Tips Menghadapi Koreksi IHSG

Tadinya untuk minggu ini penulis berniat untuk membahas tema yang lain. Namun berhubung pada Senin, tanggal 19 Agustus 2013 ini IHSG anjlok sampai 5.6% dalam sehari, maka tentunya tidak ada yang lebih menarik untuk dibahas selain IHSG itu sendiri. You know, IHSG kadang naik, kadang turun, setiap hari. Tapi jika turun sampai diatas lima koma sekian persen? Well, itu tidak terjadi setiap hari.

Dalam kondisi seperti ini, meski sulit untuk mengatakannya, namun adalah wajar jika anda nyangkut, karena memang, hari ini semua orang pun nyangkut. Kalau bagi penulis pribadi, terakhir mengalami kejadian seperti hari ini adalah persis dua tahun lalu, ketika IHSG dilanda Agustus – September 2011 mini-crash. Jika pada hari ini IHSG jebol sampai lima persen lebih, maka ketika itu IHSG jatuh dengan angka cantik, yakni 8.88%. Bagi anda yang berpengalaman di tahun 2008, maka anda pasti sudah pernah mengalami hari yang lebih buruk lagi dari hari ini, yakni hari ketika saham-saham bluchip pada AR kiri semua..

Nah, bagi anda para pelaku pasar yang masih newbie, maka mungkin hari ini seperti kiamat. But for those who has experience, maka ini bukan akhir dari segalanya. Ketika Barcelona keok tujuh gol tanpa balas melawan Bayern Munchen di Liga Champions, maka bukan berarti klub sepakbola asal Spanyol tersebut kemudian langsung dibubarkan, melainkan tetap jalan terus.

Hanya bedanya, jika Barcelona juga sudah biasa menang 7 – 0 atau bahkan lebih dalam satu kali pertandingan (seperti semalam melawan Levante), maka sepanjang pengetahuan penulis, IHSG belum pernah mencetak skor (baca: naik) hingga lebih dari 5% dalam sehari (atau mungkin pernah, tapi sangat jarang).

Namun ketika gilirannya kebobolan (baca: turun), maka ini bukan pertama kalinya IHSG jeblok sampai lebih dari 5% dalam sehari. Malah, pada tahun 2008 lalu IHSG pernah turun 20% sekaligus hanya dalam tiga hari berturut-turut! Dan kemungkinan pada tahun 1998 IHSG pernah turun lebih gila lagi dari itu.

Sementara dalam jangka menengah atau panjang pun, penurunan IHSG selalu lebih cepat dari kenaikannya. Kalau anda ingat-ingat lagi, IHSG perlu waktu lima bulan untuk naik dari 4,300-an pada awal tahun lalu hingga menyentuh puncaknya di 5,200 pada akhir Mei. Sementara ketika gilirannya turun, ternyata IHSG hanya perlu waktu dua setengah bulan saja untuk balik lagi ke 4,300-an. Sedangkan di tahun 2008 lalu, IHSG hanya perlu waktu sembilan bulan untuk menjatuhkan diri dari posisi 2,800-an ke posisi 1,100-an, setelah sebelumnya membutuhkan waktu dua tahun lebih untuk bergerak sebaliknya (naik dari 1,100-an ke 2,800-an).

Dan jika kita ingat lagi kata-kata Warren Buffett, yaitu, ‘Butuh waktu 20 tahun untuk membangun reputasi, namun hanya butuh waktu 5 menit untuk mengacaukannya,’ maka mungkin memang seperti itulah pasar modal, dari dulu sudah begitu. Buffett kemungkinan mengatakan kalimat tersebut berdasarkan pengalamannya ketika ia dengan susah payah mengumpulkan cuan dan menumbuhkan portofolionya dalam waktu yang lama, namun semua cuan tersebut menguap dalam sekejap atau bahkan berbalik menjadi kerugian, ketika bursa saham anjlok.

Terjadi setiap tahun, dan selalu makan korban

So, like it or not, that’s how the stock market works, so you have to get used to it. But how?

