Tips Cuan Investasi Saham Untuk Pelajar dan Mahasiswa

Pak Teguh, saya seorang mahasiswa berusia 19 tahun sekaligus investor pemula yang baru setahunan ini belajar saham. Dan saya sangat bersemangat Pak, dimana semua tulisan bapak di blog ini sudah saya baca semua, demikian pula saya sudah rutin praktik cara menghitung murah mahalnya saham dll, dan saya juga sudah mulai coba-coba beli saham itu sendiri dengan dana kecil dulu, sesuai dengan arahan bapak.

***

Ebook Market Planning edisi September 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

***

Masalahnya Pak, di waktu yang sama saya juga sibuk kuliah sehingga kadang gak punya cukup waktu untuk baca-baca laporan keuangan. Dan tambah kesini saya merasa bahwa meski saya terus belajar saham tapi hanya paham ‘kulit-kulitnya’ saja, karena disisi lain saya juga harus fokus belajar banyak mata kuliah. Jadi solusinya bagaimana ya Pak? Yakni agar saya juga bisa menganalisa sebuah saham dan emiten hingga sedetil-detilnya seperti yang biasa disajikan oleh Pak Teguh di blog ini? Terima kasih.

Jawab.

Meski dalam banyak kesempatan saya sering bilang bahwa memang sebaiknya kita mulai berinvestasi sejak sedini mungkin, namun faktanya ada banyak investor besar yang memulai kariernya di pasar saham pada usia yang tidak lagi terlalu muda. Pak Lo Kheng Hong contohnya, beliau pertama kali beli saham pada tahun 1989, ketika berusia 30 tahun. Demikian pula Warren Buffett, dimana meski ia membeli saham pertamanya pada usia 11 tahun, tapi ia baru benar-benar bekerja di bidang pasar modal dengan magang di kantor mentornya, Ben Graham, selama 2 tahun pada usia 24 – 26 tahun.

Sehingga, meski mungkin ada juga investor besar yang sudah memulai petualangannya di pasar saham sejak dia masih sekolah/kuliah pada usia belasan tahun, atau lebih muda lagi, tapi ternyata juga ada cukup banyak investor yang di kemudian hari tetap sukses meskipun mulainya ‘agak telat’ pada usia 25an atau 30an. Disisi lain ada banyak juga cerita ‘investor muda’ yang bukannya sukses langsung jadi sultan, tapi malah boncos gak karu-karuan. Dan kalau hanya rugi saja sih maka itu masih wajar, tapi dalam banyak kasus kerugian tersebut bisa membuat si investor muda ini gelap mata hingga melakukan tindakan diluar akal sehat. Contohnya pada Juni 2020 lalu, Alex Kearns, seorang mahasiswa sekaligus investor pemula berusia 20 tahun asal Negara Bagian Illinois, Amerika Serikat, nekad bunuh diri setelah mengalami kerugian besar hingga saldo di rekening sahamnya tercatat minus $730,166, atau setara sekitar Rp10 miliar. Anda bisa baca lagi ceritanya disini.

Screenshot aplikasi trading milik Alex Kearns, yang menunjukkan saldo negatif lebih dari 730 ribu Dollar.

Lalu baru saja awal Agustus 2023 kemarin, seorang mahasiswa Universitas Indonesia (UI) berusia 23 tahun berinisial AAB nekad membunuh adik kelasnya sendiri untuk menguasai harta milik korban, karena AAB ini sebelumnya mengambil utang Rp80 juta dari pinjol untuk trading crypto, tapi ternyata hasilnya rugi hingga uangnya habis sama sekali. Nah, penulis sendiri tidak pernah invest di crypto, hanya saham saja. Tapi jika AAB ini bukan beli crypto melainkan beli saham menggunakan utang pinjol sedangkan posisi dia sendiri masih pemula yang gak ngerti apa-apa, dimana itu adalah tindakan yang amat sangat keliru dari sudut pandang investor profesional, maka bukan tidak mungkin ending-nya ia akan tetap berbuat kriminal karena panik akibat terlilit utang yang sangat besar.

Sehingga inilah yang ingin penulis sampaikan: Meski investor usia muda berpeluang besar untuk sukses karena ia punya lebih banyak waktu untuk belajar dan menggali pengalaman dibanding investor lain yang baru mulai pada usia 30an, misalnya, tapi disisi lain investor pemula yang mulai berinvestasi pada usia 30 biasanya lebih berhati-hati ketimbang investor pemula lainnya yang mulai berinvestasi pada usia 20. Ini karena seseorang yang sudah berusia 30n biasanya sudah punya tanggung jawab yang cukup besar (keluarga, pekerjaan), sehingga selalu berpikir panjang sebelum melakukan sesuatu. Sedangkan anak muda berusia 20 biasanya berani ambil risiko tinggi, atau bahkan cenderung nekad, yakni karena grasa-grusu pengen cepat cuan lalu jadi sultan dengan duit miliaran sebelum usia 30 tahun. Nah, dalam banyak kasus, tindakan grasa-grusu ini justru membuat seorang anak muda lebih condong menjadi spekulan alih-alih trader atau investor. Dan hasilnya kemudian rugi besar.

