pada tahun 1997 ketika diluncurkan NV3, yang menjadi graphic card pertama di dunia yang mampu menciptakan gambar tiga dimensi (3D) dalam video game, sekaligus merevolusi video game itu sendiri dari sebelumnya hanya menampilkan gambar 2D, menjadi 3D. Alhasil Nvidia sukses mencetak pendapatan $29.1 juta di tahun 1997, melonjak dari hanya $3.9 juta di tahun 1996, dan kembali lompat menjadi $92.7 juta pada periode Januari – Oktober 1998. Pada tahun 1999 perusahaan menggelar IPO pada harga perdana $12, yang setelah disesuaikan dengan beberapa kali stocksplit setara $0.025 per saham. Pada tahun 1999 ini pula, Nvidia meluncurkan graphic card untuk komputer yang disebut sebagai graphic processing unit atau GPU, dengan merk dagang ‘GeForce’, yang kemudian menjadi salah satu produk andalan perusahaan sampai hari ini.

Dan demikian seterusnya Nvidia terus memperbaharui teknologi graphic card serta GPU, hingga membuat kualitas gambar video game semakin hari semakin realistis. Lanjut pada tahun 2006, Nvidia meluncurkan compute unified device architecture atau CUDA, yakni bahasa pemrograman yang memungkinkan penggunaan GPU untuk fungsi-fungsi komputer secara umum, jadi tidak lagi hanya untuk meningkatkan kualitas grafis video game. CUDA inilah yang membuat kita pada hari ini bisa menggunakan komputer, laptop, dan ponsel untuk membuat gambar 3D, mengkonversi format video atau gambar, mengkompres ukuran file/data menjadi lebih kecil, termasuk memungkinkan para pemain crypto untuk ‘menambang crypto’ (cryptocurrencies mining). Kemudian pada tahun 2012, Nvidia menciptakan program yang mampu mengidentifikasi suatu gambar, sama seperti kalau anda dikasih lihat foto seseorang yang anda kenal maka anda akan bisa menyebut nama orang tersebut, di mana ini adalah kali pertama sebuah komputer mampu melakukan itu, sehingga menjadi awal berkembangnya industri artificial intelligence atau AI. Maka sejak saat itulah Nvidia serius mengembangkan AI, dalam hal ini dengan meluncurkan data center yang menyatukan puluhan ribu GPU ke dalam satu jaringan atau server, sehingga membuat komputer yang terhubung ke jaringan tadi bekerja lebih cepat dalam menjalankan AI, serta lebih efisien dalam penggunaan energi listrik. Terakhir pada awal tahun 2023, NVDA meluncurkan ‘Grace’, sebuah data center CPU (central processing unit) yang didesain khusus untuk high-performance computer, serta mampu menjalankan AI dalam skala besar.

Hingga pada hari ini, NVDA sudah menjadi perusahaan GPU terbesar di dunia dimana para gamer, streamer, graphic designer, arsitek, hingga konten kreator di seluruh dunia menggunakan GPU Nvidia (termasuk laptop penulis juga pakai GPU Nvidia GeForce GTX) untuk menikmati kualitas grafis terbaik di video game, menjalankan berbagai software komputer, hingga menggunakan aplikasi ponsel. Sedangkan di bidang AI, maka NVDA dengan CPU Grace-nya membantu para perusahaan dan start-up untuk meningkatkan produktivitas, fraud detection oleh perusahaan keuangan, drug discovery oleh perusahaan farmasi, hingga auto driving untuk mobil (yup, hari ini anda bisa naik mobil sendirian tanpa harus nyetir). Dan di laporan keuangan (LK) terbarunya untuk periode Q1 2024 yang berakhir tanggal 28 April 2024, NVDA mencatat total aset $77.1 miliar, ekuitas $49.1 miliar, pendapatan disetahunkan $104.2 miliar, dan laba bersih disetahunkan $59.2 miliar. Sehingga dari sini kelihatan bahwa NVDA ini memang perusahaan yang sangat menguntungkan, dengan return on average equity mencapai 115.7%.

