Prospek Saham Elang Mahkota Teknologi (EMTK): Profit Dari Saham GRAB?

PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk (EMTK) melaporkan laba bersih Rp3.6 triliun di Q1 2025, lompat sangat tinggi (empat belas kali lipat) dibanding periode yang sama tahun 2024 sebesar Rp259 miliar, dan alhasil di hari Jumat 2 Mei kemarin sahamnya lompat 8.4% ke posisi Rp580. Kemudian meski kenaikan laba bersih tersebut lebih karena adanya pendapatan lain-lain, jadi bukan dari operasionalnya, tapi justru pendapatan lain-lain inilah yang kalau kita analisa lebih lanjut maka akan diperoleh kesimpulan bahwa saham EMTK punya potensi naik lebih tinggi lagi. Nah, kok bisa?

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi Q1 2025 akan terbit tanggal 8 Mei, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 8 Mei, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

***

EMTK, seperti yang mungkin anda ketahui, merupakan perusahaan holding pemilik dua stasiun televisi besar di Indonesia, yakni SCTV dan Indosiar, namun cakupan bisnis perusahaan sejatinya jauh lebih luas dari itu. Sejarah Emtek dimulai pada tahun 1983 ketika sang founder, Bapak Eddy Kusnadi Sariaatmadja, membuka usaha jual beli komputer dengan nama badan hukum PT Elang Mahkota Komputer, yang pada 1997 berubah nama menjadi PT Elang Mahkota Teknologi atau Emtek. Tahun 2002, Emtek banting setir ke industri media dengan mengakuisisi PT Surya Citra Televisi, pemilik stasiun tv free-to-air SCTV, melalui anak usahanya PT Surya Citra Media, yang pada tahun yang sama menggelar IPO dengan ticker SCMA. Lanjut pada tahun 2010, giliran Emtek itu sendiri yang IPO dengan ticker EMTK pada harga perdana Rp720, atau setara Rp72 per saham setelah memperhitungkan stocksplit 1:10 pada tahun 2021.

Kemudian di tahun 2011, EMTK berekspansi dengan mengakuisisi PT Indosiar Karya Mandiri, pemilik stasiun tv Indosiar. Lalu antara 2013 hingga 2020, perusahaan melebarkan sayapnya di luar industri televisi dengan mengakuisisi dan/atau setor modal di Rumah Sakit (RS) Usada Insani, RS Pertamedika Sentul, Home Tester Club, Bukalapak.com, meluncurkan aplikasi Vidio.com, mendirikan PT Estha Yudha Ekatama di bidang outdoor advertising, akuisisi dompet digital DANA, akuisisi layanan penjualan tiket bioskop TIX.id, akuisisi Kapanlagi.com, meluncurkan televisi satelit Nexparabola, dan mengakuisisi PT Sarana Meditama Metropolitan, Tbk (SAME), pemilik RS OMNI. Tahun 2021, PT Bulapak.com (BUKA) menggelar IPO pada market cap perdana Rp87.8 triliun, sehingga EMTK sebagai pemegang saham pengendali BUKA melalui anak usahanya, PT Kreatif Media Karya, otomatis memperoleh untung besar dimana EMTK melaporkan laba bersih Rp6.1 triliun di tahun 2021 tersebut, lompat tinggi dibanding Rp1.7 triliun di tahun sebelumnya, karena adanya ‘laba penyesuaian perubahan entitas asosiasi’ dari nilai pasar BUKA setelah IPO, sebesar Rp5.8 triliun.

