Meraup Profit Permanen dari Saham

Untuk pertama kalinya sejak tahun 2011, pasar saham Indonesia menjalani periode awal tahun dengan kurang mulus, dimana hingga 14 Februari kemarin, IHSG ditutup turun 6.9% secara year to date (pada tahun 2011, IHSG juga turun 7.9% pada periode waktu yang sama). Ada banyak faktor yang menyebabkan penurunan tersebut, mulai dari kelanjutan kasus Jiwasraya yang bikin pasar sepi transaksi, kasus saham gorengan yang merembet ke gagal bayar sejumlah reksadana, hingga cerita Coronavirus. However, disini kita tidak akan membahas itu semua, melainkan seperti biasa pertanyaannya adalah, adakah peluang yang bisa kita ambil dari kejatuhan bursa kali ini?

***

Ebook Kumpulan Analisa 30 Saham Pilihan ('Ebook Investment Planning') edisi Kuartal IV 2020 sudah terbit! Dan anda bisa langsung memperolehnya disini, gratis tanya jawab/konsultasi portofolio untuk member.

***

Sebab kalau kita balik lagi ke kaidah value investing, maka sekarang ini ada banyak sekali pilihan saham bagus, dengan prospek bagus, dan valuasinya pun murah. Hanya memang, jika benar problemnya adalah bahwa penurunan pasar kali ini disebabkan oleh sepinya transaksi (karena pemblokiran rekening oleh Kejaksaan Agung dst, bisa googling ceritanya buat yang belum tahu), maka saham sebagus dan semurah apapun sekalipun bisa tetap sulit naik dalam waktu dekat ini karena bisa jadi, ketika ada investor yang hendak membeli saham tersebut, dia tidak bisa melakukannya karena rekening-nya termasuk yang kena blokir. Suka tidak suka, ini adalah salah satu efek samping dari upaya bersih-bersih yang dilakukan oleh otoritas dan penegak hukum terhadap bursa saham di tanah air.

Okay, kalau gitu terus bagaimana? Nah, opsi paling aman sebenarnya tunggu saja diluar, alias pegang cash, sampai kesemua aksi bersih-bersih tersebut selesai. Masalahnya, kita nggak tahu kondisi ini akan terjadi sampai kapan, mungkin bisa lama dari sekarang, mungkin juga cuma sebentar. Dan bagi perusahaan asset management, ambil posisi full cash seperti itu tidak mungkin untuk dilakukan karena peraturan melarang hal tersebut (kecuali jika produk reksadananya memang reksadana pasar uang). Disisi lain, kalau kita bisa mengabaikan fluktuasi harga-harga saham yang sedang terjadi sekarang ini, maka sekarang ini justru merupakan kesempatan bagus untuk akumulasi saham-saham bagus, yang harganya sedang murah-murahnya.

Jadi opsi lainnya yang lebih masuk akal adalah dengan masuk ke saham-saham yang, kalaupun mereka belum akan menghasilkan capital gain dalam waktu dekat ini, tapi mereka tetap memberikan ’something else’. Dan apakah itu? Yep, dividen. Sekarang gini: Jika saham yang anda pegang sekarang ini turun, maka memang itu karena ada sebabnya yakni karena pasar turun, karena kasus Jiwasraya dll. Namun kita tahu bahwa mau sedalam atau selama apapun penurunannya, pada akhirnya problem/isunya akan menghilang seiring dengan berjalannya wakrtu, dan pasar akan naik lagi. Sehingga selama saham yang anda ambil memang berfundamental bagus, eventually dia akan naik lagi.