Jika Warren Buffett atau Lo Kheng Hong yang ditanya pertanyaan seperti itu, maka anda pasti sudah hafal jawabannya: ‘Saya tidak pernah memprediksi kapan market akan bearish, karena saya tidak bisa melakukannya, dan tidak akan pernah bisa. Jadi ketika market terkoreksi, saya akan berbelanja saham lebih banyak lagi. Itu saja’.

Sekedar informasi, jika Buffett pernah kehilangan lebih dari separuh kekayaannya ketika pasar saham Amerika mengalami crash di tahun 1974, maka LKH juga pernah menderita loss sampai 90% di tahun 1998. Tapi apa kemudian mereka cut loss? Ternyata tidak, melainkan hold aja terus, malah jika ada dana mereka akan belanja lagi. Ketika pasar saham mengalami koreksi besar pada tahun 1970-an, Buffett melalui Berkshire Hathaway-nya justru menerbitkan notes (utang) dengan bunga 8% dimana dananya dipakai buat belanja saham. Warren Buffett sebenarnya tipikal investor yang anti pakai utang/margin buat beli saham, tapi ketika itu ia mungkin cukup yakin bahwa penerbitan notes itu diperlukan karena ada banyak saham yang lagi diobral, dengan potensi upside lebih dari 8% per tahun. Yup, dari kacamata investor, periode koreksi pada market bukanlah bencana, melainkan justru merupakan kesempatan untuk belanja saham lebih banyak lagi, tak peduli meski mereka sedang dalam posisi nyangkut sekalipun.

Tapi sayangnya, cara yang sama tidak selalu bisa dilakukan oleh investor/trader kebanyakan, karena memangnya siapa yang bisa tahan melihat portofolio membara tanpa kejelasan kapan bakal balik modal? Jadi kita butuh saran yang berbeda disini.  Dan kalau berdasarkan pengalaman penulis, maka inilah tahapan yang bisa kita lakukan.

Pertama, jika IHSG sudah dalam periode bullish, ditanda dengan rata-rata PER-nya yang sudah tinggi yakni 19 atau bahkan 20 kali (angkanya bisa dilihat di IDX.co.id, di bagian statistik. Jika anda bingung liatnya dimana, boleh bertanya pada broker anda, seharusnya mereka tau), maka anda harus mulai mengurangi portofolio anda di saham, alias melepas beberapa pegangan saham untuk tujuan mengumpulkan cash.

Namun ingat bahwa meski ini kelihatannya gampang untuk dilakukan, tapi pada prakteknya sama sekali tidak mudah. Seringkali ketika market sebenarnya sudah bullish, tapi IHSG terus saja breaking new high, dan itu pasti akan terus menggoda anda untuk masuk lagi. Jadi dalam hal ini anda harus sabar.

Kedua, jika IHSG mulai mengalami penurunan signifikan, yakni turun lebih besar dari 2% dalam sehari, atau turun lebih dari 5% dalam tiga hari berturut-turut, maka biasanya itulah tanda bahwa periode bullish akan segera berakhir, dan akan diganti oleh periode bearish. Pada saat inilah sebaiknya anda segera cuci gudang, sebelum IHSG benar-benar anjlok.

Ketiga, ingat bahwa seperti periode bullish tidak terjadi dalam sehari kemudian selesai, maka demikian pula dengan periode bearish. Sepanjang pengamatan penulis, setiap kali IHSG memasuki masa terkoreksi yang signifikan, dalam hal ini turun 20% atau lebih, maka IHSG tidak akan turun sebanyak 20% itu hanya dalam sehari (tentu saja!) melainkan akan butuh waktu minimal sebulan. Penulis katakan minimal, karena dalam waktu-waktu tertentu, contohnya seperti sekarang ini, periode market bearish terjadi dalam waktu yang agak lama, yakni dua, tiga, hingga empat bulan. Pada tahun 2008, periode bear market tersebut bahkan terjadi selama sembilan bulan penuh.

Jadi dalam hal ini ketika anda melakukan sukses cuci gudang sebelum IHSG benar-benar jatuh, maka selanjutnya jangan langsung masuk lagi ketika akhirnya kejatuhan IHSG tersebut terjadi, melainkan tunggu dulu sampai periode bearish-nya reda, minimal sebulan, atau mungkin lebih. Ketika itulah maka anda harus bisa bersabar lagi.

