Investor Paling Sukses Sekalipun Belum Tentu Merupakan Guru Terbaik

Tahun lalu, tepatnya hari Sabtu 30 April 2022, setelah menunggu selama dua belas tahun, penulis akhirnya berkesempatan hadir di acara Berkshire Hathaway Annual Meeting (BRK AM) di Omaha, Nebraska, Amerika Serikat, yang dihadiri langsung oleh investor legendaris sekaligus guru besar kita semua, Warren Buffett (WB), dan mitra abadinya Charlie Munger. Tak terasa saat ini sudah lewat satu tahun penulis mengalami peristiwa yang, kalau bagi saya pribadi, sangat bersejarah tersebut. Jadi saya ingin share lagi sedikit tentang pengalaman selama di sana. Okay, kita langsung saja.

***

Live Webinar Value Investing, Sabtu 6 Mei 2023, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

***

Jadi, seperti yang sudah penulis sampaikan disini, saya dan beberapa orang teman sengaja menyisihkan biaya serta waktu selama dua minggu untuk jauh-jauh datang ke Omaha (dan itu beneran jauh banget karena kita harus terbang selama 24 jam dari Jakarta, atau totalnya 36 jam jika dihitung dari rumah saya di Bandung hingga akhirnya sampai dan beristirahat di hotel di New York, sebelum dua hari kemudian terbang lagi 4 jam ke Omaha) untuk ‘sungkem’ ke Opa Warren. Untuk secara tidak langsung mengucapkan terima kasih (karena selama ini sudah membimbing kami di jalan yang lurus di belantara pasar modal), dimana kami mengetahui bahwa WB akan sangat happy jika acara BRK AM itu dihadiri oleh puluhan ribu peserta termasuk kami. Adalah suatu kehormatan besar bagi penulis pribadi untuk bisa duduk satu gedung dengan Opa Warren, dan secara langsung mendengarkan beliau berbicara tentang investasi saham dll, tak peduli meski WB tentu saja tidak kenal siapa itu Teguh Hidayat.

Penulis ketika mendarat di Eppley Airport, Omaha, Nebraska, sehari sebelum hadir di acara Berkshire Hathaway Annual Meeting 2022.

Sehingga, meski memang penulis menganggap bahwa saya adalah murid WB, tapi saya ke Omaha bukan untuk belajar, melainkan untuk sungkem itu tadi. Dan memang dalam acara meeting-nya WB lebih banyak memberikan nasihat dan petuah yang bersifat filosofis, ketimbang tips-tips memilih saham, cara membaca laporan keuangan, cara menilai prospek perusahaan dan seterusnya yang bersifat teknis. Contoh, pada sesi tanya jawab salah seorang peserta bertanya, ‘Dalam situasi inflasi tinggi seperti sekarang (maksudnya saat itu di bulan April 2022, dimana inflasi Amerika terus beranjak naik), maka adakah tips-tips khusus dalam berinvestasi?’

Dan WB menjawab, ‘Investasi yang terbaik adalah di diri kita sendiri, dalam bentuk pengetahuan, pengalaman, serta kebijaksanaan. Dan keuntungan yang dihasilkan dari investasi seperti itu tidak akan bisa hilang atau diambil oleh orang lain, tak peduli ekonomi sedang booming atau resesi, dan tak peduli inflasi sedang tinggi atau rendah.’ Perhatikan bahwa jawaban tersebut tidak bisa disebut keliru, namun tidak secara spesifik menjawab inti pertanyaannya yakni terkait inflasi. Penulis sendiri jika ditanya pertanyaan yang sama maka saya akan menjawab lebih spesifik, ‘Perusahaan yang diuntungkan dalam situasi inflasi tinggi adalah yang memproduksi dan menjual energi serta bahan dasar yang diperlukan untuk berbagai jenis industri hilir, dan tidak atau belum memiliki substitusi/penggantinya, sehingga orang tetap akan membelinya meski harganya naik tinggi karena inflasi itu sendiri. Contohnya? Batubara. Maka kita bisa beli sahamnya dari sekarang’. Dan memang penulis sendiri di tahun 2022 kemarin banyak pegang saham batubara sejak harganya masih sangat rendah, sehingga kita kemudian profit besar ketika saham-saham itu kemudian naik signifikan seiring peningkatan kinerjanya, karena kenaikan harga batubara itu sendiri.

Dengan kata lain, jika si penanya tadi bertanya bukan kepada WB melainkan kepada penulis, maka ia akan mendapatkan jawaban yang lebih to the point. Nah, lalu apakah ini berarti WB tidak pernah menjawab pertanyaan atau membahas hal-hal rinci dan teknis terkait investasi saham itu sendiri, melainkan hanya memberikan nasihat-nasihat saja? Jawabannya tentu saja tidak. Jika anda baca-baca lagi koleksi annual letter yang ditulis oleh WB langsung sejak ia pertama kali mendirikan Buffett Partnership pada tahun 1956, yang kemudian dilanjut dengan Berkshire Hathaway sejak tahun 1965, maka disitu WB banyak sekali menjelaskan alasan serta hitung-hitungan soal kenapa ia misalnya membeli saham perusahaan A, termasuk penjelasan rinci tentang kinerja laporan keuangan, prospek ke depan, hingga kualitas manajemennya. Dan dari situlah penulis sendiri banyak belajar (buat memperoleh annual letter-nya dalam bahasa Indonesia bisa klik disini).