Sehingga dalam hal ini, kerugian yang anda alami bersifat sementara saja, termasuk kalau anda profit maka itu juga sementara saja, karena loss/profit tersebut bisa berubah setiap saat seiring dengan naik turunnya harga saham. Tapi disisi lain, anda bisa tetap memperoleh profit yang sifatnya permanen, yakni dalam bentuk dividen, yang kalau anda sudah menerimanya maka tidak akan hilang lagi. Pembayaran dividen ini juga sekaligus menunjukkan bahwa perusahaan yang anda beli sahamnya itu memang bagus, karena menghasilkan keuntungan/laba bersih yang sifatnya tunai/beneran ada duitnya. Sehingga saham-saham inilah, yang meski sekarang ini sedang terpuruk karena kondisi pasarnya, tapi eventually investor akan ramai-ramai masuk dan harganya akan naik karena sekali lagi, perusahaannya beneran menghasilkan. Mungkin perlu dicatat pula bahwa penurunan pasar kali ini lebih karena ‘masalah teknis’, seperti pemblokiran rekening tadi, jadi beda dengan kondisi krisis dimana orang-orang memang kagak punya duit lagi buat belanja saham (sedangkan kondisi sekarang jauh berbeda dengan katakanlah tahun 1998, atau 2008). Sehingga seharusnya, pasar tidak akan butuh waktu lama untuk recover.

Tinggal pertanyaannya sekarang, saham-saham dividen apa yang bisa dipertimbangkan? Nah, penulis dibantu Pak Zomi Wijaya sudah menyusun datanya, dan untuk kali ini kita tambahkan faktor screening tambahan, dimana selain dividend yield-nya harus diatas 5%, maka saham yang bersangkutan harus cukup likuid/memiliki rata-rata nilai transaksi minimal Rp10 milyar per hari dalam tiga bulan terakhir. Dan berikut adalah hasilnya:

No
Ticker
Price (Rp)
Dividend Last Year (Rp)
Dividend Yield (%)
1
ITMG
10,150
3,140
30.9
2
INDY
805
163
20.3
3
PTBA
2,330
326
14.0
4
LPPF
3,280
333
10.2
5
WSBP
226
23
10.0
6
BJBR
1,000
89
8.9
7
DMAS
282
21
7.4
8
AKRA
3,250
240
7.4
9
BJTM
635
46
7.2
10
WSKT
1,095
73
6.7
11
UNTR
18,325
1,193
6.5
12
HMSP
1,970
117
5.9
13
ADRO
1,310
67
5.1
14
WEGE
272
14
5.1

Nah, dari data diatas maka anda bisa lihat bagaimana murahnya saham-saham di BEI saat ini bukan? Karena, coba bayangkan, ada saham yang memberikan dividend yield hingga 30 persen! Meski memang ada beberapa catatan. Pertama, beberapa emiten membayar dividennya dua kali dalam setahun, sehingga nilai dividennya juga harus dibagi dua, dan yield-nya otomatis jadi kecil jika dihitung berdasarkan dividennya yang sudah dibagi dua tersebut. Dan kedua, jika laba perusahaan pada tahun 2019 kemarin turun, maka dividennya juga tentu akan turun dibanding tahun sebelumnya. Dalam kasus saham No.1 diatas, yakni ITMG, maka dua-duanya terjadi: Perusahaan sudah membayar dividen interim Rp705 per saham, untuk tahun buku 2019 semester pertama, dan labanya sendiri pada tahun 2019 tersebut turun. Sehingga, let say, pada Maret nanti (ITMG membayar dividennya pada bulan Oktober, dan Maret) ITMG bayar dividen sekitar Rp700-an juga, maka dividend yield-nya jadi cuma 7%.

But still, yield segitu tetep aja gede bukan? Anda taroh deposito saja, bunganya max cuma 6% dan cuma dapet sekali dalam setahun. Tapi di ITMG ini, udah ‘bunga’-nya gede, dapetnya dua kali pula. Dan tidak hanya ITMG, tapi saham-saham lainnya yang disebut diatas, semuanya menawarkan dividen jumbo, yang karena harga saham mereka sekarang ini memang sedang murah-murahnya.

Jadi tugas anda selanjutnya tinggal cek lagi, bagaimana fundamental dari perusahaan-perusahaan diatas, apakah labanya masih naik atau turun, dan bagaimana prospeknya. Misalnya untuk saham batubara, anda tentu harus hati-hati dengan harga batubara di pasar internasional. Dan kalau dari daftar diatas, anda belum nemu yang sreg, maka jangan khawatir karena di BEI sekarang ini ada banyak saham-saham lainnya yang dividend yield-nya juga tinggi, namun kurang likuid, tinggal anda cari sendiri). Atau, sahamnya likuid, dividend yield-nya 3 – 4%, dan fundamentalnya juga bagus. Berdasarkan pengalaman, untuk perusahaan big caps berfundamental bagus dan memiliki reputasi yang bagus, dividend yield 3% saja sebenarnya sudah sangat OK. Dan penulis bisa katakan bahwa, sekarang ini di BEI ada banyak saham bagus yang memberikan ‘profit permanen’ sebesar itu.