Lompatan Kinerja Perusahaan

Meski demikian kinerja NVDA tidak langsung tampak sangat bagus seperti sekarang, melainkan pada tahun 2022 lalu (periode Februari 2022 – Januari 2023) laba bersihnya hanya $4.4 miliar, yang mencerminkan ROE 19.9%. Kinerja perusahaan baru melonjak di tahun 2023 yakni setelah diluncurkan data center Grace, di mana pendapatan NVDA dari segmen data center mencapai $47.5 miliar, melonjak tiga kali lipat dibanding tahun 2022 sebesar $15.0 miliar, sedangkan untuk laba bersihnya naik hampir tujuh kali lipat menjadi $29.6 miliar, yang mengindikasikan bahwa margin laba NVDA dari segmen data center-nya lebih besar dibanding dari segmen GPU. Menurut manajemen, lonjakan pendapatan data center itu didorong oleh booming penggunaan AI di tahun 2023 tersebut, di mana diprediksi bahwa kedepannya penggunaan AI ini akan lebih berkembang lagi. Dan memang seperti disebut diatas, di LK terbarunya untuk periode tiga bulan yang berakhir tanggal 28 April 2024, NVDA mencetak pendapatan data center $22.6 miliar, meroket 427% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, dan sukses mendorong perusahaan untuk mencetak laba bersih $14.9 miliar, melejit 628% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Nah, jadi kemungkinan inilah yang membuat saham NVDA naik sangat tinggi hingga valuasinya menjadi mahal dengan trailing PER 60 – 70 kali (sebagai perbandingan, trailing PER perusahaan tekno terbesar di dunia yakni Microsoft (MSFT) hanya 36 kali), yakni karena adanya ekspektasi bahwa laba bersihnya yang sudah sangat besar di awal tahun 2024 ini masih akan tumbuh lebih besar lagi kedepannya seiring masih berlanjutnya booming AI, dimana NVDA sukses tampil sebagai yang terdepan dalam hal memaksimalkan pendapatannya dari booming AI tersebut, thanks to peluncuran data center Grace itu tadi.

However ketika NVDA merilis LK terbarunya pada 29 Mei 2024 di mana kinerja perusahaan melonjak tajam, maka pada saat itu sahamnya sudah berada di posisi $114.83, alias sudah naik sangat tinggi dibanding posisi terendahnya di tahun 2022, yakni $11.23. Sehingga balik lagi ke pertanyaannya: Bagaimana caranya agar kita pada bulan Oktober 2022 tersebut, atau paling lambat awal 2023 (pada bulan Januari 2023, saham NVDA sudah mulai naik ke $20-an), kita bisa melihat bahwa NVDA ini bagus lalu beli sahamnya, sehingga pada hari ini kita akan sudah profit sekian ratus persen??

Dan untuk menjawab itu maka penulis mengamati hal-hal berikut. Perhatikan: NVDA tidak mengumumkan secara khusus ketika mereka meluncurkan Grace, melainkan perusahaan baru menyebut itu di laporan keuangannya yang dirilis kemudian. Dan di LK untuk tahun penuh 2022 (yang berakhir 29 Januari 2023), NVDA mencetak pendapatan $27.0 miliar, naik tipis dibanding tahun sebelumnya $26.9 miliar, namun labanya justru turun menjadi $4.4 miliar, dibanding tahun sebelumnya $9.8 miliar. Meski demikian pada LK tahun penuh 2022 ini untuk pertama kalinya disebut kalimat ‘The Grace CPU is designed for bla bla bla’, yang menunjukkan bahwa perusahaan meluncurkan Grace pada satu waktu antara November 2022 - Januari 2023. Dan imbasnya, meski pendapatan NVDA di tahun penuh 2022 (Februari 2022 - Januari 2023) secara keseluruhan hanya naik tipis, tapi pendapatannya dari segmen data center melonjak menjadi $15.0 miliar dibanding $10.6 miliar pada tahun 2021, dan $6.7 miliar pada tahun 2020. Jadi pada pada awal 2023 ini bisa dikatakan bahwa NVDA sudah lebih merupakan perusahaan AI ketimbang perusahaan GPU, di mana porsi pendapatan dari data center mencapai 55% dari total pendapatan perusahaan, naik dibanding 40% pada tahun 2020.