Nah, tapi balik lagi: Ketika WB menggelar BRK AM setiap tahun, maka tujuannya adalah lebih untuk bersenang-senang, untuk bertemu dengan puluhan ribu sesama investor dari seluruh dunia, ketimbang untuk berbicara serius tentang investasi itu sendiri. Dan seperti orang tua pada umumnya, maka WB juga senang memberikan nasihat dan petuah kepada para generasi muda, sekali lagi, ketimbang mengajari tentang cara menghitung price to earnings ratio atau semacamnya.

Sehingga, jika kita ingin belajar secara detail tentang metode investasi WB, tentang bagaimana ia bisa secara konsisten menghasilkan keuntungan hingga menjadi sangat kaya raya dari saham, maka caranya bukan dengan datang ke Omaha lalu mendengarkan beliau berbicara. Karena jika demikian yang akan anda peroleh adalah ceramah, bukan kuliah. Melainkan baca lagi tulisan-tulisan yang dibuat oleh WB, salah satunya tentu Berkshire Hathaway Annual Letter, mulai dari tahun 1965 hingga paling baru untuk tahun 2022 kemarin. Kemudian bisa juga tonton video wawancara yang sifatnya serius. Salah satunya ketika pada tahun 1991 lalu, Salomon Brothers, Inc., yang ketika itu merupakan salah satu bank investasi terbesar di Amerika Serikat, mengalami skandal dan jatuh bangkrut. Lalu karena BRK kebetulan merupakan salah satu pemegang saham terbesar perusahaan, dimana WB sendiri sempat menjabat chairman di Salomon, maka WB kemudian dipanggil oleh Kongres AS untuk menjelaskan detail kasusnya, dimana dalam pertemuannya bisa dibilang bahwa WB diinterogasi oleh anggota Kongres. Dan video pertemuannya ada banyak, bisa anda tonton kapan saja di YouTube.

Jadi sekali lagi, jika kita hendak benar-benar serius belajar dari WB, maka itu justru jauh lebih mudah karena anda tidak perlu jauh-jauh terbang ke Omaha, melainkan anda bisa belajar dari rumah, sekolah, kantor, atau dari manapun anda berada. Yang penting tersedia koneksi internet saja.

Adakah Sosok Warren Buffett di Indonesia?

Okay Pak Teguh, lalu kenapa judul artikel kali ini ‘Investor Paling Sukses Sekalipun Belum Tentu Merupakan Guru Terbaik’? Karena kalau dari pemaparan anda barusan, maka WB dalam hal ini merupakan investor paling sukses dan sekaligus guru dan mentor terbaik bukan? Well, itu karena sebelum penulis menulis artikel ini, saya kebetulan sedang surfing di YouTube ketika saya tidak sengaja menonton wawancara salah seorang konglomerat sukses Indonesia yang memang amat sangat kaya raya, dan punya banyak sekali perusahaan. Dan beliau sebelumnya memang sudah sering tampil entah itu di medsos atau televisi. Sehingga tidak hanya kaya raya, beliau juga merupakan tokoh terkenal di tingkat nasional.

Namun sama seperti video-video sebelumnya dimana bapak pengusaha ini berbicara, maka di video yang barusan penulis tonton, beliau lebih banyak memberikan petuah dan nasihat yang sifatnya umum yang sudah sering kita dengar di tempat lain, plus sedikit kisah motivasi. Jadi tidak ada informasi, strategi, serta hitung-hitungan rinci tentang bagaimana caranya mengakuisisi sebuah perusahaan, mengelolanya menjadi besar, lalu menjualnya pada harga yang berlipat-lipat lebih tinggi dibanding harga akuisisinya. Padahal jika kita sebagai orang biasa juga ingin menjadi sukses dan kaya raya seperti si bapak, maka materi teknis seperti itulah yang kita butuhkan.

Kemudian, tidak seperti WB yang senang berceramah tapi senang juga memberikan kuliah serta ilmu pengetahuan spesifik tentang dunia investasi dan ekonomi (karena memang WB pernah jadi dosen pengajar mata kuliah investment principles di Columbia University di tahun 1950-an), maka bapak pengusaha ini hanya senang memberikan motivasi saja, tapi tidak pernah menulis annual letter atau semacamnya. Tapi si bapak tidak sendirian: Beberapa tahun ini seiring dengan meningkatnya penggunaan media sosial, maka ada banyak tokoh-tokoh sukses yang memang sudah kaya raya dari sononya yang muncul entah itu di Instagram, YouTube, hingga TikTok. Dan memang para pengusaha super tajir ini tidak flexing seperti yang dilakukan crazy rich binomo atau anak oknum pejabat pajak itu, melainkan benar-benar memberikan banyak nasihat yang bermanfaat, dan gratis pula. Tapi sekali lagi, jarang ada yang bercerita secara rinci tentang bagaimana dan apa-apa yang ia kerjakan dalam membangun perusahaan-perusahaannya dari nol sampai sebesar sekarang. Para pengusaha besar ini lebih mirip ustadz atau motivator yang menciptakan kutipan-kutipan inspiratif, ketimbang dosen pengajar di universitas.