Untuk pertama kalinya sejak entah kapan, ada satu saham big caps, yang bahkan termasuk salah satu saham dengan market cap terbesar di Indonesia, yang dividend yield-nya diatas 5%

Kesimpulannya, terkait kondisi pasar saat ini, maka saham apapun memang bisa turun lebih lanjut. Tapi dengan adanya dividen ini, yang memang akan dibayarkan dalam waktu dekat (antara Maret sampai Mei), maka itu menunjukkan setidaknya dua hal: Perusahaan masih menghasilkan uang, dan anda menerima sebagian dari uang tersebut. Sehingga, berbeda dengan saham-saham gorengan laknat yang ditarik tinggi ke langit tapi ujung-ujungnya mati di gocap (boleh anda cek lagi saham-saham model TOPS, FIRE, MYRX, mereka ada bayar dividen gak??), maka saham-saham dividen inilah yang dalam jangka panjang eventually akan naik lagi, sehingga menghasilkan capital gain bagi para pemegang sahamnya diluar dividen itu sendiri.

Dan terkait dividend yield yang sekarang ini sangat tinggi, jika penulis cek lagi, dalam sepuluh tahun terakhir belum pernah terjadi satu periode dimana dividend yield dari saham-saham di BEI, jika dirata-ratakan, angkanya setinggi saat ini. Artinya? Yep, it’s now or never!

Disclosure: Ketika artikel ini di-posting, Avere Capital sedang dalam posisi memegang BJTM di average 660, dan HMSP di average 2,455. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan sebelumnya.

***

Ebook Kumpulan Analisa 30 Saham Pilihan ('Ebook Investment Planning') edisi Kuartal IV 2020 sudah terbit! Dan anda bisa langsung memperolehnya disini, gratis tanya jawab/konsultasi portofolio untuk member.

Punya akun Instagram? Follow akun resmi penulis di media sosial, klik 'View on Instagram' berikut ini: Instagram

Komentar

Yudi mengatakan…
Bukan hanya itu, dulu bertahn mau cari saham bagus, yg pernya di bawah 5 x sulitnya luar biasa. Sekarang ada lpck, mpmx, sril, tele dll
Vavai mengatakan…
Mas Teguh, itu kelihatannya dividen yield merupakan pembagian dari nilai dividen tahun lalu terhadap harga saat ini ya? Apa tidak sebaiknya dividen yield dihitung terhadap harga saat itu karena kalau terhadap harga saat ini, nilainya jadi mislead.

Bisa juga membuat dua kolom, jadi ada dividen yield dibandingkan harga saat itu dan harga saat ini
M Luthfiannur mengatakan…
Setuju Mas Teguh,,saya jg sepemikiran karena memperhatikan biasanya saham2 dgn dividen jumbo sudah naik di akhir atau awal tahun,namun saat ini karena banyaknya isu negatif maka saham2 tsb malah ikut turun sehingga memberikan opportunity yg klo kita sabar beberapa bulan ke depan Insya Allah memberikan hasil lumayan dgn risiko yg lbh rendah dibanding tahun2 sebelumnya,,amiin
David mengatakan…
Pak teguh, utk timing beli saham nya sendiri kapan pak? Btw msh megang hmsp di 2455? Sy megang di 2280 dah sy jual pak, ngga kuat mental
Ikhsan Rizki mengatakan…
Pak Teguh bahas TELE dong
Secara valuasi kelihatan sdh menarik ap belum?
Sekilas fundamentaly jg tdk buruk
Teddy mengatakan…
Om Teguh, untuk INDY tahun lalu masih profit tapi per Q3 2019 kan dia rugi, dan rasanya Q4 ini bakal tambah dalam ruginya karena harga coal lagi rendah rendahnya.
Rotua mengatakan…
Kenapa tambang jadi tiga besar pembagi dividen?

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)