Kenapa Kita Harus Nabung Saham?

Di artikel minggu lalu tentang outlook IHSG untuk tahun 2017, di bagian akhir artikel penulis menyampaikan bahwa kalau Anda masih ragu-ragu dengan arah pasar, terutama karena pasar sampai sekarang masih sepi dari sentimen (sehingga IHSG bergerak stagnan), maka boleh juga tunggu diluar alias pegang cash, dimana dengan demikian porto Anda aman dari kemungkinan munculnya sentimen negatif tertentu dalam satu dua bulan kedepan yang bisa menyebabkan IHSG drop (dan saham anda ikut drop). Tapi disisi lain kalau anda hanya pegang cash saja, maka anda mungkin akan ketinggalan kereta kalau ternyata IHSG langsung naik. At the end, nobody could predict the market, right? Apalagi dalam jangka pendek seperti itu.

However, yang akan kita bahas disini bukan soal IHSG-nya.

Sekarang perhatikan lagi kalimat diatas: Kalau anda dalam posisi memegang saham, maka anda mungkin akan menderita kerugian kalau IHSG drop, dan saham-saham anda turun. Tapi kalau anda memegang cash, maka anda tetap bisa menderita kerugian, yakni kalau saham-saham yang anda incar ternyata naik duluan dan alhasil Anda kehilangan sejumlah keuntungan yang harusnya anda peroleh andaikan anda membeli saham tersebut. Intinya apapun posisi yang anda ambil, entah itu memegang saham ataupun cash, itu sama-sama mengandung risiko. Kalau anda memegang saham senilai Rp10 juta, misalnya, maka anda bisa menderita rugi Rp1 juta kalau saham tersebut turun 10%.

Tapi kalau anda memegang cash senilai Rp10 juta, maka anda bisa rugi juga! Yakni kalau ternyata saham yang anda incar naik 10% dan anda seharusnya meraup profit sebesar Rp1 juta, tapi kenyataannya anda tidak memperoleh profit apapun karena sudah memutuskan untuk memegang cash saja.

Dalam hal ini penulis jadi ingat, saya sering menerima pertanyaan kurang lebih seperti ini, ‘Pak Teguh, saya sangat tertarik untuk berinvestasi di saham, dan saya udah baca-baca blog sampeyan sejak setahun lalu. Tapi sampe sekarang saya belum buka rekening, karena saya takut rugi. Saya gak mau rugi Pak, jadi mohon sarannya.’

Bagi penulis, kalimat yang di-bold diatas terdengar seperti, ‘Pak Teguh, saya mau jadi petinju, tapi saya gak mau dipukul. Kalau bisa lawan tanding saya diem aja gitu, biar saya saja yang pukulin dia...’ Pertanyaannya, ente mau jadi petinju apa jadi anggota ormas???

Sekarang denger ya: Yang namanya rugi itu sudah makanan sehari-hari investor saham, siapapun dia termasuk penulis, atau Warren Buffett sekalipun. Bohong kalau ada orang yang mengaku untung terus dari saham. Seorang fund manager profesional yang sudah pengalaman puluhan tahun mungkin mampu menghasilkan profit yang konsisten dari tahun ke tahun, tapi pasti ada saja saham-saham yang ia jual dalam posisi rugi, entah itu karena force majeure, IHSG-nya turun, atau memang karena salah analisis, tapi itu tidak jadi masalah selama saham-saham yang lainnya bergerak naik sesuai planning.

Sementara bagi investor pemula maka ceritanya beda lagi: Anda masih belajar menganalisis. Anda masih memiliki banyak pertanyaan yang belum terjawab karena kurang pengalaman. Dan anda masih belum bisa mengendalikan emosi, masih gampang panik dan gak bisa lepas dari layar ponsel setiap menitnya dari jam 9 pagi sampai jam 4 sore untuk melototin pergerakan saham yang anda pegang (dan kemudian kesel sendiri ketika saham anda gak naik-naik atau malah turun, padahal saham tetangga udah pada terbang). Nah, dalam kondisi seperti itu anda kemudian beli saham, kira-kira bagaimana hasilnya? You know the answer: Sangat besar kemungkinan anda akan menderita kerugian. Dan memang, investor manapun hampir pasti bakal rugi pada 1 – 2 tahun pertama. Tapi asalkan ia mau bertahan, belajar, dan menggali pengalaman, maka ia akan bisa profit pada tahun ketiga atau keempat, dan akhirnya bisa profit konsisten pada tahun kelima dan seterusnya.