Sehingga inilah yang penulis maksud dengan, investor paling sukses belum tentu merupakan guru terbaik. Karena meski nasihat seperti 'never give up bla bla bla' itu bagus, tapi kita butuh lebih dari itu jika ingin serius belajar untuk menjadi seorang investor.

Okay Pak Teguh, jadi bagaimana tipsnya kalau kita ingin belajar tentang investasi saham? Ya carilah mentor yang memang menjelaskan secara detail serta terstruktur tentang investasi itu sendiri lengkap beserta contoh-contoh praktiknya. Jadi bukan sekedar kasih nasihat kamu harus begini kamu harus begitu. Tapi mungkin penulis bisa tambahkan sedikit lagi: Carilah mentor yang ia sendiri memang terbukti sudah sukses, namun kesuksesannya berada pada level yang tidak terlalu tinggi, dimana kita sendiri merasa realistis untuk mencapai level kesuksesan tersebut. Contohnya? Warren Buffett ketika masih sangat muda dulu di tahun 1960-an, dimana ia ketika itu juga mulai berinvestasi dari nol banget, jadi sama sekali belum menjadi multi-millionaire apalagi billionaire seperti sekarang. Jadi kalau anda baca-baca lagi annual letter yang ditulis WB ketika itu, maka ada banyak sekali metode investasinya yang berbeda 180 derajat dibanding metodenya saat ini, yakni ketika ia sudah sangat kaya raya. Misalnya, jika dulu WB pegang saham selama beberapa bulan hingga 2 – 3 tahun sebelum kemudian dijual, maka sekarang ia bisa pegang saham yang sama selama 25 tahun atau lebih lama lagi. Bagi penulis sendiri yang hitungannya juga masih investor pemula (sampai dengan saat ini, saya baru 13 tahun di saham), maka cara berinvestasi WB ketika ia masih muda tersebut sangat related dengan apa-apa yang saya lihat dan saya alami di pasar saham Indonesia. Dengan kata lain, jika saya belajar cara investasinya WB pada saat ini, yakni ketika ia sudah memiliki kekayaan lebih dari $100 miliar, maka ‘materi kuliahnya’ tidak akan nyambung, karena aset kami di Avere Investama juga sama sekali belum sebanyak itu, seujung kukunya Opa Warren pun tidak.

Anyway, pada akhirnya seperti yang pernah saya tulis disini, mentor terbaik adalah pengalaman. Jadi meski kita bisa belajar dari siapa saja, entah itu pengajar profesional atau investor/praktisi investasi itu sendiri, tapi pada akhirnya yang menentukan sukses tidaknya kita di pasar saham adalah jika kita bisa belajar dari pengalaman melakukan buy, hold, and sell di pasar saham, entah itu dalam posisi profit atau loss. Dan penulis sendiri sampai hari ini masih terus menjadi murid dari guru bernama ‘pengalaman’ tersebut, yang kemudian saya share dalam bentuk tulisan di blog ini untuk nantinya saya baca sendiri. Jadi anda juga bisa melakukan hal yang sama.

Untuk minggu depan ada usul bahas saham apa? Saya gak mau bahas saham nikel btw.

***

Live Webinar Value Investing, Sabtu 6 Mei 2023, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email

Komentar

Anonim mengatakan…
Bahas batubara Pak, apakah bapak sudah melepas emiten batubara, atau malah ada nambah porsi di tahun 2023 ini dimana kinerja emiten batubara alltimehigh yang membuat potensi dividen yield begitu besar di 2023 ini
Arya mengatakan…
Bahas ADMF dan WOMF Pak. Dua perusahaan tersebut ROE nya cukup baik diatas 13% dan Pbv nya dibawah 1. Menurut Pak Teguh kinerja di tahun 2023 bagaimana Pak?
Earlia Franciska mengatakan…
Bahas emiten2 copper pak Teguh. Cadangan tembaga dunia dah mentok. Sementara drmand nya tinggi, copper dibutuhkan di berbagai industri ...apalagi dgn kecenderungan semakin banyaknya EV yg diproduksi
Unknown mengatakan…
Bahas hal yang happy aja pak. Misalnya strategi deviden hunter di musim deviden hehe
yan yan mulyana mengatakan…
pak teguh lah salah satu mentor terbaik buat yg belajar investasi di indonesia
btw bahas emiten air minum pak .
halim mengatakan…
Rokok, the big 2. HMSP dan GGRM
Anonim mengatakan…
Saham yg berhubungan dengan PEMILU

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)