Kemudian, apa tandanya bahwa periode bearish sudah berakhir, dan kita sudah boleh belanja? Bisa macam-macam, tapi yang paling sederhana adalah jika IHSG minimal sudah turun 20% dari puncaknya, dan sudah ada rebound (IHSG berbalik naik) yang signifikan, maka barulah anda bisa menyicil untuk belanja lagi (posisi IHSG pada penutupan hari ini, jika dihitung dari puncaknya yakni 5,251, baru terkoreksi 17.9%). Ketika itu biasanya rata-rata PER saham-saham di BEI sudah di kisaran wajarnya, yakni 12 - 14 kali. Saham-saham yang bisa diincar pertama kali adalah saham-saham bluchip karena mereka biasanya sangat responsif terhadap kenaikan IHSG, jika IHSG memasuki fase bullish kembali.

Namun tips diatas hanya berlaku jika yang terjadi adalah koreksi musiman biasa tanpa penyebab yang bersifat fundamental. Sementara dalam kasus khusus seperti tahun 1998 dan 2008, maka koreksi tersebut bisa mencapai 50%, atau bahkan lebih, yang bisanya ditandai oleh perubahan yang dramatis pada perekonomian, entah itu perekonomian dalam negeri maupun global. Penulis katakan ‘dramatis’, karena pada tahun 1998 dan 2008 sama-sama diwarnai oleh cerita-cerita kebangkrutan perusahaan, bank rush, PHK massal, dan semacamnya. Sedangkan ketika terjadi koreksi musiman biasa, maka cerita yang beredar di media biasanya hanya bad news biasa yang cenderung dibesar-besarkan.

Nah, untuk koreksi tahun 2013 ini, kalau dari kacamata penulis sendiri (eh, tapi saya gak pake kacamata ding), kejadiannya nggak akan sampai seperti tahun 2008, karena sejauh ini aktivitas bisnis orang-orang masih berjalan dengan lancar, dan sepertinya belum ada seorangpun yang dengan panik menyerbu Bank BCA untuk mencairkan depositonya. Koreksi kali ini lebih mirip koreksi tahun 2011, dimana penyebabnya cukup jelas yaitu kinerja para emiten yang rata-rata tidak terlalu bagus pada Semester I 2013 ini, pertumbuhan ekonomi kita melambat menjadi tinggal 5.81%, dan Rupiah juga melemah menjadi sekitar Rp10,450 per US Dollar, sebagai imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi tersebut.

Jadi target pelemahan IHSG-nya adalah hingga 20% dari puncaknya, mungkin tidak akan sama persis, tapi juga tidak akan terlalu jauh. Untuk turun lebih dalam dari itu, katakanlah hingga 30% atau bahkan 40% dari puncaknya, maka diperlukan sentimen yang lebih dramatis lagi, misalnya jika Rupiah down hingga Rp12,300 seperti tahun 2008 lalu, dan ada sebuah perusahaan besar yang bangkrut (KARK itu bukan perusahaan besar). Tapi untuk sementara ini penulis kira kecil kemungkinannya itu akan terjadi, karena pertumbuhan ekonomi kita hanya melambat, bukan mandek apalagi sampai krisis.

Sementara pada koreksi tahun 2011 lalu, penyebabnya adalah krisis Eropa (Yunani, masih ingat?) plus debt ceiling Amerika, alias mirip-mirip dengan krisis global tahun 2008 hanya saja dengan skala yang lebih kecil. Ketika itupun IHSG terkoreksi sekitar 20%. Pada saat ini perekonomian global tampak mulai pulih, ditandai dengan kemungkinan dikuranginya kebijakan quantitative easing oleh Federal Reserve, namun sebagai gantinya, Indonesia akhirnya menyusul India dan Tiongkok sebagai negara mencatat perlambatan pertumbuhan ekonomi, terutama karena menurunnya harga-harga komoditas, dan hal itulah yang kemudian dijadikan justifikasi oleh Mr. Market untuk memasuki periode bearish kembali.