Jadi kembali ke pertanyaannya, jika kamu sebagai mahasiswa merasa tidak bisa membagi waktu antara kuliah dan kegiatan investasi, maka tidak apa-apa fokus di kuliah saja dulu. Karena nanti ketika kamu lulus pada usia katakanlah 22 – 23 tahun, maka itu sama sekali belum terlambat untuk mulai belajar lagi di saham, dan kali ini kamu bisa lebih fokus karena sudah tidak sibuk kuliah lagi. Kemudian pada usia tersebut mental kamu juga akan sudah lebih strong, sehingga tidak lagi mudah tergoda ‘cara cepat kaya’ atau semacamnya entah itu di saham, crypto dll, sehingga lebih berhati-hati dan alhasil akan lebih profit. Pengalaman penulis sendiri meski dulu setelah lulus kuliah saya tetap saja sibuk karena langsung diterima bekerja di sebuah perusahaan, tapi waktu untuk kerja kantoran sedikit lebih senggang dibanding kuliah karena memiliki jadwal yang jelas (Senin sampai Jumat, pukul 09.00 s/d 16.00 WIB), dan tidak ada PR. Sehingga saya kemudian punya cukup waktu untuk belajar wirausaha, dilanjut belajar saham. Dan syukur-syukur jika kita kerjanya di bidang investasi saham itu sendiri entah itu di sekuritas, asset management, otoritas bursa dll. Sehingga belajarnya ya sambil bekerja itu sendiri.

Okay Pak Teguh, jadi apakah kita sama sekali belum boleh belajar investasi saham sebelum lulus kuliah nanti? Well, tentu saja boleh. Tapi kata kuncinya adalah, jangan sampai aktivitas investasi itu membuat kamu kehilangan fokus untuk kuliah itu sendiri, apalagi sampai bikin kamu stress, bingung, dan panik ketika sahamnya turun dll, dimana itu adalah hal-hal yang umum dialami oleh investor pemula. Jadi mumpung masih kuliah dimana biasanya kita masih memperoleh uang saku dari orang tua, maka santai saja lah. Kalau memang ada waktu luang silahkan baca-baca tentang investasi saham, dua jam sehari (sebelum tidur) juga cukup, tapi kalau gak ada waktu maka ya sudah kuliah saja. Kemudian mulailah praktik dengan dana kecil dulu, dan gak usah ingin cepat-cepat cuan karena ini niatnya belajar, bukan cari penghasilan sampingan (after all kamu masih kuliah, jadi ya gak apa-apa/wajar saja jika belum punya penghasilan). Yang keliru adalah jika kita malah terobsesi dengan aktivitas trading/investasi saham ini dan kemudian melupakan kuliah, apalagi sampai melakukan tindakan-tindakan diluar nurul seperti yang dilakukan Alex Kearns dan AAB di atas.

Selanjutnya, ketika kamu akhirnya lulus beberapa tahun dari sekarang, maka barulah ketika itu kamu bisa lebih fokus sebagai investor dan hasil cuannya juga akan lebih besar, selain karena pada saat itu kamu akan sudah memiliki jam terbang yang cukup.

Baik Pak Teguh, saya paham sekarang. Ada tips lagi mungkin pak? Ada nih: Kalau lagi nongkrong sama teman kampus, silahkan ngobrol sepuasnya tentang topik-topik yang khas mahasiswa seperti sepakbola, cewek, modifikasi sepeda motor, hobi naik gunung dll. Jadi jangan malah ngomongin saham, crypto atau sebangsanya, karena biasanya arahnya cenderung spekulasi, swing trading, berburu saham bandar calon besok ARA 25% dll, kecuali jika memang kamu minatnya demikian. Namun jika ingin ngobrol tentang investasi saham maka carilah partner diskusi yang memang sudah cukup berpengalaman sebagai investor saham itu sendiri, jadi jangan ngobrol dengan sesama pemula yang sama-sama belum ngerti apa-apa. Dan jangan khawatir jika kamu tidak mendapatkan partner diskusi seperti itu, karena mayoritas investor besar seperti Pak Lo Kheng Hong juga belajar otodidak sendiri saja dengan cara baca-baca cara investasinya Warren Buffett, ditambah sambil sedikit demi sedikit mengumpulkan jam terbang alias pengalaman. Good luck!

***

Ebook Market Planning edisi September 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
Terima kasih pak teguh, saya juga 2021 - sekarang masih terobsesi cepet kaya/ instan dari saham al hasil boncos uang tabungan hasil kerja, sekarang umur udah 21 saya sadar kalau begini terus bakalan sulit kedepannya. Untung di saat pengalaman buruk kaya gini uang saya masih terbilang dikit
Anonim mengatakan…
Alhamdulillah ada temen. Saya mulai invest dan mengenal pak teguh di usia 20, dan sekarang udah 23. Yang mulai belajar tips pertama invest kepada diri sendiri dulu, kalo hasil nanti ngikutin sih. Baik dari saham, pekerjaan, dan kehidupan. Karena yang utama adalah ilmu dan pengalaman.
Anonim mengatakan…
Pengalaman pribadi, saat saya masih kuliah dulu, saya mengikuti seminar yang isinya motivasi cepat kaya. Pada usia saya dulu, pola pikir itu masuk begitu saja, melakukan usaha tanpa pertimbangan. Kena tipu dan harus berhadapan dengan polisi dan penjara. Sejak itu saya memahami, motivasi cepat kaya itu salah. Dan sekarang di usia 30 tahun, lebih menikmati proses, tanpa disadari bisnis bisa tembus omset milyaran, ternyata uang itu cuma bonus dari proses yg kita jalani. Ingatlah selalu, Motivasi Cepat Kaya itu akan menghancurkan diri sendiri. Nikmati saja prosesnya, seperti lari maraton. Salam dari Bali 😁

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Sudah Terbit!

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun