BHIT sebagai perusahaan holding

Meski saya sudah cukup sering mengulas tentang Bhakti Investama (BHIT) di blog sederhana ini, namun pertanyaan mengenai BHIT ternyata masih saja terus berdatangan. Salah satu pertanyaan besarnya adalah tentu soal apakah BHIT bisa naik pada bulan Juni ini? Karena setelah ditunggu-tunggu, BHIT tetap tidak banyak bergerak meski volume transaksinya tetap diatas 100 juta lembar per hari. Saat ini BHIT masih terjebak di posisi 146.

Pada akhir Mei lalu, saya sempat memperkirakan bahwa BHIT akan kembali setidaknya ke level 200-an pada tanggal 4 Juni kemarin, karena perkiraan saya menyebutkan bahwa setelah koreksi bulan Mei, IHSG akan menyentuh puncaknya pada tanggal 4 Juni. Hal ini saya beri tahukan kepada seorang teman yang membeli BHIT ini pada harga 200 melalui email. Saya bilang jangan putus asa dulu, tunggu hingga tanggal 4 Juni. Harapannya tentu, BHIT akan ikut naik mengikuti kenaikan IHSG.


Kenyataannya? IHSG memang terus naik sejak posisi terendahnya yaitu 2,514 pada 25 Mei lalu hingga menyentuh 2,823 sebagai posisi tertingginya pada 4 Juni, sebelum kemudian bergerak sideways hingga sekarang. Tapi bagaimana dengan BHIT? Ternyata harapan tinggal harapan. BHIT memang ikut naik setelah tanggal 25 Mei tersebut. Namun kenaikan tersebut hanya mampu bertahan hingga 31 Mei. BHIT hanya mampu mencapai posisi 175 sebagai posisi puncaknya, sebelum kemudian terus turun hingga sekarang.

Bagaimana dengan masa depan dan prospek BHIT, khususnya di bulan Juni ini?

Dulu saya pernah menyebutkan bahwa BHIT ini mirip dengan BUMI: disukai karena menjanjikan keuntungan yang tinggi dalam sekejap bagi anda yang berani berspekulasi, namun sekaligus dibenci karena bisa menjebak anda yang salah ambil posisi. Setelah saya pelajari sedikit, BHIT tidak mirip BUMI. BHIT justru lebih mirip dengan dua perusahaan holding mirip dua grup konglomerasi lainnya, Bakrie dan Lippo, yaitu Bakrie & Brothers (BNBR) dan Multipolar (MLPL).

Apa persamaan antara tiga emiten tersebut? Sama-sama dimiliki oleh grup konglomerasi, sama-sama difungsikan sebagai holding atau perusahaan induk bagi banyak anak perusahaan, harga sahamnya sama-sama bernilai rendah yaitu hanya 50 – 150 per saham, dan likuiditas perdagangannya sama-sama besar. BHIT adalah induk dari anak-anak usaha Grup Bhakti yaitu BMTR, MNCN, dan seterusnya. BNBR adalah induk dari BUMI, BTEL, dan seterusnya. MLPL adalah induk dari LPKR, MPPA, dan seterusnya.

Harga BHIT saat ini hanya Rp 146 per saham, BNBR 56, dan MLPL Rp 98 per saham. Volume perdagangan BHIT hari ini mencapai 117 juta, BNBR 97 juta, dan MLPL hanya 4 juta, namun diwaktu-waktu tertentu mencapai 300 juta. See? Cukup identik bukan?

Kabar buruknya, ketiga perusahaan ini sama-sama memiliki pergerakan saham yang tidak wajar. Anda mungkin ingat bahwa BHIT pernah menyentuh 1,020 pada maret lalu. Jauh sebelum itu pada Mei 2007, BHIT bahkan sempat menyentuh 1,550. Meski demikian, posisi sideways-nya jika sedang tidak ada kenaikan yang tiba-tiba seperti maret kemarin, adalah 100 – 300. Artinya, dalam kondisi yang wajar seperti sekarang (tidak ada koki yang menggoreng), BHIT memang masih punya peluang untuk setidaknya kembali ke 200-an, meski entah kapan.

