Review IHSG

Ketika artikel ini ditulis, IHSG rebound 0.47% ke posisi 3,766, setelah sebelumnya terjerembab lumayan dalam dari 3,842 ke 3,748 (hampir 100 poin) hanya dalam beberapa hari. Yang menarik disini bukanlah penguatan ataupun penurunan tersebut, melainkan: Dalam sebulan terakhir ini IHSG hanya mampu mondar mandir di kisaran 3,700 – 3,850, alias gak naik-naik, meski juga gak turun-turun. Posisi 3,850 menjadi resistance kuat bagi IHSG dimana IHSG hanya sempat dua kali saja mampu menembusnya, sebelum kemudian turun lagi. Apa penyebabnya? Apa posisi 3,850 tersebut bubble? Terus ada yang bilang kalau buruknya data-data ekonomi dan ketenaga kerjaan Amerika Serikat (AS) yang kemarin sempat membuat Dow Jones anjlok sampai diatas 2% hanya dalam sehari merupakan awal dari krisis baru. Benarkah?

Secara teknikal, memang wajar kalau IHSG hari ini rebound, karena turunnya sudah melewati support-nya. Pertanyaannya, apakah rebound ini cuma sementara sebelum nanti IHSG akan turun lagi, ataukah seterusnya naik kembali? Kalau dilihat secara fundamental sih, belum ada tanda-tanda bahwa posisi IHSG saat ini bubble, bahkan kalaupun IHSG menguat ke posisi diatas 3,850. Soalnya kinerja dari mayoritas emiten di BEI pada 1Q11 kemarin lumayan baik kok. Berdasarkan data dari BEI, saat ini rata-rata PER dari seluruh emiten di bursa adalah 12.9 kali. Relatif wajar, mengingat itu sudah termasuk memperhitungkan PER dari salah satu sektor yang paling ramai di BEI yaitu sektor batubara, yang rata-rata PER-nya diatas 20 kali. Kalau PER dari sektor batubara gak ikut dihitung, mungkin rata-rata PER di BEI menjadi cuma 10 kali. Jadi posisi IHSG di 3,700-an terbilang masih wajar.

Lalu kenapa kok IHSG seperti susah sekali buat naik? Masalahnya mungkin bukan terletak di fundamental, melainkan di.. Angka 4,000! Yup, seperti ketika dulu IHSG sangat kesulitan dalam menembus level 3,000, kali inipun IHSG gak akan semudah itu menembus level baru tersebut. Jadi ini lebih merupakan faktor psikologis, dimana akan ada banyak investor yang menganggap angka 4,000 sebagai angka ‘keramat’. Kemungkinan, IHSG akan mengalami beberapa periode koreksi sebelum akhirnya angka 4,000 tersebut ditaklukan. Koreksi pertama sudah terjadi pada Januari – Februari 2011 kemarin, dimana IHSG sempat turun ke posisi 3,300. Koreksi berikutnya mungkin akan membuat IHSG turun ke maksimal 3,600, mungkin Agustus atau September ini. Pasca koreksi tersebut dan keluarnya LK para emiten untuk periode kuartal II 2011, barulah IHSG akan mampu menembus 4,000.

Namun, prediksi diatas bisa saja menjadi mentah mengingat Pemerintah berencana menaikkan harga bensin. Sepertinya untuk saat ini rencana tersebut sudah tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena memang gak ada opsi lain (mungkin seharusnya ada, tapi emang orang-orang di pemerintah-nya aja yang males nyarinya, ah ga tau deh..). Seperti yang pernah kita bahas, kenaikan harga bensin sudah pasti akan berimbas pada melejitnya inflasi. BI memprediksi bahwa kenaikan harga premium dari Rp4,500 ke Rp5,000 atau Rp5,500 akan menyebabkan inflasi sebesar 6%. Ah masa sih? Mari kita cek ongkos dari alat transportasi paling merakyat di Jakarta: Metro mini. Kalau harga bensin naik, maka tarif metro mini juga pasti akan naik dari Rp2,000 ke minimal Rp2,500. Artinya? Kenaikannya minimal 25 persen! Dan kalau tarif transportasi umum naiknya 25%, maka harga barang-barang juga akan naik dengan persentase yang kurang lebih sama (masih ingat kan gimana naiknya harga-harga ketika harga BBM naik?). Jadi inflasi 6% tadi ngitungnya dari mana? Lagian pada tahun 2011 ini, inflasi yang terjadi sudah mencapai 6% dibanding tahun 2010, padahal gak ada kenaikan harga BBM tuh..

Metromini. Sumber: jakartakita.com

Well, whatever.. Yang jelas tingginya inflasi tentunya akan berdampak buruk bagi pasar modal. Jadi kapanpun pemerintah mengumumkan bahwa harga bensin naik, maka mungkin itulah saatnya IHSG terkoreksi, mungkin sedikit lebih dalam dari 3,600. We’ll see.

