Ketika penulis lulus
SMU, tahun 2003 lalu, ibu di rumah berpesan bahwa kalau bisa kamu masuk STPDN (yang
sekarang berubah menjadi IPDN, atau Institut Pemerintahan Dalam Negeri), atau
masuk STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara). Alasannya adalah, pertama, sekolah
disitu katanya gratis, dan itu sangat menarik mengingat orang tua penulis
ketika itu tidak cukup mampu untuk mengkuliahkan putra mereka ke universitas.
Dan kedua, lulusan IPDN dan STAN juga dikatakan dijamin akan memperoleh pekerjaan
sebagai abdi negara, alias PNS. Dan apa menariknya kalau kita jadi PNS? Well, dengan
menjadi PNS maka kita otomatis menerima jaminan
keamanan finansial, termasuk kita akan tetap menerima tunjangan dari
negara, bahkan ketika nanti kita sudah tidak bekerja lagi, alias pensiun.
'Patience Makes Difference' -Teguh Hidayat, artikel baru diposting setiap minggu.
Ebook Rekomendasi Saham edisi Desember, plus analisa window dressing dll sudah terbit! Dan anda bisa memperolehnya disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio saham untuk subscriber. Info telp/WA 0813-1482-2827 (Yanti).

Certified Trainer: Zomi Wijaya
Indonesia Value
Investing welcomes our new trainer and mentor, Zomi Wijaya! ‘Zomi is one of the
most brilliant individuals in Indonesian stock market. His in depth knowledge
and experience related to stock investing, especially value investing, will help
many people to achieve their investment goals.’ -Teguh Hidayat-
Perusahaan Gas Negara
Hingga hari ini, Selasa, 21 Agustus, Perusahaan Gas Negara (PGAS)
masih belum merilis laporan keuangan untuk Kuartal II 2018, namun kinerjanya di
Kuartal I terbilang kurang bagus dimana labanya kembali turun dari US$ 98
menjadi 81 juta, dan ROE-nya masih tertahan di level 9.9%. Jika pada tahun 2018
ini laba PGAS kembali turun dibanding 2017, maka genap lima tahun sudah laba
perusahaan turun terus, dan ini menjelaskan kenapa sahamnya, meski sempat gagah
di level 6,000-an pada tahun 2014 lalu, sampai sekarang masih belum bangkit
lagi.
Seminar Value Investing: Mempersiapkan Dana Pensiun, Jakarta, 1 Sept
Dear investor,
sesuai request, penulis (Teguh Hidayat) menyelenggarakan kelas investasi saham
dengan tema: ‘Value Investing: Preparing
the Pension’. Pada kelas kali ini kita akan berdiskusi lebih spesifik lagi
mengenai goal atau tujuan utama seorang investor, yakni untuk memiliki
aset yang cukup besar hingga dari aset tersebut bisa dihasilkan dividend
serta capital gain yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari, dan alhasil
kita tidak perlu bekerja lagi alias pensiun, atau menjadi full time investor
yang punya lebih banyak waktu untuk keluarga, atau untuk melakukan apapun yang
kita sukai. Berikut materi selengkapnya.
Ebook Investment Planning
Apa pekerjaan paling
penting dalam berinvestasi di saham? Yep, jawabannya adalah menyusun
perencanaan alias PLANNING, yang terdiri dari 1. Daftar saham pilihan yang akan
dibeli, termasuk informasi prospek perusahaannya 2. Harga beli terbaik untuk
saham-saham tersebut, dan 3. Strateginya baik itu untuk jangka pendek,
menengah, dan panjang.
![]() |
Daftar isi dari ebook edisi sebelumnya (Kuartal I 2018), lengkap beserta harga beli terbaik yang disarankan, rating/tingkat rekomendasi, strategi, dan tingkat risiko untuk tiap-tiap saham |
Donasi Gempa Lombok
Dear investor,
seperti yang kita ketahui, beberapa hari lalu Pulau Lombok diguncang gempa
hingga 7.0 skala richter, yang disusul gempa-gempa yang lebih kecil hingga
ratusan kali. Update terakhir menyebutkan bahwa korban jiwa mencapai 400
orang, sementara jumlah pengungsi juga mencapai 300 ribu orang. Mereka tentunya
membutuhkan uluran tangan kita semua, baik itu kecil maupun besar.
![]() |
Sumber ilustrasi: www.kitabisa.com |
Krisis Turki, dan IHSG
Dalam sebulan
terakhir, mata uang Negara Turki, Turkish
Lira (TL), terjun bebas dari ₺4.8 ke ₺7.0 per US Dollar, atau drop lebih
dari 30%, dan kejatuhan tersebut memperparah devaluasi TL yang sudah terjadi
dalam beberapa tahun terakhir, dimana pada tahun 2014 lalu, TL masih berada di
level ₺2.0 per USD. Atau dengan kata lain, mata uang Negara Turki telah kehilangan
lebih dari dua per tiga nilainya
hanya dalam empat tahun terakhir, dan ini otomatis menimbulkan pertanyaan: Apa
yang terjadi? Apakah Turki sedang krisis atau semacamnya? Dan khususnya apa
yang terjadi dalam sebulan terakhir hingga TL jatuh sangat cepat? Sebagai
perbandingan, meskipun Indonesian Rupiah (IDR) juga cenderung melemah terhadap US
Dollar, namun pada tahun 2014 lalu IDR berada di level Rp12,700, berbanding
hari ini sekitar Rp14,500 per USD, yang artinya penurunannya total hanya 12%
dalam empat tahun terakhir (tapi bahkan itupun sudah bikin kita khawatir, jadi
bagaimana dengan Turki ini?)
Krakatau Steel
Krakatau Steel
(KRAS) kembali melaporkan rugi US$ 16 juta di Kuartal II 2018, sehingga dari
sini saja sahamnya sudah tidak layak invest, terutama karena dalam lima tahun
terakhir, atau bahkan lebih lama lagi, KRAS
selalu merugi. Hanya memang valuasi sahamnya yang sudah sangat murah, yakni
PBV 0.3 kali, sementara perusahaannya sendiri punya segudang proyek
pengembangan yang, kalau nanti sudah beroperasi, diperkirakan akan meningkatkan
pendapatan KRAS secara signifikan, menyebabkan sahamnya mulai banyak dilirik
investor. Jadi mungkin pertanyaannya sekarang simpel saja: Apakah KRAS akan
menjadi The Next INDY? Atau justru malah menjadi The Next AISA??
Okay, kita langsung saja.
Langganan:
Postingan (Atom)