Okay, I think that’s enough. Terakhir, seperti yang sudah penulis katakan sebelumnya, meski tips-tips diatas tampak sederhana dan mudah untuk dilakukan, namun pada prakteknya tidak pernah sesederhana dan semudah itu, termasuk penulis sendiri nyatanya tetep aja kena nyangkut juga. Tapi mungkin satu poin lainnya yang juga penting adalah, jika anda sudah pernah mengalami kondisi koreksi seperti ini sebelumnya, maka seharusnya pada periode bear market kali ini anda akan lebih tenang dan tidak mudah panik dalam menata ulang portofolio anda, dimana seringkali justru ketenangan itulah yang lebih diperlukan dalam kondisi bear market seperti sekarang. Just remember, bahwa sama seperti halnya IHSG tidak akan selalu bullish terus, maka bearish market-pun pada waktunya nanti akan berakhir juga, dan berganti menjadi bullish kembali.

Jadi istilahnya, untuk saat ini yang penting asal anda tetap mampu ‘bertahan hidup’ saja dulu. Karena ingat pula, whatever doesn’t kill you, it will try to kill you again (oops sorry, this is the correct one: it will make you stronger!). Good luck!

Catatan: Khusus untuk artikel kali ini, penulis mengajak anda para investor, untuk berbagi pengalaman serta tips-tips tentang bagaimana cara anda dalam menghadapi bear market seperti sekarang ini, plus (jika ada) analisa anda tentang bagaimana kira-kira IHSG kedepannya. Dan mudah-mudahan itu bisa membantu memberikan pencerahan bagi teman-teman investor yang lain. Caranya cukup dengan langsung menulisnya pada kolom komentar dibawah artikel ini, jangan lupa cantumkan nama nickname anda dibawahnya. Okay, thanks for contributing :)

