Investor Saham Asetnya Sudah Miliaran, Kenapa Masih Stress?
Beberapa waktu lalu penulis posting pertanyaan berikut di Instagram: Pilih ada di posisi mana? A. Sedih karena rugi Rp500 juta (5%) dari modal Rp10 miliar, sehingga sekarang sisa Rp9.5 miliar, atau B. Happy karena profit Rp70 juta (70%) dari modal Rp100 juta, sehingga sekarang pegangnya Rp170 juta. Think about it. Anda bisa cek postingannya disini.
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q2 2025 sudah terbit dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.
***
Dan postingan tersebut memperoleh jawaban yang sangat beragam, banyak yang pilih A tapi tidak sedikit pula yang pilih B. Penulis sendiri sudah menyampaikan di postingannya bahwa itu adalah pertanyaan trik psikologis, sehingga dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar ataupun salah. Nah, jadi dalam kesempatan kali ini biar saya sampaikan penjelasan, termasuk jawaban versi penulis sebagai seorang investor itu sendiri, atas pertanyaan tersebut.
Pertama, kalau anda perhatikan lagi pertanyaannya maka terdapat setidaknya tiga poin penting, masing-masing dengan dua kondisi yang berlawanan:
- Situasinya, antara profit dan rugi,
- Feeling yang kemudian timbul, antara sedih (atau stress, cemas, was-was), dan happy, dan
- Nilai modal uangnya, antara besar (Rp10 miliar) dan kecil (Rp100 juta).
Nah, idealnya tentu kita akan memilih tiga kondisi yang semuanya positif: Profit, happy, dan modalnya juga besar. Tapi di pertanyaannya penulis memberikan dua pilihan jawaban yang sama-sama tidak lengkap: A. Rugi, sedih, tapi sisa modalnya masih banyak Rp9.5 miliar, atau B. Profit, happy, tapi modalnya kecil saja. Jadi pilih yang mana?
Lalu kedua, sebelum kita ke jawabannya, mungkin perlu penulis sampaikan terlebih dahulu bahwa akan lebih tepat jika pertanyaan tersebut diajukan ke orang/investor yang pernah mengalami dua-duanya. Dan penulis termasuk salah satu investor tersebut, dimana dulu ketika masih pemula saya pernah hanya mengelola Rp100 juta atau kurang (bahkan kurang dari Rp10 juta juga pernah, dulu di tahun 2010), dan beberapa tahun kemudian saya sudah pegang Rp10 miliar, dan pada hari ini tentunya sudah lebih dari itu. And here’s the catch: Entah itu ketika dulu pegang Rp100 juta atau sekarang sudah (lebih dari) Rp10 miliar, tapi situasi profit dan rugi, sedih dan happy, itu selalu datang silih berganti. Tidak pernah, dan saya katakan sekali lagi, tidak pernah kita berada dalam situasi yang profit terus menerus, atau sebaliknya rugi terus menerus. Contoh sederhana, misal kita beli saham A di harga Rp1,000 dan sebulan kemudian naik ke Rp1,200, tapi seminggu setelah itu turun lagi ke Rp1,150. Maka jika dihitungnya dari harga Rp1,200 tersebut, kita bisa dikatakan rugi 50 perak bukan? Meskipun kalau dihitung dari harga modalnya di Rp1,000, maka kita sejatinya masih profit. Tapi pada moment inilah kita biasanya mulai mikir, tau gitu kemarin aku jual sahamnya di harga Rp1,200! Tapi sayangnya anda tidak menjualnya.
Alhasil, meski anda mungkin akan tetap merasa happy karena posisinya secara keseluruhan masih profit, tapi sedikit banyak anda juga akan merasa sedih karena profitnya tidak maksimal, got it? Di sisi lain, katakanlah beberapa waktu kemudian saham A itu kembali naik dari Rp1,150 hingga Rp1,300, dan tentu saja anda menjadi happy lagi. Tapi lagi-lagi setelah itu saham A turun, sehingga anda merasa sedih sekali lagi. Dan demikian seterusnya, rasa sedih dan happy itu akan timbul silih berganti setiap hari, tanpa henti.
Kemudian, anda mungkin berpikir bahwa berbeda dengan investor pemula yang memang biasanya emosinya masih labil, investor berpengalaman harusnya sudah tidak lagi mengalami fase sedih dan happy ini, tapi biar penulis katakan bahwa itu kurang tepat, karena apa? Karena semakin tinggi jam terbang anda sebagai investor, maka normalnya semakin besar pula nominal dana yang anda kelola, yakni karena akumulasi keuntungan selama bertahun-tahun. Jadi betul, sebagai investor kawakan, anda mungkin pada hari ini sudah tidak akan deg-degan lagi kalau misalnya rugi Rp10 juta, yang mana itu setara 10% jika modalnya Rp100 juta. Tapi masalahnya dana kelolaan anda hari ini bukan lagi Rp100 juta melainkan Rp1 miliar, yang itu artinya rugi 10% itu sama dengan rugi Rp100 juta, bukan lagi hanya Rp10 juta! Nah, jadi apakah anda bisa tetap hepi-hepi saja jika sudah kena rugi sebesar itu? Dan kalau suatu hari nanti anda sudah mampu bersikap ‘biasa-biasa saja’ ketika kena rugi Rp100 juta, maka mungkin pada saat itu dana kelolaan anda sudah mencapai Rp10 miliar, sehingga ruginya yang 10% itu juga naik lagi menjadi Rp1 miliar, dan alhasil anda tetap merasa deg-degan lagi. Demikian seterusnya.
