Prospek Astra Otoparts, setelah Stocksplit

Dalam banyak kesempatan, penulis selalu mengatakan bahwa kinerja Astra Otoparts (AUTO), perusahaan spare part kendaraan bermotor terbesar di Indonesia, sangatlah bagus. Dan pada periode terakhirnya yaitu FY10, kinerja AUTO juga masih bagus. Sayangnya, saham AUTO di market nggak likuid sehingga nggak terlalu bagus juga kalo buat koleksi long term. Namun kemarin, AUTO dikabarkan akan menggelar stocksplit dengan rasio 1:3. Nah, apakah ini akan membuat saham AUTO menjadi lebih ‘cair’ sehingga bisa kita ambil? Mari kita cek.

Secara fundamental, AUTO gak cuma bagus, namun kinerjanya dari tahun ke tahun juga senantiasa meningkat secara konsisten tanpa sekalipun mengalami penurunan, setidaknya dalam lima tahun terakhir (sejak 2006). Pada 2006, AUTO mencatat laba bersih 282 milyar, yang naik menjadi 455 milyar pada 2007. Tahun 2008, krisis global melanda seluruh dunia termasuk Indonesia. Namun itu tak membuat AUTO mengalami penurunan kinerja, terlihat dari laba bersihnya yang tetap saja naik menjadi 566 milyar. Pada 2009 dan terakhir 2010, laba bersih tersebut sekali lagi naik menjadi 768 dan 1,141 milyar. Melihat trend-nya, maka kalau tidak ada aral melintang, tahun 2011 ini AUTO mungkin akan mencatat laba bersih 1.5 trilyun. Prospectively!


Terus bagaimana dengan aset bersih atau book value-nya (modal)? Sama saja: senantiasa meningkat dari tahun ke tahun secara organik (karena peningkatan saldo labanya). Yup, sejak listing di BEI pada tahun 1998, AUTO belum pernah menggelar right issue. Namun itu tidak mencegah modalnya untuk terus naik secara konsisten. Pada 2006, modal AUTO tercatat 1.9 trilyun. Dan pada akhir 2010 lalu, modal tersebut sudah menjadi 3.9 trilyun. Jika data book value ini yang dijadikan patokan dalam memprediksi bagaimana kira-kira pergerakan saham AUTO dalam jangka panjang, maka targetnya adalah, AUTO bisa naik minimal dua kali lipat dalam tiga hingga lima tahun ke depan, dengan resiko yang relatif kecil (even the global crysis could not make AUTO stopped!).

Sayangnya, seretnya likuiditas AUTO di market mungkin akan menjadi penghambat dari target tersebut. Jumlah saham AUTO yang tercatat di BEI adalah 771 juta lembar. Dari jumlah tersebut, 738 juta lembar atau 96% diantaranya dipegang oleh Astra International (ASII), sehingga investor publik cuma kebagian 33 juta lembar atau 4%. Setelah stocksplit nanti, saham AUTO yang dipegang publik memang akan menjadi 100 juta lembar. But still, jumlah itu masih nggak cukup. Ketika artikel ini ditulis, rata-rata volume transaksi AUTO dalam 3 bulan terakhir adalah 77 ribu lembar per hari. Kalau angka tersebut dikali 3 (rasio stocksplit-nya kan 1:3), maka hasilnya 231 ribu lembar. Untuk ukuran saham dengan harga diatas Rp10,000 per lembar, likuiditas minimum yang diperlukan AUTO agar pergerakannya wajar adalah 250 ribu lembar per hari (angka 250 ribu tersebut hanya menurut penulis ya, pendapat pengamat lain mungkin akan berbeda). Dan mengingat pasca stocksplit nanti harga AUTO menjadi sekitar 5,000, maka likuiditas minimumnya menjadi sekitar 400 - 500 ribu lembar per hari. Jadi kalo menurut penulis, rasio stocksplitnya memang agak nanggung. Kenapa gak 1:5 aja sekalian? Seperti kemarin CPIN dan LSIP. Kalau rasio stocksplit-nya 1:5, target likuiditas 500 ribu lembar per hari tadi sangat mungkin bisa tercapai.

Kabar baiknya, fundamental AUTO cukup baik untuk membuat para investor maupun trader akan merespon secara positif stocksplit tersebut. Jadi terdapat peluang kalau likuiditas AUTO di market akan lebih besar dari 231 ribu lembar per hari, mungkin 300 ribu deh. Memang belum nyampe 500 ribu lembar, tapi lumayan lah. Selain itu, rasio stocksplit-nya belum tentu berada di level 1:3, karena RUPS yang membicarakan stocskplit tersebut juga belum digelar (digelarnya nanti 27 April). Kalau lobi investor publik di RUPS tersebut cukup kuat, bisa jadi stocksplit-nya akan berada pada level 1:5. Well, kita lihat saja nanti.

Kalau anda tertarik sama AUTO ini, maka jangan ngambil terlalu banyak, apalagi jika tujuannya buat long term (karena AUTO ini memang bagusnya buat long term). Idealnya 10 – 20 lot saja, bahkan meskipun anda memiliki portofolio yang bernilai milyaran. Kenapa? Karena anda harus sisakan saham AUTO untuk dipegang sama para trader, yang akan memperjual belikannya secara aktif di market. Sebuah saham kan harganya cuma bisa naik (dan juga turun) kalau ada transaksi yang memperjual belikannya. Begitu juga dengan AUTO.