Jadi setelah tahun 2021 itulah, EMTK lebih gencar lagi berinvestasi kesana kemari, termasuk mengakuisisi perusahaan jasa pendukung penerbangan, PT Cardig Aero Services, Tbk (CASS). Hingga pada hari ini, EMTK memiliki portofolio yang terbagi dalam enam segmen: Media (SCTV, Indosiar, Mentari TV), layanan kesehatan (RS Grha Kedoya, RS EMC), content & production house (Sinemart, RANS Entertainment), media digital (Vidio.com, Kapanlagi.com), jasa pendukung penerbangan (melalui CASS), dan bisnis digital (Bukalapak, Indopay) termasuk Bank FAMA yang kemudian diubah namanya menjadi Superbank Indonesia. Alhasil, meski nama ‘Emtek’ mungkin tidak sepopuler grup konglomerasi lainnya di BEI seperti misalnya Astra Internasional (ASII) atau Saratoga Investama (SRTG), namun Emtek sejatinya juga merupakan salah satu perusahaan investasi terbesar di tanah air, dengan kepemilikan saham yang tersebar di banyak perusahaan private dan juga Tbk.

Portofolio investasi milik Grup Emtek. Klik gambar untuk memperbesar

Kemudian sejak tahun 2021 lalu, EMTK juga berinvestasi di PT Grab Teknologi Indonesia, yang merupakan pemilik dan operator layanan taksi/ojek online Grab di Indonesia. Dan disinilah menariknya. You see, setelah perusahaan sukses meng-IPO-kan Bukalapak dan profit besar dari situ, maka saham EMTK juga ikut terbang tinggi dari hanya 450 hingga sempat tembus 3,000 di bulan April 2022, thanks to lompatan labanya menjadi Rp6.1 triliun di tahun 2021, seperti yang sudah disebut di atas. Namun memasuki tahun 2022, laba EMTK turun menjadi Rp5.4 triliun, salah satunya karena penurunan harga saham Bukalapak, dan berbalik menjadi rugi Rp774 miliar di tahun 2023. Maka tidak heran jika sahamnya kemudian terjun bebas hingga akhirnya mentok di 350, pada April 2024. Memasuki 2024, EMTK kembali mencetak laba Rp1.5 triliun, dan sahamnya pelan-pelan naik lagi ke posisi sekarang di 500-an. Dan pada Q1 2025 barusan, maka seperti disebut di atas, EMTK sukses cetak laba Rp3.6 triliun hanya di periode Januari – Maret saja, meski itu termasuk pendapatan lain-lain sebesar Rp3.4 triliun, dengan rincian laba atas investasi Rp2.5 triliun, dan laba atas akuisisi entitas anak Rp903 miliar.

Nah, jadi kalau pendapatan lain-lain itu dianggap tidak ada, maka laba EMTK sejatinya kecil saja dong? Well, tunggu dulu, karena ingat sekali lagi bahwa EMTK ini memang perusahaan investasi, dimana meski betul perusahaan punya SCTV, Indosiar dll yang menghasilkan pendapatan serta laba operasional, namun EMTK memperoleh keuntungan terbesarnya dari akuisisi saham atau perusahaan yang di kemudian hari terapresiasi/harganya naik, atau ketika perusahaan sukses meng-IPO-kan anak usahanya. Contohnya ya investasi Emtek di Bukalapak, seperti yang sudah dijelaskan di atas.

Dan Bukalapak tidak menjadi satu-satunya cerita sukses perusahaan, melainkan masih ada setidaknya dua lagi, yang akan kita bahas disini sebagai berikut: Yang pertama adalah akuisisi 1.1 miliar lembar CASS pada harga Rp820 per saham, dan harga saham CASS itu sendiri di Bursa Efek Indonesia sekarang mencapai Rp1,950, jadi bisa dihitung sendiri keuntungannya berapa. Dan meski keuntungan disini memang bisa dikatakan hanya di atas kertas, karena EMTK sebagai pemegang saham pengendali CASS tidak akan menjual kembali sahamnya ke publik, namun CASS itu sendiri memang memiliki track record kinerja fundamental yang amat sangat bagus dengan ROE lebih dari 50%, sehingga layak untuk investasi jangka panjang.