Jadi apa jawabannya?
Nah, jadi kembali ke pertanyaannya: Pilih A atau B? Maka jawabannya pilih A, karena situasi dimana anda rugi Rp500 juta itu hanya sementara, dan alhasil perasaan sedih yang kemudian timbul juga hanya sementara. Tapi beda ceritanya dengan modal Rp10 miliar tadi (atau sekarang tersisa Rp9.5 miliar) yang bersifat lebih permanen, dan teramat sangat kecil kemungkinannya untuk terus berkurang hingga tinggal tersisa Rp170 juta. Di sisi lain jika anda pilih B, maka meski anda tentu saja akan happy karena sukses profit 70%, tapi ingat bahwa rasa happy yang anda rasakan itu bisa seketika berbalik jadi sedih sewaktu-waktu. Tapi, okay, katakanlah anda lebih sering profit dibanding rugi, sehingga anda juga lebih sering happy ketimbang sedih. Maka tetap saja modal anda yang Rp170 juta tersebut akan butuh waktu puanjaaaaaaaang hingga bertahun-tahun, atau lebih lama lagi, agar bisa terus bertumbuh hingga menjadi miliaran Rupiah.
Sehingga, meski tadi disebutkan bahwa tidak ada jawaban yang benar ataupun salah, namun jika anda menyadari bahwa feeling is temporary, asset value is (more) permanent, maka anda juga akan pilih A. Nah, tapi sekarang kita ke realitanya: Tidak ada seorangpun investor di dunia ini yang benar-benar bisa memilih A atau B, dimana kalau anda misalnya hanya mengelola Rp100 juta, maka bagaimana caranya agar dana tersebut berubah menjadi Rp10 miliar dalam sekejap? Atau kalau anda sekarang sudah pegang Rp10 miliar tapi kemudian terdapat pilihan C, dimana anda rugi 10% dari modal Rp1 triliun sehingga tinggal tersisa Rp900 miliar, maka tentu anda akan ambil pilihan C tersebut. Tapi sekali lagi, gimana caranya agar modal anda yang ‘cuma’ Rp10 miliar itu tumbuh seketika menjadi Rp1 triliun? Mau nunggu sampai DPR bubar sekalipun, itu sangat-sangat sulit untuk tercapai.
Karena itulah, kalau anda termasuk yang memilih B, maka itu juga bukan jawaban yang keliru. Karena bagi sebagian besar investor di pasar modal, aset Rp10 miliar itu hanya angan-angan, yang meski bukan mustahil bisa tercapai, tapi pada praktiknya itu akan butuh waktu sangat panjang. Jadi beda dengan profit sebesar 70% yang sangat riil dan bisa langsung dicapai oleh siapa saja, termasuk mereka yang modalnya cuma Rp1 – 2 juta sekalipun. Dan nyatanya, mau itu nilai keuntungannya setara jutaan atau miliaran Rupiah, tapi kalau anda profit 70% dalam sekejap, happy-nya tetap sama!
Nah, tapi berhubung penulis pernah berada dalam posisi kedua-duanya, maka saya bisa kasih masukan sebagai berikut. Pertama, bagi anda yang berada di posisi profit 70% dari modal Rp100 juta, then go ahead, enjoy your moment and celebrate, misalnya dengan makan-makan di resto bareng keluarga. Tapi setelah itu maka segera fokus lagi, tidak hanya untuk menumbuhkan profitnya agar lebih besar lagi, tapi juga jaga-jaga agar profit yang diperoleh tidak kembali berkurang. Just remember bahwa perjalanan masih panjang, sampai akhirnya anda nanti akan mencapai financial freedom.
Lalu kedua, bagi anda yang berada di posisi rugi 5% dari modal Rp9.5 miliar, maka kabar buruknya, feeling sedih yang sekarang anda rasakan itu akan tetap muncul bahkan jika suatu hari nanti anda pegang Rp1 triliun, karena balik lagi: Kita gak mungkin akan profit terus setiap hari. Tapi kabar baiknya, justru rasa sedih itulah yang membuat rasa happy yang akan anda peroleh di kemudian hari, yakni ketika saham anda naik dan anda profit lagi, terasa lebih nikmat. Sama seperti kalau anda makan dalam kondisi lapar setelah berpuasa seharian, maka rasanya jauh lebih enak dibanding ketika anda makan dalam kondisi kenyang bukan? In fact, inilah alasan kenapa investor angkatan lawas seperti Warren Buffett itu tidak hanya kaya raya, tapi juga panjang umur serta sehat walafiat.
Jadi, yep, silahkan menangis di dalam mobil sport yang dulu hanya bisa
anda impikan itu 😁 Tapi setelah itu get your shit together, lalu mulai
menganalisa serta menyusun strategi lagi, karena hanya dengan cara itulah anda
akan profit lagi, dan tentu saja feeling happy itu juga akan kembali lagi.
Semoga lancar!
***
Hingga akhir Juli, Avere Investama US Stocks mencatat profit +38.8% dihitung sejak awal tahun 2025. Untuk melihat saham-saham apa saja yang kami pegang bisa ikut channel telegram USC disini. Gratis konsultasi dan tanya jawab saham US untuk member, dan tersedia diskon untuk member baru.
Komentar