Instagram

Komentar

Warren Buffet Junior mengatakan…
saya heran ama master2 kita.. Buffet ama LKH koq lbh suka rugi 50-90%, ngotot mau hold sahamnya. Kalau diliat2, begitu -5% cepat keluar aja, lalu puasa beli saham selama sebulan buat tenangin diri. jd pas IHSG uda terobral habis, punya byk sekali uang cash buat belanja lg. tp menentukan bottom memang susah sih.. hehehe..
Anonim mengatakan…
Disalah satu blog ttg saham ada kata2 bijak yg bunyinya sbb.: Bursa adalah milik investor, trader dan spekulan hanya di pinjamkan 'panggung' untuk berakrobatik saja.Ada juga kata2 nya LKH, trader hanya melihat pergerakan 'ekor sapi' yg naik turun, tapi tidak tahu akan tentang ksehatan sapinya sendiri. Kebetulan sy mengalami masa 1998 beli ASSI di rp 225, tahun 2008 beli ASSI di 10,500. Bagaimanapun pergerakan turun naik ekor sapi tsb. selama kita tahu akan aspek fundamental nya kita harus tetap Hold aja, mau setahun ataupun lebih. Inilah kelebihan saham dibanding investasi di Forex yang dibatasi waktu tertentu. Investasi saham (asal saham2 bagus) mau 1 tahun atau 5 tahun tidak ada2. Loss terjadi kalu kita panik dan langsung merealisasikan loss tsb. Take it easy.
Unknown mengatakan…
Pada dasarnya saya setuju dengan pandangan bung Teguh, kesabaran dan kejelian melihat peluang dan berpegang teguh pada faktor fundamental merupakan fondasi terbaik bagi setiap investor. Karena itu pula Petuah bijak “Be Fearful When Others Are Greedy and Greedy When Others Are Fearful” menjadi pedoman pegangan saya, namun bukanlah hal yang mudah baik secara mental maupun kejelian dalam menyikapi kapan waktu yang tepat untuk cash in atau cash out, karena momentum itu kembali pada hal-hal diluar kemampuan kita sebagai manusia, bahwa penurunan besar yang berkesinambungan bukan berarti setelah mengalami penurunan 20% atau lebih adalah saat yang tepat untuk membeli, dan benar seperti yang diutarakan bung di atas...tergantung kondisi fundamental , tergantung kondisi ekonomi makro dsb. Dan dalam hal ini , pandangan kita berbeda, bahwa saya melihat ekonomi Amerika tidak lebih baik dibandingkan 2008 bahkan menurut hemat saya jauh lebih mengerikan, Tuan Ben sudah mengeluarkan wacana taper on - taper off sejak lama dan bila kita mengorek sedikit landasan QE yang dipatok dengan tingkat pengangguran, bahwa benar memang melalui stimulus yang digelontorkan lapangan kerja meningkat dan obamacare menjadi ujung tombak dalam penyerapan. Namun pertanyaannya , pekerjaan seperti apa ? siapa tenaga kerja yang dimaksud ? bagaimana perhitungannya ? dan lain sebagainya. Secara singkat , menurut data US department of Labor, unemployment dapat ditekan ke level 7.4% namun harap dicatat 77% dari 900k lebih pekerjaan adalah "PART TIME" lower pay..inikah yang diinginkan ? inikah yang sustain dan dapat diandalkan ? Cukupkah mengerek produktivitas ? belum lagi pertanyaan-pertanyaan seperti data inflasi yang banyak mengundang pertentangan oleh main street , yang merasa beban hidup lebih berat , malinvestment , penggelembungan aset , bond rate yang terus meningkat seturut hilangnya kepercayaan etc etc. Well, secara umum saya tidak melihat perbaikan di perekonomian Amerika dan global. Yang mereka hadirkan (US , Japan dkk) dengan stimulus mereka adalah menciptakan chaos di seluruh belahan dunia , emerging market terutama. Belum ditambah panasnya geopolitik timur tengah yang tak kunjung habis bahkan makin membara setiap hari. Saya takut kita akan mengalami hal yang jauh lebih buruk dari yang kita perkirakan, harapan saya hanya satu....semoga saya salah.
Anonim mengatakan…
Thx bpk teguh atas info nya yg bermanfaat. Saya juga termasuk yang nyangkut di saham yang sudah saya akumulasi beberapa bulan ini,tetapi memang kita tidak akan pernah bisa menebak kapan bear market akan datang dan berakhir,yang bisa kita lakukan hanya melakukan valuasi terhadap perusahaan yang kita minati dan menarik pelatuk selagi saham tersebut berada di harga yg murah dan duduk diam and do nothing(ini salah satu yang sulit untuk dilakukan really do nothing).even warren buffett juga sering membeli saham yang kelihatan sudah murah tetapi malah turun lagi. Jadi menurut saya jangan menjadi "terlalu pintar" menebak mr.market yang sering membuat kita salah mengambil keputusan. Bahkan berita di berbagai surat kabar yang menurut saya hanya sebagai "berita" saja sering tidak menguntungkan kita sebagai investor individu dan menggiring kita kearah persepsi yang salah. Semoga bermanfaat :)
Anonim mengatakan…
Menurut saya ini hanya sementara, dikarenakan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar US dan besarnya defisit neraca ekspor impor indonesia. disertai sentimen global yg buruk (krisis mesir dan perlambatan ekonomi china). untuk pemilihan perusahaan saya lebih cenderung memilih bisnis yang orientasi pasarnya domestik, dan hutang yang sedikit dalam US dollar karena tidak dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar yang dapat membuat risiko pembayaran hutang perusahaan meningkat. saya juga cenderung memilih korporasi yang konsumennya sesama korporasi.
Anonim mengatakan…
Don"t panic ,jangan terlalu opitimis dan dunia tidak akan kiamat wlpn ihsg jatuh 8,88% dalam sehari.. evaluasi kembali terhadap portofolio masing2..saham turun tidak berarti perusahaan berhenti operasi. dari pengalaman sy, saham cocok untuk investasi diatas 3 thn keatas. saatnya nyicil beli...
Anonim mengatakan…
terima kasih P Teguh, tulisannya mencerahkan sekali :)
menurut saya kondisi sekarang mirip dengan th 2011 cuman waktu itu kondisi ekonomi dalam negeri lebih bagus dari sekarang, perasaan saya bottomnya periode bearish ini minimal sama dengan th 2011 (bisa lebih dalam) dan recovery (bullish) nya sepertinya lebih lambat. berharap ada momentum positif di 2014 pasca pemilu legislatif & presiden. setuju kalo periode bearish kesempatan untuk belanja saham2 emiten bagus di harga murah.tksss
Stefanus mengatakan…
Tutup laptop karena ga ada uang lg
Unknown mengatakan…
Basic saya TA dgn fokus Elliott Wave Analysis (EWA), skrg belajar jg fundamental.
Dalam analisa Elliott Wave yang merupakan analisa perilaku pelaku pasar, naik dan turun harga itu hal biasa. Disitulah daya tarik keuntungan (profit) menjadi ada.