Lalu kedua, pada tahun 2021 Emtek berinvestasi di 5.9% saham PT Grab Teknologi Indonesia (GTI), dengan opsi bahwa saham tersebut bisa dikonversi menjadi saham Grab Holdings Ltd (GRAB), yang merupakan perusahaan induk dari GTI. Masih di tahun yang sama, GRAB menggelar IPO di Bursa Nasdaq, dan EMTK mengeksekusi opsi diatas sehingga perusahaan memiliki 79 juta lembar saham GRAB. Lalu antara Januari – Maret 2025, EMTK menjual 27 lembar saham GRAB di pasar saham US senilai Rp2.2 triliun, dan dari sinilah salah satunya perusahaan kemudian mencatat ‘laba atas investasi’, dimana di laporan arus kasnya EMTK memang ada terima tunai sebesar Rp2.2 triliun. Atau dengan kata lain, laba atas investasi itu bukan sekedar pembukuan melainkan beneran ada uangnya, dan jangan lupa EMTK saat ini juga masih pegang saham GRAB sebanyak 52 juta lembar, senilai Rp3.9 triliun (berdasarkan harga saham GRAB itu sendiri di Bursa Nasdaq yakni $4.53 per tanggal 31 Maret 2025). Sehingga jika harga saham GRAB kedepannya akan naik, dan prediksinya memang demikian, maka EMTK akan kembali meraup keuntungan dari investasinya di GRAB tersebut.

Penjelasan investasi EMTK di saham GRAB

Kesimpulannya, well, penulis perkirakan bahwa kinerja laba bersih EMTK memang akan bertumbuh di sepanjang tahun 2025 ini dibanding tahun 2024 lalu, yakni karena hal-hal yang sudah dijelaskan diatas, ditambah saham Bukalapak itu sendiri harusnya sudah tidak akan turun lebih rendah lagi, yakni karena aplikasi Bukalapak itu sendiri sudah ditutup (masih ada sih, tapi sekarang cuma jualan pulsa) sehingga perusahaan gak harus bakar duit lagi, ditambah market cap BUKA yang Rp15.2 triliun itu (berdasarkan harga saham Rp147) sudah lebih kecil dibanding ekuitasnya sebesar Rp23.5 triliun, termasuk kas dan investasi jangka pendek senilai Rp18.0 triliun (hasil IPO-nya dulu). Dan memang BUKA itu sendiri di Q1 2025 sukses cetak laba Rp110 miliar setelah sebelumnya rugi terus, meski perlu dicatat bahwa laba tersebut sebagian besar merupakan bunga deposito dan keuntungan investasi lainnya, yang berasal dari aset kasnya yang jumbo itu tadi.

Anyway balik lagi ke EMTK, dan sekarang kita ke valuasi sahamnya, yang menjadi sangat atraktif setelah LK Q1 2025-nya rilis dengan PER 2.4x dan PBV 0.9x, berdasarkan harga saham 580. Dan meski PER yang 2.4x tersebut mungkin tidak tepat, yakni karena belum tentu perusahaan akan kembali cetak laba atas investasi sebesar Rp2.5 triliun itu tadi di kuartal-kuartal selanjutnya, namun PBV 0.9x jelas terhitung murah. Jadi jika semuanya berjalan sesuai ekspektasi dimana saham GRAB naik (bukan di BEI tapi di Nasdaq, baca lagi analisanya disini), CASS naik, dan BUKA juga naik (atau setidaknya tidak turun lebih lanjut), maka kinerja laba serta saham EMTK juga akan ikut naik, mungkin bisa sampai ke 1,000. Risikonya disini adalah jika saham-saham yang disebutkan barusan justru turun, tentu saja. Namun mengingat ketiga saham tersebut mampu untuk naik sendiri dalam enam bulan terakhir ketika IHSG dan juga Indeks Nasdaq justru jeblok, yang mana kenaikan tersebut bisa dijelaskan secara fundamental, maka penulis menganggap risiko di EMTK lebih kecil dibanding reward-nya, terutama jika anda bisa beli sahamnya pada harga 500 - 550. Nah, tertarik untuk masuk?

***

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 10 Mei 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q1 2025 - Terbit 8 Mei 2025

Video Terbaru How to Invest in US Stocks - 2025

Live Webinar Value Investing in US Stocks, Sabtu 24 Mei 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 10 Mei 2025

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?