Jika penulis
bertanya, apa atau dimana makanan terenak yang pernah anda makan? Maka setiap
orang tentu punya jawabannya masing-masing, karena selera dan kesukaan tiap
orang berbeda-beda. Namun jika penulis bertanya lagi, dalam kondisi bagaimana
makanan yang kita lahap terasa sangat nikmat dan lezat? Maka kita semua akan
memiliki jawaban yang sama: Dalam
kondisi lapar! Yakni benar-benar lapar, apalagi jika ditambah kondisi capek
setelah melakukan aktivitas fisik. Yep, sebagai penyuka kuliner, penulis bisa
katakan bahwa saya sudah mencoba hampir semua rumah makan populer di Jakarta
dan Bandung, dan beberapa restoran memang punya menu yang lebih enak dibanding
restoran lainnya.
'Patience Makes Difference' -Teguh Hidayat, artikel baru diposting setiap minggu.
Ebook Rekomendasi Saham edisi Desember, plus analisa window dressing dll sudah terbit! Dan anda bisa memperolehnya disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio saham untuk subscriber. Info telp/WA 0813-1482-2827 (Yanti).

Dow Jones vs IHSG
Setelah turun
terus hampir setiap hari selama bulan Desember ini, Dow Jones Industrial
Average kemarin akhirnya rebound 1,000 point atau hampir 5% ke posisi 22,878,
demikian pula S&P500 dan Nasdaq turut rebound dengan persentase kenaikan
yang kurang lebih sama. Kenaikan tersebut untuk sementara mengkonfirmasi dua
hal. Pertama, bahwa seperti halnya IHSG, Dow juga tidak akan turun terus
menerus melainkan pasti akan ada
rebound-nya, sehingga kalau misalnya anda berinvestasi di New York Stock
Exchange dan termasuk yang telat jualan (atau baru kepikiran untuk jualan
setelah Dow nyungsep), maka waktu terbaik untuk jualan bukanlah ketika kemarin
Dow terus saja turun, melainkan harus tunggu hingga rebound ini terjadi. Ulasan
strategi lengkapnya bisa dibaca
disini.
Amerika Resesi??
Dua bulan lalu,
tepatnya pada tanggal 3 Oktober 2018, ada satu fakta peristiwa penting yang
menarik perhatian penulis, tapi cenderung diabaikan oleh para pelaku pasar
lainnya karena memang hampir gak ada beritanya: Dow Jones ketika itu kembali break
new high ke level 26,828 (all time
high Dow sebelumnya adalah di level 26,617, yang dicapai pada 26 Januari
2018), dan itu terjadi ketika valuasi AMZN dkk sudah amat sangat mahal, cerita
perang dagang Amerika Serikat (AS) vs China juga masih ramai, plus adanya
kekhawatiran krisis di negara-negara emerging
market. Berdasarkan pengalaman, ini justru berarti bahwa Dow rawan untuk jatuh lagi sewaktu-waktu,
dimana ketika itu terjadi maka barulah beritanya
bakal ramai. Penulis kemudian menyampaikan soal kemungkinan penurunan Dow
ini, plus faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi pergerakan pasar secara umum,
pada buletin
analisis IHSG edisi Oktober, dimana intinya kita harus waspada/jangan
dulu belanja saham.
Ebook Analisis Kuartal III 2018
Dear investor, seperti biasa setiap kuartal alias tiga bulan sekali,
penulis membuat buku elektronik (ebook, format PDF) yang berisi kumpulan
analisis fundamental 30 saham pilihan, yang kali ini didasarkan
pada laporan keuangan para emiten untuk periode Kuartal III 2018.
Ebook ini diharapkan akan menjadi panduan bagi anda (dan juga bagi penulis
sendiri) untuk memilih saham yang bagus untuk trading jangka pendek, investasi
jangka menengah, dan panjang.
Petrosea.. Lagi!
Di ulasan minggu
lalu, kita sudah membahas kemungkinan peluang di saham-saham batubara, yang
rata-rata menjadi murah kembali setelah turun signifikan karena isu pembatasan
impor batubara oleh China, namun dibagian akhir artikel penulis menyebutkan
adanya sedikit masalah di sektor ini, yakni kinerja para emiten yang kurang
meyakinkan/laba mereka banyak yang turun, sehingga otomatis dividen mereka di
tahun 2019 nanti juga bakal turun. Sementara untuk emiten batubara yang
kinerjanya bagus, valuasi sahamnya masih relatif tinggi. Jadi pilih mana?
Peluang di Saham Batubara?
Minggu kemarin,
tepatnya pada hari Senin, 26 November, saham-saham batubara secara bersamaan
turun tajam hingga 3 – 4% dalam satu hari tersebut, dan penulis sendiri ketika
itu baru sadar bahwa sepanjang bulan November saham batubara cenderung turun
banyak, justru ketika saham-saham di sektor lain mulai naik. Penyebabnya? Ada
dua faktor: Penurunan harga batubara, yang menyusul penurunan harga minyak
sebelumnya, dan sentimen negatif pembatasan impor batubara oleh China, dimana
China memang salah satu konsumen batubara terbesar didunia, termasuk dari
Indonesia.
![]() |
Ilustrasi truk yang tengah mengangkut batubara di lokasi tambang |
Langganan:
Postingan (Atom)