Secara TA, ada kemungkinan IHSG naik atau rebound ke area 4.370-an sebagai area wave d dari pola koreksi. lihat chart di link berikut ini.
http://tinypic.com/view.php?pic=2hi2skx&s=5

Selesai rebound di area tersebut IHSG bisa turun kembali menyelesaikan wave e sebagai akhir siklus koreksi tersebut. Perkiraan wave e ini ada di area 3.661 - 3.170. sebagaimana chart TF monthly di link berikut ini.
http://tinypic.com/view.php?pic=2vwieso&s=5

Kedua grafik tersebut hanyalah sebuah analisa.
Bagi saya dan teman-teman trader, analisa hanyalah sebuah panduan atau semacam root map. Sedangkan eksekusinya berdasarkan kenyataan.

Kenyataan yang dimaksud adalah ketika harga sudah berada di area pembalikan tersebut dan memperlihatkan candle yang bagus (konfirm pembalikan) disertai volume yang kuat.

Ketika kenyataan (Fakta) tersebut sudah ditemukan barulah masuk market.
Demikian sekedar sharing, semoga bermanfaat.

SahamTerbang
Riobajaitem mengatakan…
Terima kasih, Mas Teguh. Tulisannya bagus sekali.
Memang sangat sulit sekali bisa bertahan hold saham dalam kondisi market bearish seperti ini. Terus terang saya sampai saat ini tidak bisa, dan mungkin tidak akan pernah bisa.
Biasanya dalam memilih saham (stock picking), saya berpatokan pada sisi fundamentalnya, sedangkan untuk pemilihan waktu pembeliannya (termasuk menentukan akan hold atau akan lepas) pakai metode analisa teknikal sederhana yaitu garis moving average.
Dan tambahan lagi, kita invest di saham, bukan di indeks IHSG. Jadi terserah IHSG mau kemana, yang perlu dilihat ya pergerakan grafik saham yg kita pegang.
Anonim mengatakan…
Investor sejati tidak akan pernah (atau kalau pernah itu jarang sekali) membuka rahasianya. Estimasi mereka tentang masa depan adalah harta mereka yg paling berharga. Seperti resep masakan bagi seorang koki. Jangan harap mereka mau berbagi rahasia. Jadi kalau Buffett atau LKH ditanya mungkin mereka cuma angkat bahu sambil memutar2 bola matanya.

Jadi kalau ada seorang "investor" mau berbagi rahasia mereka, perlu diteliti apakah dia benar2 true investor, atau dia trader, atau dia cuma seorang komentator. Pasti semua investor yg membaca komen saya ini mengangguk2 setuju.

Seorang baru bisa dibilang investor apabila dia bisa mengembangkan portofolionya secara konstan dengan tingkat kenaikan jauh di atas Obligasi Negara dengan jangka waktu minimal 10 tahun atau bahkan lebih. Saat itu kekayaannya pasti sudah puluhan atau ratusan miliar (minimal).

Apakah anda termasuk dalam true investor? Jujur saja saya juga cuma seorang komentator.
Anonim mengatakan…
Mereka pegang ya kota baru ga gampang buat keluar...klo retail sih gampang
Anonim mengatakan…
@Warren Buffet Junior:

masalahnya kalau sedang loss tidak ada yang pernah bisa prediksi kan meluncur nya seberapa jauh atau dekat.. begitu pula dengan profit.. kalau bisa diketahui tentu metode anda sangat ideal.
Handaru mengatakan…
Kalau saya sering tercampur aduk antara strategi trading sama investing...jadi pusing sendiri..sekarang abis beli buku bung teguh hidayat mau belajar fokus value investing..semoga bisa...😆
Unknown mengatakan…
Masih newbie banget aku.. makasih bung teguh🙏

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Terbit 8 November

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia