Ekadharma International

Beberapa waktu terakhir ini penulis menerima cukup banyak masukan untuk membahas sebuah saham yang selama ini kurang populer dimata investor, namun fundamentalnya ternyata lumayan baik. Saham tersebut adalah Ekadharma International (EKAD). EKAD adalah perusahaan yang tergolong kecil dengan dengan kapitalisasi pasar hanya Rp227 milyar pada harga saham 325. Meski tergolong saham small cap, namun likuiditas EKAD di pasar cukup terjaga dengan rata-rata transaksi 4 juta lembar saham setiap harinya.

EKAD adalah produsen spesialis pita perekat (lakban) dan wrapping foil, dengan merk ‘Daimaru’. Pabrik milik perusahaan terletak di Kawasan Industri Pasar Kemis, Tangerang, sementara jaringan distribusi perusahaan tersebar dari Kota Medan hingga Makassar. EKAD juga punya usaha sampingan di bidang jasa isi ulang printer cartridge, tapi kontribusinya ke pendapatan perusahaan nggak besar. Selain menjual produknya di dalam negeri, EKAD juga mengekspor pita perekat ke Malaysia.


Oleh BEI, EKAD dikategorikan sebagai perusahaan kimia, satu kelompok dengan Barito Pacific (BRPT), Sorini Agro Asia (SOBI), dan Eterindo Wahanatama (ETWA), karena perusahaan memang memproduksi pita perekat menggunakan bahan kimia yang berasal dari olahan minyak bumi. Sebagian besar kebutuhan bahan baku EKAD berasal dari impor, sehingga laba perusahaan mudah terpengaruh oleh fluktuasi Rupiah terhadap US Dollar. Itu sebabnya meski pada laporan keuangan terakhirnya per Kuartal III 2011 lalu, EKAD mencatat laba bersih Rp23 milyar, atau tumbuh 17.6% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, namun laba komprehensifnya turun 26.6% karena selisih kurs sebesar total Rp5 milyar. Untungnya selisih kurs ini dianggap sebagai pendapatan atau beban tidak nyata, sehingga tidak mempengaruhi earning per share (EPS) perusahaan.

Terlepas dari ketergantungan perusahaan terhadap bahan baku impor, EKAD merupakan salah satu pemimpin pasar untuk produk pita perekat, salah satu barang ‘wajib’ yang harus ada di semua ruang kantor, sekolah, dan kampus, sehingga nilai penjualan EKAD senantiasa meningkat dari tahun ke tahun, seiring dengan kenaikan permintaan dan kenaikan harga produk yang merekajual. Istilahnya meski perusahaan hanya melakukan pekerjaan yang rutin-rutin saja, pendapatan perusahaan akan terus naik sepanjang tahun. Kalau dari dokumen-dokumen milik perusahaan yang dirilis melalui BEI, EKAD merupakan perusahaan yang lebih cenderung untuk beroperasi secara biasanya saja, alias tidak terlalu suka menggelar aksi-aksi korporasi tertentu. EKAD juga tidak termasuk perusahaan yang doyan ngomong ke media.

Jadi kalau dari profil usahanya diatas, EKAD terbilang menarik untuk investasi jangka panjang, karena perusahaannya cenderung ‘lurus’ dan prospek bisnisnya juga bagus, karena perusahaan bermain di pasar consumer (menjual produk ke konsumen langsung, bukan ke perusahaan lagi). Perusahaannya pun terbilang sangat menguntungkan, dengan rata-rata ROA diatas 15%. Sekarang bagaimana dengan kinerja terakhirnya?

Meski jarang melakukan aksi korporasi, namun bukan berarti EKAD tidak pernah melakukannya sama sekali. Pada tanggal 7 Juli 2011, EKAD membagikan saham bonus ke pemegang sahamnya, dengan rasio 4 : 1, sehingga jumlah saham EKAD yang beredar di market meningkat 25%, dari 559 menjadi 699 juta lembar. Bagi investor yang sudah memegang saham EKAD sebelum tanggal 7 Juli tersebut, aksi korporasi ini tentu gak jadi masalah. Tapi bagi investor yang baru masuk belakangan, saham bonus tersebut menyebabkan sahamnya terdilusi, sehingga EPS EKAD turun tipis sebesar 5.9%, meski laba bersihnya naik.