Terus masuknya di harga berapa? Ketika artikel ini ditulis, AUTO berada di posisi 15,950, yang mencetak PER 10.8 kali, dan PBV 3.2 kali. Masih wajar, meski mungkin gak bisa dibilang murah juga. Soalnya meskipun PER AUTO yang 10.8 kali tersebut tampak murah untuk ukuran perusahaan dengan ROE hampir 30% (tepatnya 29.6%), namun di BEI, AUTO ini gak ada pembandingnya (yang sama-sama perusahaan onderdil). AUTO kurang tepat kalau dibandingkan dengan GJTL misalnya, hanya karena kedua perusahaan sama-sama memproduksi komponen otomotif. Sebab GJTL hanya membuat ban dan barang-barang lainnya yang berbahan dasar karet, sementara AUTO memproduksi aki, AC mobil, knalpot, sokbreker, dan seterusnya. Jadi PER AUTO yang 10.8 kali tadi terbilang relatif, bisa agak mahal, bisa juga murah. Kebetulan kalau secara teknikal sih, AUTO mungkin akan sedikit turun dalam satu dua hari ini. Bagi anda yang belum masuk dan memang berminat, boleh siap-siap. Meski kecenderungannya bakal turun, namun kalau untuk saat ini AUTO kecil kemungkinannya untuk turun lebih rendah dari 14,500.

Kalau melihat prospeknya pasca stocksplit nanti, sepertinya gak jadi masalah kalaupun ada pendapat yang mengatakan bahwa harga 15,950 tadi agak mahal. Jadi dalam setahun ke depan, dengan asumsi target laba bersih 1.5 trilyun pada akhir 2011 tadi berjalan lancar, dan likuiditasnya mencapai minimal 300 ribu lembar saham per hari, maka AUTO mungkin akan menembus 20,000, atau 6,500, kalau stocksplit-nya jadi dilakukan pada rasio 1:3.

Yang penting kalau anda mau masuk, ataupun average up, sebaiknya lakukan ketika IHSG lagi terkoreksi. Seperti saham anggota Grup Astra lainnya, AUTO juga sangat sensitif terhadap pergerakan IHSG. Dan karena likuiditasnya pasca stocksplit sebenarnya masih belum berada diatas batas minimum, maka penulis tetap nggak terlalu merekomendasikan AUTO ini.

Astra Otoparts (AUTO)

Rating kinerja pada FY10: AAA

Rating saham pada 15,950: A

Update: Kenapa penulis mengatakan bahwa diperlukan transaksi minimal 250 ribu lembar saham per hari, agar sebuah saham dengan harga diatas Rp10,000 pergerakannya wajar? Perhitungan simpelnya begini: Nilai transaksi jual beli saham secara harian di BEI adalah Rp4 trilyun (sebenarnya 3 trilyun koma sekian sih, tapi kita buletin aja biar gampang). Dan di BEI terdapat sekitar 400 perusahaan/saham. Dengan demikian kalu kita pukul rata, rata-rata nilai transaksi per saham adalah Rp10 milyar per hari. Kalau nilai transaksi sebuah saham dalam sehari kurang dari Rp10 milyar, maka secara kasarnya kita bisa mengatakan bahwa saham tersebut nggak likuid. Dan untuk mencapai nilai transaksi Rp10 milyar tersebut, maka untuk saham yang harga per lembarnya Rp10,000 - 20,000, volume transaksi yang diperlukan adalah 500 ribu - 1 juta lembar per hari.

Nah, kita tentu tahu bahwa dari nilai total transaksi senilai 4 trilyun tadi, sebagian besar atau sekitar 60 - 75% hanya berkutat di saham-saham bluchip dan anggota LQ45 saja, yang jumlahnya kurang dari 100 saham. Sisanya baru mampir ke saham-saham second liner, third liner, dan seterusnya. Jadi terdapat toleransi likuiditas bagi saham-saham non bluchip, dimana nilai transaksi hariannya gak harus nyampe Rp10 milyar lagi, karena Rp5 milyar juga sudah lumayan. Artinya? volume transaksi minimum yang diperlukan (untuk saham dengan harga diatas Rp10,000 per lembar) agar pergerakannya wajar adalah 250 - 500 ribu lembar per hari.

Jika sebuah saham nilai transaksinya kurang dari 5 milyar per hari, maka pergerakannya akan tidak wajar sehingga sulit diprediksi menggunakan analisis teknikal, dan juga rawan dipermainkan oleh bandar.

Metode perhitungan likuiditas diatas memang subjektif, karena itu adalah karangan penulis sendiri dan bukan ngambil dari sumber manapun. Makanya penulis bilang kalau pengamat atau analis yang lain mungkin punya pendapat yang berbeda. Namun sejauh ini kalau penulis perhatikan, saham-saham dengan nilai transaksi kurang dari 5 atau 10 milyar per hari, pergerakannya memang gak wajar dan gak ngikutin pola teknikalnya, sehingga mudah naik dan mudah turun secara drastis dan juga secara tiba-tiba. Kalau kita invest di saham-saham seperti ini, hampir pasti kita bakal jadi bingung soal kapan waktunya masuk, dan kapan waktunya keluar. Jadi mendingan kita ambil saham yang lain aja deh, yang lebih likuid.

Komentar

Alexander mengatakan…
Di artikel ditulis: Likuiditas minimum untuk saham dengan harga diatas 10.000 per lembar adalah 250.000 lembar per hari.

Angka 250.000 lembar per hari dasarnya apa ya?
Anonim mengatakan…
thankx pak untuk review auto nya...
Anonim mengatakan…
Pak Teguh, bagaimana kalau AUTO dibandingkan dengan SMSM (Selamat Sempurna Tbk) ? terima kasih
Anonim mengatakan…
yg msh menanyakan drmn 250 rb mohon baca lg artikelnya yg benar,thank you

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?