Kemudian meski seperti disebut di atas, laba NVDA pada tahun 2022 justru turun dibanding 2021, tapi itu karena adanya beban non operasional, salah satunya acquisition termination cost (beban yang muncul karena kegagalan NVDA mengakuisisi sebuah perusahaan) sebesar $1.3 miliar. Yang itu artinya jika kedepannya trend kenaikan penjualan data center kembali berlanjut, sedangkan beban non operasional tadi tidak muncul lagi, maka laba perusahaan akan kembali naik.

Okay, lanjut. Meski di atas disebutkan bahwa NVDA sudah serius menggarap AI sejak tahun 2012, namun lompatan besar di industri AI baru terjadi 10 tahun kemudian di tahun 2022, yakni ketika perusahaan bernama OpenAI meluncurkan ChatGPT, sebuah aplikasi virtual assistant yang memungkinkan penggunanya untuk berkomunikasi dengan AI itu sendiri, disusul perusahaan lain juga meluncurkan AI yang mampu menciptakan gambar, audio, dan video, membuat naskah tulisan, bahkan hingga tanding catur dengan manusia sungguhan. Dan alhasil AI seketika booming, dan imbasnya NVDA seperti disebut di atas sukses meningkatkan penjualan data center-nya di tahun 2022. Kemudian karena pada awal 2023-nya perusahaan meluncurkan data center Grace yang, seperti disebut di atas, mampu menjalankan AI dalam skala besar, maka pada awal 2023 ini sudah bisa diprediksi bahwa NVDA akan membukukan lonjakan pendapatan dan laba untuk tahun 2023 tersebut.

Nah, lalu berapa harga saham NVDA di bulan Februari 2023, yakni ketika perusahaan merilis LKnya untuk tahun penuh 2022? Sudah mulai naik ke $20 – 23, dan valuasinya tampak mahal dengan PER lebih dari 100 kali (ingat bahwa laba NVDA di tahun 2022 itu justru turun dibanding 2021). Namun demikian jika penulis sendiri pada saat itu menganalisa faktor-faktor di atas, dan sudah bisa menyimpulkan bahwa laba perusahaan akan melonjak sekian kali lipat, maka saya akan tetap beli sahamnya. Karena dengan labanya naik tersebut maka PERnya otomatis akan turun, dan valuasinya menjadi murah lagi.

And indeed, laba NVDA sukses naik banyak di tahun 2023. Sedangkan sahamnya? Terbang sampai $120 aka profit sekitar 5 kali lipat dalam setahun, namun PER-nya justru turun menjadi 70 kali, yakni karena labanya naik 7 kali lipat dibanding 2022, dan kemungkinan masih akan naik lagi di tahun 2024 ini, albeit kenaikannya tidak lagi setinggi sebelumnya dimana seperti disebut diatas, pada Q1 2024 NVDA melaporkan laba bersih disetahunkan $59.2 miliar, atau ‘hanya’ naik 2 kali lipat dibanding 2023. Sehingga meski saham NVDA bisa saja naik lebih tinggi lagi, yakni jika perusahaan mampu kembali mencetak lompatan laba di kuartal-kuartal selanjutnya, namun keputusan untuk masuk saat ini terbilang berisiko karena meskipun PER-nya sekarang ‘hanya’ 70 kali, tapi momentum lompatan kinerja perusahaan sudah lewat, dan akan sulit bagi laba bersih NVDA untuk kembali lompat 7 kali lipat seperti di tahun 2023 kemarin.

Jadi Apa Pelajarannya?