Jadi kalau menurut penulis, EKAD kalau berdasarkan laporan keuangannya untuk periode Kuartal III 2011 kurang menarik. Sahamnya sendiri meski sempat melejit secara tidak wajar pada Juni – Juli 2011 lalu dari posisi 250 hingga 700 (entah ada hubungannya dengan saham bonus itu atau tidak, karena ketika itu EKAD juga membagikan dividen Rp8 per saham), namun kesininya EKAD terus saja turun hingga balik lagi ke 250-an.

Tapi sekarang setelah lewat sekitar enam bulan, EKAD sudah pulih dan sudah naik sebesar 30%. Meski terkesan pelan-pelan, namun sejauh ini trend-nya bagus. Kalau dilihat dari PBV-nya yang masih fair dikisaran 1.5 kali, dan trend kenaikan ekuitasnya yang sebesar 30% per tahun, maka EKAD mungkin bisa ke posisi 420 dalam enam bulan berikutnya. Disisi lain, posisi EKAD pada saat ini sudah cukup kuat diatas batas psikologis 300, sehingga kecuali jika diluar dugaan kinerja terbarunya nanti merosot, entah karena melemahnya nilai tukar Rupiah atau lainnya, maka sahamnya tidak akan turun kembali. Jadi risikonya terbilang kecil. Soal PER EKAD yang cuma 7.5 kali, sebenarnya itu tidak begitu menarik untuk diperhatikan, sebab dari dulu PER saham-saham di sektor kimia memang hampir selalu lebih rendah dibanding sektor-sektor lain yang lebih populer, seperti perkebunan kelapa sawit, batubara, properti, atau perbankan.

Kesimpulannya, saham EKAD ini cocok bagi anda yang tidak begitu agresif di market dan lebih tertarik pada kenaikan harga saham secara konstan dalam jangka panjang. Sebab meski EKAD sepertinya memang tidak menjanjikan gain substansial, katakanlah hingga diatas 50% dalam setahun, namun itu sepadan dengan risikonya yang juga terbatas. Sementara bagi anda para trader, saham EKAD cenderung gak kemana-mana, melainkan hanya mondar mandir di rentang 320 – 345. Jadi jika anda lagi iseng, maka potensi gain dari EKAD ini bisa mencapai 5% dalam tiga atau empat hari, not bad!

PT Ekadharma International Tbk.
Rating kinerja pada 9M11: A
Rating saham pada 325: A

Komentar

Anonim mengatakan…
Pak Teguh, tolong dibahas prospek PSAB setelah backdoor listing, soalnya saya perhatikan J resources memiliki lahan tambang emas yang sangat banyak. Makasih
Anonim mengatakan…
Saya setuju dengan pendapat bapak mengenai EKAD. Saya baru pelajari fundamentalnya kemarin. Cukup kaget ternyata ada saham "stabil nan undervalued" seperti ini. Dan menariknya Stock price bisa lebih kecil dari Book Value per share dari tahun 2010 - 2007. Namun memang pertanyaannya adalah kekuatan dari brand Daimaru ini sendiri. Apakah cukup tangguh di market sehingga bisa dianggap semi monopoli seperti menurut ajaran Buffett.

Anyhow, this is a good long term stock.
Unknown mengatakan…
Salam pak teguh. Saya baru baca tulisan ini pak,sebelum nya saya lihat key statistik dri ekad ini,ternyata benar pak fundamental berbanding dgn harga saham.
Salam investing
Yess mengatakan…
Iya setuju sekali, berkat tulisan Pak Teguh ini, saya jadi tambah yakin bahwa dalam jangka panjang harga akan selalu mengikuti fundamental perusahaan.
Dan harga per lembar sekarang Juni 2020 di 1000

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Kuartal II 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia