Valuasi Saham US Sudah Sangat Mahal, Apakah Masih Bisa Dibeli?
Pak Teguh saya bingung ketika mengecek valuasi dari saham-saham US seperti Nvidia (NVDA), Broadcom (AVGO), Meta Platforms (META), Apple (AAPL). Kok mahal-mahal semua ya? PER dan PBVnya sampai puluhan kali? Jauh banget dibanding misalnya Astra International (ASII) atau Bank BRI (BBRI) di Indonesia. Tapi bahkan dengan valuasi setinggi itu harganya masih bisa naik, itu gimana ya pak? Saya ada beli saham-saham US tersebut, tapi cuma berani sedikit karena masih gak yakin soal valuasi ini, dan alhasil profitnya juga kecil. Mohon pencerahannya pak.
***
Hingga akhir Juli, Avere Investama US Stocks mencatat profit +38.8% dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa ikut channel telegram USC disini. Gratis konsultasi dan tanya jawab saham US untuk member, dan tersedia diskon untuk member baru.
***
Jawab.
Betul pak, jika kita cek PER dan PBV dari US mega caps, maka valuasi mereka tampak tidak masuk akal, apalagi kalau dibandingkan dengan ASII dkk di Indonesia yang PBV-nya bahkan gak sampai 1 kali. Tapi sebenarnya masih ada penjelasannya kenapa valuasi mereka dihargai setinggi itu, dan kenapa harganya masih bisa lanjut naik. Sekarang kita ambil contoh dua saham mega caps di US, yakni NVDA, dan AAPL. Ketika artikel ini ditulis, NVDA berada di posisi $179 yang mencerminkan trailing PER 57.8x, dan PBV 52.0x. Sedangkan AAPL berada di posisi $209, yang mencerminkan trailing PER 32.5x, dan PBV 46.7x.
Jadi jika valuasi kedua saham ini dibandingkan dengan misalnya ASII, yang pada harga saham Rp5,100 PER-nya hanya 6.2x, serta PBV 0.9x, maka jelas NVDA dan AAPL jadi tampak sangat mahal. Nah, tapi bagaimana kalau saya katakan bahwa NVDA dan AAPL tidak bisa dibandingkan dengan ASII, karena kualitas fundamentalnya juga jauh berbeda? Yep, biar gampangnya kita ambil indikator fundamental yang paling basic saja, yakni return on equity (ROE). Dan saat ini, ROE NVDA adalah 115.5%, sedangkan ROR AAPL 138.0%, sehingga dua perusahaan tersebut bisa dikatakan teramat sangat profitable. Sedangkan ASII? Cuma 15.5%, yang sebenarnya tergolong bagus juga, tapi tentu tidak sebagus NVDA dan AAPL.
Sehingga, kalau mau membandingkan valuasi NVDA dan AAPL dengan saham di Indonesia, maka kita harus membandingkannya dengan saham yang memiliki ROE yang sama, atau minimal mendekati. Contohnya? Well, Unilever Indonesia (UNVR), tentu saja, dimana saat ini perusahaan mencatat ROE 76.8% berdasarkan kinerja laporan keuangannya di Q1 2025 kemarin. Dan berapa PER serta PBV UNVR pada harga sahamnya saat ini yakni Rp1,710? Yep, 18.6x dan 17.3x, alias tetap lebih rendah dibanding valuasi NVDA dan AAPL, tapi ingat bahwa ROE UNVR saat ini memang juga lebih rendah dibanding NVDA dan AAPL. Nah, tapi ingatkah anda dulu ketika UNVR ini masih memiliki kinerja laba bersih yang bagus dan bertumbuh, dan ROE-nya mencapai 100%, atau bahkan 140%? Maka ketika itupun PER UNVR mencapai 40 atau bahkan 50x, demikian pula dengan PBVnya.
Jadi dengan demikian, jika kita gunakan valuasi UNVR di tahun 2019 ketika kinerjanya masih sangat bagus sebagai perbandingan, maka betul valuasi NVDA dan AAPL di pasar saham US tergolong sangat tinggi, tapi itu masih bisa dijelaskan secara analisa fundamental, karena dulu pun UNVR sama valuasinya setinggi itu. Dan ingat bahwa kita dalam hal ini masih belum memasukkan faktor-faktor lainnya lagi yang juga berpengaruh, seperti ukuran market cap (market cap NVDA dan AAPL jauuuh lebih besar dibanding UNVR, atau saham lain manapun di Bursa Efek Indonesia, sehingga fund manager global dengan dana kelolaan super jumbo bisa ikut beli dalam jumlah besar), likuiditas saham, hingga popularitas perusahaan (semua orang di seluruh dunia tahu, atau minimal pernah mendengar nama Nvidia, Apple, dan Unilever, namun seorang investor di katakanlah Eropa kemungkinan besar tidak tahu siapa itu Astra atau Bank BRI). Jadi jika kita memasukkan faktor-faktor tersebut, maka valuasi premium dari NVDA dan AAPL menjadi lebih bisa dijelaskan lagi.
Nah tapi balik lagi: Meski masih tergolong wajar, termasuk kenapa harganya masih lanjut naik maka itu juga sama bisa dijelaskan (UNVR dulu juga naik terus, dan baru berbalik turun sejak tahun 2019 ketika kinerjanya turun), tapi tetap saja valuasi NVDA sangat mahal. Namun demikian seperti halnya kita di Indonesia tidak harus beli saham UNVR, maka di pasar saham US kita juga tidak harus beli NVDA atau AAPL, melainkan boleh cari saham lain dengan valuasi yang lebih murah, dan tidak perlu khawatir karena pilihannya ada banyak. Contohnya? Well, penulis actually sudah kasih banyak contohnya disini, terakhir Iren Limited (IREN) dengan forward PER 18.7x dan PBV 2.7x pada harga saham $16, atau Advanced Micro Devices, Inc (AMD) dengan PBV 2.9x pada harga saham $104 ketika analisanya ditulis (tapi AMD sekarang sudah naik banyak).
Jadi kesimpulannya, yes, valuasi saham US terutama yang besar-besar
mayoritas sudah mahal, tapi itu selaras dengan kinerja fundamentalnya
yang juga sangat bagus, serta prospeknya yang cerah terkait teknologi artificial intelligence dll. Sedangkan kalau kita tidak mau mengejar kereta di saham-saham premium tersebut maka
jangan khawatir, karena masih ada banyak saham US lainnya yang valuasinya tergolong
undervalued, sehingga otomatis potensi profitnya juga lebih
tinggi. Nah, tapi kalau anda masih bingung gimana cara screening-nya
maka juga jangan khawatir, karena di blog ini penulis akan secara berkala kasih
bocoran saham US dengan kinerja bagus, prospek cerah, dan tentunya valuasi
murah. Just stay tune!
***
Hingga akhir Juni, Avere Investama US Stocks mencatat profit +38.8% dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa ikut channel telegram USC disini. Gratis konsultasi dan tanya jawab saham US untuk member, dan tersedia diskon untuk member baru.
Komentar