Meskipun penulis sendiri tidak pernah benar-benar beli saham NVDA pada awal 2023 lalu (saya baru mempelajari sahamnya sekarang), namun kita bisa menggunakan studi kasus NVDA ini untuk menemukan ‘mutiara terpendam’ berikutnya di bursa NYSE/Nasdaq, alias saham yang mampu naik 100% atau lebih dalam waktu 1 tahun atau kurang. Dan berikut poin-poin pentingnya:

Pertama, seperti yang sudah sering penulis sampaikan, dalam value investing ada tiga aspek yang harus kita lihat yaitu 1. Kinerja perusahaan pada saat ini, dan juga kinerja historis, 2. Prospek kinerja ke depan, dan 3. Valuasi sahamnya. Dan jika poin 1 dan 2 tampak sangat bagus, maka tidak apa-apa kita beli sahamnya pada harga yang tampak mahal. Contohnya Warren Buffett (WB) yang pada awal tahun 1990an dulu beli saham Coca Cola (KO) pada PER 23 kali, alias tidak bisa disebut murah, tapi WB tetap membelinya karena mampu melihat bahwa kinerja laba KO akan terus naik dalam jangka panjang, sehingga PER-nya tersebut akan turun.

Meski demikian seperti disebut di atas, PER NVDA pada harga $20 di awal tahun 2023 lalu sudah mencapai lebih dari 100 kali berdasarkan laba bersihnya ketika itu, berarti tetap saja kemahalan dong? Maka inilah pelajaran kedua: Jika laba turun namun pendapatannya masih naik, maka coba cek lagi apa penyebab penurunan laba tersebut, di mana jika penyebabnya adalah faktor non operasional yang seringkali bersifat one time (hanya terjadi sekali itu saja), maka artinya laba tersebut sejatinya lebih besar dari kelihatannya, dan kedepannya berpotensi untuk naik lagi. Yang itu artinya, jika kita pakai laba bersih NVDA di tahun 2021 sebesar $9.8 miliar, maka PERnya pada harga saham $20 masih 40 – 50 kali. Kemudian jika kita telaah lagi, maka meski pendapatan NVDA di tahun 2022 hanya naik tipis, namun pendapatan dari segmen data center-nya justru naik 50%, dan secara keseluruhan naik hampir 3 kali lipat dalam 2 tahun (sejak 2020). Yang itu artinya jika trend kenaikan penjualan data center ini berlanjut sedangkan perusahaan tidak lagi mencatat beban non operasional, maka pendapatan NVDA di tahun 2023 berpotensi naik lebih tinggi, demikian pula labanya akan naik lebih tinggi lagi.

But still, kesemua faktor di atas belum bisa dijadikan justifikasi untuk membeli NVDA pada PER 40 – 50 kali. Maka kita kemudian sampai ke pelajaran ketiga: Pada tahun 2022 tersebut muncul ChatGPT yang menandai dimulainya booming AI, sekaligus menjelaskan kenapa pendapatan data center NVDA naik 50% di tahun 2022 tersebut, dan berpotensi kembali naik di 2023. Ditambah NVDA pada awal 2023 meluncurkan data center Grace, maka terdapat peluang bahwa pendapatan/laba bersih NVDA tidak hanya akan sekedar naik, melainkan bakal lompat. Dan ternyata benar pendapatan serta laba bersihnya di tahun 2023 ini naik buanyak banget dibanding tahun sebelumnya.

Nah! Jadi jika seorang investor pada awal 2023 lalu sudah mampu membaca keempat faktor di atas, yakni:

  1. Laba NVDA di tahun 2022 turun lebih karena adanya beban non operasional, sedangkan pendapatannya masih naik,
  2. Pendapatan dari segmen data center naik 50%, dan naik hampir 3 kali lipat dibanding tahun 2020
  3. Mulai terjadi booming AI di 2022 tersebut, dan
  4. NVDA meluncurkan Grace pada awal 2023,

...Maka si investor ini akan sudah memprediksi bahwa kinerja NVDA akan lompat di tahun 2023 tersebut, dan dia akan membeli sahamnya pada harga $20 – 23. Karena meskipun benar valuasinya tampak mahal, tapi jika benar kinerja perusahaan lompat sekian kali lipat (jadi bukan naik sekian persen lagi), maka sahamnya tetap akan naik banyak, dan memang itulah yang kemudian terjadi.