BNBR dan MLPL juga sempat bernilai cukup tinggi dimasa lalu. BNBR pernah dihargai 950 per saham, sedangkan MLPL 505. Namun karena perusahaannya kosong (karena status mereka sebagai perusahaan holding, yang ada isinya ya anak-anak usahanya), nilai mereka terus turun hingga akhirnya bergerak sideways di posisi terendah. Pergerakan BNBR dan MLPL sejak setahun terakhir tidak pernah keluar dari rentang 50 – 100.

Bagaimana dengan BHIT? Sayangnya, BHIT juga merupakan perusahaan holding yang juga tidak ada isinya. Anak usaha BHIT yang paling gemuk adalah MNCN. (Kalau BNBR, anak usaha kesayangannya adalah BUMI. Sedangkan kalau MLPL, LPKR). Artinya? Nilai MNCN bisa terus naik dari waktu ke waktu selama kinerjanya tetap bagus seperti sekarang. Tapi BHIT? Kecuali jika digoreng seperti maret kemarin, maka jika BHIT bisa menyentuh 200 saja, itu sudah untung sekali. Posisi BHIT saat ini adalah wajar mengingat statusnya sebagai perusahaan holding yang kosong.

Tapi kan katanya BHIT kemarin dapat KP batubara dan ladang minyak? Berarti BHIT memang ada isinya dong? Jadi begini: KP tersebut bukan milik BHIT langsung. Mr. Harry kemarin mendirikan PT Bhakti Coal Resources. Delapan KP batubara yang diperoleh kemarin menjadi milik perusahaan baru ini, bukan milik BHIT secara langsung, sehingga BHIT menjadi tetap kosong. Nantipun kalau ladang minyak itu benar-benar jadi berproduksi, maka Mr. Harry juga akan mendirikan perusahaan baru, mungkin PT Bhakti Oil Resources atau apalah. Sehingga sekali lagi, BHIT tetap kosong.

Mengapa BHIT tetap di-status-kan sebagai perusahaan holding? Ya itu karena keberadaan BHIT tetap diperlukan dalam kondisi demikian sebagai pengawas bagi buanyak sekali anak-anak perusahaan di Grup Bhakti. Seperti juragan angkot, bakal repot kan kalau dia ikutan nyetir untuk nyari penumpang? Lebih baik dia diam saja di rumah, tidak mengerjakan apa-apa kecuali mengawasi dan menunggu setoran dari para supir-supirnya (anak-anak usahanya). Sebagian besar dari setoran tersebut tentunya akan kembali lagi ke para anak buahnya tersebut, namun dia akan mendapat sedikit bagian sebagai pemilik armada, yang biasanya akan digunakan untuk membeli mobil angkot baru (ekspansi usaha). Saya pernah membahas ini di kaskus.

Kesimpulannya? Kedepannya, harga BHIT akan tetap dalam kondisi sekarang dan tidak akan bergerak kemana-mana, kecuali jika digoreng. Dan saya yakin anda sudah mempertimbangkan hal itu sebelum memutuskan untuk masuk ke BHIT ini. Kalau anda tetap ingin berinvestasi di Grup Bhakti ini, maka pilihlah anak usaha BHIT yang memang punya kinerja bagus, dan pergerakan sahamnya wajar.

Komentar

Felicia mengatakan…
Pak Teguh bagaimana dengan ASII itu juga semacam holding company spt ketiga saham di atas ya?
Teguh Hidayat mengatakan…
ASII memang menjadi holding buat UNTR, AALI, dan seterusnya. Namun ASII nggak kosong karena satu sektor yg terbesar tetap dipegang langsung olehnya, yaitu sektor otomotif.
G.Kesuma mengatakan…
Hati hati BHIT udah mulai bocor ga halus lagi, Mr.Tanoe mo nguber ambruknya MLPL, bentar lagi BNBR jadi saham gocap yg ga laku.
Investor retail kalau ga mau rugi jangan sentuh 3 saham jahanam ini !
edo mengatakan…
mas teguh, pengaruh kisruh sisminbakum thdp bhit apa ya? kok kayanya diterpa bad news terus2annya ya..

lalu bagaimana dengan rencana pembayaran hutang dengan konversi saham di akhir juli? apakah hary tanoe akan menjaga harga bhit atau malah dibanting?

harga bhit per 9 juli 105.., apakah layak dikoleksi?
thx before

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?