Namun pada akhirnya, penulis masih cukup yakin bahwa IHSG akan menembus 4,000, meski mungkin terjadinya masih agak lama. Terus, gimana dengan Dow Jones?

Mayoritas investor mungkin sempat panik ketika Dow anjlok dari 12,800-an ke 12,000-an, dan mereka pun mulai memperhatikan apa yang sedang terjadi di AS sana. Turunnya Dow tersebut memang disebabkan oleh data ekonomi AS yang ternyata tidak sesuai harapan. Namun yang mungkin kita lupa perhatikan adalah, Dow sudah naik cukup banyak dalam hampir setahun ini. Sepanjang tahun 2010 lalu, Dow hanya bisa mondar mandir di level 10,000-an. Barulah pada September 2010 hingga sekarang, Dow terus saja bergerak naik hingga hampir saja menembus level 13,000 beberapa waktu lalu (naiknya sampai 30% hanya dalam beberapa bulan). Jadi? Yup, wajar kalau sekarang Dow mulai rehat sejenak, masa mau disuruh naik terus? Sama aja kaya IHSG, dimana kalau naiknya sudah terlalu banyak, maka berikutnya dia akan terkoreksi sejenak.

Kalau baca-baca berita di internet, beberapa analis menyebutkan bahwa kejatuhan IHSG disebabkan oleh kekhawatiran akan melambatnya perekonomian AS dan juga Eropa, yang telah ditunjukkan oleh kejatuhan Dow. Well, anda mungkin juga termasuk yang khawatir. Tapi sejauh pengamatan penulis, tidak ada sesuatu hal yang terlalu mencolok dari perekonomian AS maupun Eropa. Beberapa data perekonomian dari AS, China, hingga Jepang memang dibawah ekspektasi ataupun sedikit turun, tapi selisih angkanya gak besar. Kalaupun harga-harga komoditas lagi turun (termasuk CPO dan minyak mentah), itu lebih disebabkan oleh hukum ‘gak boleh naik terus-terusan’ tadi, seperti yang juga dialami oleh indeks saham.

Seperti IHSG, secara teknikal Dow juga mungkin saja turun hingga 11,700-an. Tapi selama tidak ada peristiwa besar seperti krisis mortgage yang pernah terjadi pada 2008 lalu, maka penurunan tersebut cuma sementara, sebelum kemudian dia akan naik lagi, atau setidaknya bergerak sideways. Begitu juga dengan IHSG. So, nyantai aja gan. Tapi emang sih, untuk saat ini penulis lebih menyarankan kepada anda untuk wait and see saja dulu.

Komentar

Alffred T Purba mengatakan…
Saya setuju dengan pendapat bapak Teguh soal IHSG yang mungkin akan turun dulu sebelum mecapai 4000 an...sebab tidak ada Indeks yang terus naik tanpa ada turunnya,,Namun yang perlu kita perhatikan sebagai pelaku pasar/investor adalah apakah ketika IHSG naik Portofolio / saham yang kita miliki juga naik, dan ketika IHSG turun Portofolio yang kita miliki masih dibawah persen penurunan IHSG.itulah yang harus kita cermati unutk berinvestasi di dalam Pasar Modal
Alffred T Purba mengatakan…
Saya setuju dengan pendapat bapak Teguh soal IHSG yang mungkin akan turun dulu sebelum mecapai 4000 an...sebab tidak ada Indeks yang terus naik tanpa ada turunnya,,Namun yang perlu kita perhatikan sebagai pelaku pasar/investor adalah apakah ketika IHSG naik Portofolio / saham yang kita miliki juga naik, dan ketika IHSG turun Portofolio yang kita miliki masih dibawah persen penurunan IHSG.itulah yang harus kita cermati unutk berinvestasi di dalam Pasar Modal
wiyono mengatakan…
pak teguh, contoh buku MAF nya bisa lihat dimana? link nya error pak. thanks. wiyono
Keneisha mengatakan…
Kayaknya pemerintah, tidak akan berani menaikkan harga premium, menjelang bulan puasa dan idul fitri, karena akan mendorong inflasi lebih tinggi.
Anonim mengatakan…
di ebook TIP ...ternyata Pak Teguh ganteng ya ....& masih sangat muda ... kisah ayahandanya ttg investasi sangat meng inspirasi saya tuk mengajarkan pada anak2ku.
ttt mengatakan…
Terima kasih atas artikelnya, pak.
Bisa diulas pak mengenai IPO Viva Group dan peluangnya dan juga dampak pembangunan blast furnace terhadap kinerja KS. Trims.
Anonim mengatakan…
Pak dalam ebook rekomen INTA tidak masuk bisa diulas pak prospeknya . tks

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)