Saham The Next NVDA?

Anyway, jika penulis sendiri termasuk yang beli saham NVDA di awal 2023 lalu pada harga $20 – 23, maka saya mungkin akan sudah profit taking jauh sebelum sahamnya sekarang berada di posisi $120, karena balik lagi: Sejak awal valuasi NVDA tidak bisa disebut murah, dimana laba perusahaan harus benar-benar naik sekian kali lipat agar PER-nya turun dan validasinya menjadi murah lagi, dan kita baru mengetahui bahwa kinerja NVDA benar sangat bagus pada bulan Februari 2024, yakni ketika perusahaan merilis LK tahun penuh 2023, tapi ketika itu saham NVDA sudah terbang ke $77 dan imbasnya valuasi sahamnya menjadi mahal lagi, bahkan meskipun benar labanya sudah naik tujuh kali lipat. Sehingga bagi investor yang sudah pegang sahamnya sejak awal maka akan mulai kepikiran untuk profit taking.

Meski demikian pada bulan Februari 2024 tersebut booming AI masih terjadi dan belum ada tanda-tanda akan berakhir, di mana ChatGPT terus meluncurkan versi terbarunya, dan demikian pula perusahaan tekno lain ramai-ramai meluncurkan aplikasi AI milik mereka sendiri (yang terbaru, Google meluncurkan Gemini), sampai hari ini. Jadi pelajarannya adalah: Selama kinerja perusahaan masih bagus, dan selama peristiwa booming yang sejak awal menjadi penyebab lonjakan kinerja NVDA itu sendiri masih terus terjadi, maka artinya prospeknya juga masih cerah/kinerja perusahaan masih bisa naik lagi kedepannya. Dan karena dalam value investing, poin kinerja serta prospek perusahaan lebih penting dibanding poin valuasi sahamnya, maka saham NVDA tetap berpeluang untuk lanjut naik, tak peduli meski sahamnya sudah naik banyak dan valuasinya kembali tampak sangat mahal.

Sehingga, meski seperti disebut di atas, penulis tidak akan berani membeli saham NVDA pada harganya saat ini di $120, tapi jika saya ada beli sahamnya 15 bulan lalu di harga $20, maka tindakan yang benar adalah jangan buru-buru profit taking melainkan tetap hold, and let the profit run sampai terjadi salah satu dari dua peristiwa berikut: 1. Kinerja laba bersih NVDA turun, atau kenaikannya tidak lagi setinggi sebelumnya, atau 2. Terjadi peristiwa tertentu yang menyebabkan booming AI berakhir, sehingga prospek perusahaan juga berubah.

Nah, tapi balik lagi, saya tidak pegang NVDA, jadi dalam hal ini kita cuma bisa mengambil pelajarannya saja untuk menemukan ‘NVDA berikutnya’, dan actually penulis ada kepikiran beberapa saham, salah satunya Alibaba (BABA). Tapi karena artikel ini sudah cukup panjang, maka kita akan bahas lagi lain waktu.

***

Jadwal Seminar Tatap Muka Value Investing in US StocksJakarta, Sabtu 22 Juni 2024. Info lengkap baca disini. Tersedia juga videonya bagi anda yang tidak bisa hadir, dan alumni bisa bergabung dengan layanan webinar secara gratis.

Komentar

Anonim mengatakan…
'-alert(1)//

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Kuartal II 2024 - Terbit 8 Agustus

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 24 Agustus 2024

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Prospek IPO Barito Renewables Energy (BREN): Lebih Cuan dari PGEO?