Cara Menghitung Target Harga Wajar Saham: Contoh Kasus

Saya mau bertanya... Bagaimana caranya menentukan target harga suatu saham dan aspek apa saja yang dipergunakan dan perlu diperhatikan. Contoh Saat Pak Teguh membahas NISP. Pak Teguh menyebutkan kalau target harga sahamnya di 1,400. (saat itu NISP di 1280). Dan pernyataan Pak Teguh benar. NISP menyentuh harga 1,435. Kemudian turun sampai sekarang.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Q1 2024 sudah terbit, dan sudah bisa dipesan disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

***

Jawab:

Soal cara menghitung target harga wajar suatu saham sudah saya jelaskan lengkap di seminar disini. Bapak bisa tonton videonya disitu karena aspek-aspek yang diperhatikan cukup banyak.

Tapi sekarang kita ke contoh NISP, dan biar saya sederhanakan perhitungannya: Pada tahun penuh 2023, Bank OCBC NISP (NISP) mencetak laba bersih yang mencerminkan ROE 11.0%. Dalam situasi pasar normal, PBV wajar suatu saham adalah ROE dikali 10, jadi PBV wajar untuk NISP adalah 11% dikali 10, sama dengan 110%, sama dengan 1.1 kali, setara harga saham Rp1,800 jika berdasarkan ekuitasnya di tahun penuh 2023 tersebut.

Namun seperti berkali-kali saya jelaskan di EIP dan juga di banyak kesempatan, situasi pasar saat ini tidak normal/cenderung turun, dan di sisi lain saham NISP ini kurang likuid, serta banknya kurang populer/tidak digunakan oleh banyak orang seperti misalnya BBCA atau BBRI. Kemudian kinerja perusahaan di masa lalu juga kurang bagus dimana labanya baru naik dua tahunan terakhir ini saja (2022 dan 2023). Karena itulah kita harus diskon harga wajarnya dari PBV 1.1 kali menjadi kurang lebih 0.9 kali saja, setara harga saham Rp1,400.

Kemudian di Q1 2024, kinerja NISP sebenarnya masih bagus dimana labanya lanjut naik, dan ROEnya disetahunkan 12.7%, sehingga PBV wajarnya bisa kita naikkan menjadi 1.0 kali, setara harga saham 1,600. Namun karena sekarang ini saham bank yang lebih besar seperti BBRI, BMRI, BBNI sedang turun semua, maka perhatian investor pasti akan lebih tertuju ke BBRI dkk tersebut, jadi untuk sementara ini NISP dan juga saham bank-bank menengah lainnya gak akan naik dulu karena hanya ada sedikit investor yang beli, dan malah bisa turun (meski gak akan banyak juga turunnya karena sekali lagi, kinerjanya masih bagus).

Sehingga dari sini kita bisa lihat bahwa faktor eksternal, dalam hal ini situasi pasar dimana saham lain (BBRI dkk) sedang turun, maka itu juga bisa mempengaruhi harga suatu saham. Mungkin perlu juga saya tambahkan bahwa meski prediksi saya untuk NISP terbilang akurat, tapi ada banyak saham lainnya di EIP yang entah itu naik lebih tinggi dari targetnya, atau tidak pernah mencapai target tersebut/malah turun, dan itu adalah karena adanya faktor-faktor eksternal seperti ini, yang memang sangat sulit diprediksi apakah akan terjadi atau tidak (dan kalau terjadi, kapan). Maka dari itu penting untuk menerapkan diversifikasi serta money management untuk menurunkan risiko, untuk tidak all in hanya di satu atau dua saham. Semoga bermanfaat.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Q1 2024 sudah terbit, dan sudah bisa dipesan disini. Gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Kuartal II 2024 - Terbit 8 Agustus

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 24 Agustus 2024

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Prospek IPO Barito Renewables Energy (BREN): Lebih Cuan dari PGEO?