Jadi kalau anda mau invest di saham tapi ‘Saya gak mau rugi’, maka ya sudah jangan invest. Karena kalau anda invest maka mau gak mau anda bakal rugi. Tapi harap diingat pula: Ketika anda tetap menyimpan uang anda di bank, maka anda mungkin akan menertawakan teman anda yang coba-coba invest saham tapi setelah setahun hasilnya malah hancur-hancuran, sementara uang anda tetap utuh tak berkurang seperakpun. Namun setelah dua, tiga, empat, lima tahun.. tanpa anda sadari ternyata teman anda itu sudah profit berlipat-lipat dari kegiatan investasinya, sementara nilai tabungan anda ya cuma segitu-gitu saja, malahan sejatinya berkurang karena tergerus inflasi.

Terus kalau gitu yang rugi siapa???

Nah, jadi kenapa kita harus nabung saham? Ya biar nggak rugi seperti contoh 'Anda vs Teman Anda' diatas. Agar kita bisa meraup keuntungan, dimana keuntungan tersebut tidak akan pernah kita peroleh andaikata kita terus saja naroh duit dibawah bantal. Tidak ada yang perlu ditakutkan dari menderita kerugian di saham. Yang harus ditakutkan adalah jika kita tidak pernah meraih keuntungan dan aset kita tidak pernah bertumbuh, karena memang tidak pernah berinvestasi. Yes, memang benar bahwa anda akan perlu waktu beberapa bulan hingga beberapa tahun untuk belajar analisis dll, dan anda juga bakal menderita sejumlah kerugian pada awalnya.

Tapi ketika ilmu pengetahuan serta pengalaman itu akhirnya diperoleh, maka kesananya bakal uenak tenan! Pada titik ini anda mungkin tetap akan menderita rugi dari saham-saham tertentu, tapi untuk saham-saham lainnya akan naik dengan sendirinya tanpa perlu diapa-apain lagi. Penulis sendiri terus terang kalau bukan karena harus nulis di blog ini, maka saya juga gak tau apa lagi yang harus dikerjakan, karena toh invest saham ya cuma gitu-gitu aja, beli kemudian ditinggal, sementara kalo pergi main atau jalan-jalan keluar kota tentunya gak bisa setiap hari. Atau saya nyalon gubernur aja kali ya??


Jadi jika anda memang tertarik untuk berinvestasi di saham, then go ahead, segera buka rekening lalu mulailah menabung, jangan ditunda-tunda lagi. Dengan mulai berinvestasi, anda mungkin (atau malah pasti) akan menderita rugi pada awalnya, tapi disisi lain anda akan memiliki peluang untuk meraup profit fantastis, dan untuk menjadi investor besar suatu hari nanti. Sementara jika cuma menonton terus dari luar, maka meski kelihatannya gak akan rugi, tapi sebenarnya anda justru sudah rugi besar karena gak akan pernah meraih profit apapun. Seperti yang pernah dikatakan seorang mafioso Italia di New York (yang penulis baca dari video game Mafia II di Playstation), ‘He who take too much risks will lose everything. But he who never take risks will achieve nothing.’

Dan kalau penulis boleh menambahkan, ‘And he who take risks with careful analysis and wisdom, will achieve everything!’

Follow/lihat foto-foto penulis di Instagram, klik 'View on Instagram' dibawah ini: Instagram

Komentar

Unknown mengatakan…
Tulisannya mencerahkan sekali pak teguh. Terus menulis, terus berbagi ilmu.
ekohernadi mengatakan…
Selamat menghadapi 2017... Pak Teguh, kapan ada seminar di Palembang ???
Unknown mengatakan…
pak teguh, apakah dalam menabung saham kita perlu cut loss jika saham yang kita pilih turun? juga bilamana kita menjual saham jika nilainya naik? terima kasih pak
indrayani mengatakan…
Pak, seminarnya di palembang dong
Unknown mengatakan…
@ Asif faroqi : kata Pak Teguh itu cut profit, bukan cut loss :D
Kalo sahamnya turun ya beli lagi yg banyak.. :D

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Terbit 8 November

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI