Harga Emas Masih Bisa Naik Lagi?
Pak Teguh beberapa bulan lalu saya ada ikut bapak beli saham Hartadinata Abadi (HRTA), dan Alhamdulillah profit, tapi sekarang saya justru bingung kapan jualnya, karena sepertinya pergerakan saham HRTA ini sangat mengikuti naik turunnya harga emas. Contohnya hari ini HRTA turun -4% dari 735 ke 705, setelah semalam harga emas turun -2%. Sedangkan seingat saya bapak pernah bilang harga emas akan turun lagi. Jadi saya sebaiknya tetap hold HRTA atau profit taking? Mohon pencerahannya.
***
Ebook
Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham
pilihan edisi Q2 2025 sudah terbit dan sudah bisa dipesan
disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.
***
Jawab:
Pertama-tama kita ke update fundamental dari HRTA, dan kabar baiknya sampai dengan Q2 2025 barusan perusahaan masih mencatat kinerja yang bertumbuh dimana laba bersihnya naik hampir 70%, dan ROE-nya sekarang tembus 27% disetahunkan, which is salah satu yang terbaik di BEI. Jadi meski sahamnya sudah naik dari 400-an setahun lalu hingga sekarang 700-an, tapi karena kinerjanya juga sama bertumbuh maka valuasinya pada harga saham 705 masih undervalued dengan PER 4.7x, dan PBV 1.3x. Kemudian, kinerja HRTA masih tumbuh signifikan terutama karena adanya pembelian emas batangan alias logam mulia (LM) senilai Rp7.7 triliun dari PT Pegadaian, dan PT Pegadaian Galeri 24, dimana barulah oleh PT Pegadaian emas LM tersebut dijual lagi ke pembeli ritel, baik itu secara tunai maupun melalui program ‘cicil emas’. HRTA sebagai supplier sudah mengamankan kontrak penjualan LM da ke PT Pegadaian sampai setidaknya tanggal 13 Januari 2026, jadi bisa kita asumsikan bahwa pendapatan serta laba bersih perusahaan akan tetap tumbuh sampai akhir tahun 2025 nanti. Dan ini belum termasuk penjualan perhiasan emas oleh HRTA secara langsung ke pembeli, yang omzet-nya juga meningkat pesat seiring kenaikan harga emas dalam dua tahun terakhir (dari $1,800 di tahun 2023 lalu, menjadi sekarang $3,400 per ounce).
Kedua, betul bahwa terlepas dari kinerjanya yang sangat baik, namun kenaikan saham HRTA sejauh ini kemungkinan lebih karena didorong oleh sentimen kenaikan harga emas ketimbang kinerjanya itu sendiri, bisa dilihat dari harga sahamnya yang setelah naik sampai tembus 700, bulan April 2025 lalu, maka kesininya dia cenderung sideways di rentang 600 – 700. Menariknya, harga emas juga untuk pertama kalinya tembus $3,400 per oz pada bulan April tersebut, sebelum kemudian bergerak mendatar di rentang $3,200 – 3,400, sampai sekarang. Dari pergerakan yang nyaris identik ini maka kita bisa simpulkan bahwa, jika besok-besok harga emas turun ke $3,000 atau lebih rendah, maka saham HRTA juga bisa turun ke 600, atau lebih rendah.
Dan betul saya sendiri di bulan April lalu sempat kasih warning di Instagram, yang intinya mengingatkan orang-orang untuk jangan FOMO beli emas, sehingga secara tidak langsung menyebut bahwa harga emas, yang ketika itu hit $3,400 per oz untuk pertama kalinya, akan turun lagi. Alasannya adalah karena pada saat itu euforia emas benar-benar terasa literally everywhere, dan itu biasanya merupakan sinyal bahwa harga emas itu sendiri sudah mencapai puncaknya, sebelum kemudian dia bakal turun lagi.
Nah, tapi pada hari ini atau empat bulan kemudian, maka saya memperhatikan sebagai berikut: Harga emas memang belum naik lagi dihitung sejak bulan April tersebut, dan bahkan sempat turun sejenak ke $3,200, tapi setelah itu naik lagi. Kemudian antara April sampai Agustus, terdapat tiga kali momen dimana harga emas naik ke level tertinggi yang kurang lebih sama, yakni $3,434 pada 21 April, $3,432 pada 13 Juni, dan $3,431 pada 22 Juli (cek disini). Dalam analisa teknikal ini disebut triple top pattern, dan ini menunjukkan bahwa harga emas selanjutnya akan turun, karena dia sudah tiga kali mencoba naik hingga tembus level harga yang sama, namun tiga-tiganya gagal.
Sehingga kalau kita sepenuhnya melihat teknikal saja, maka prediksinya masih sama, yakni bahwa harga emas akan turun. Nah, tapi saya kemudian melihat satu faktor penting lagi: Pada tanggal 4 Juli 2025 kemarin, Pemerintah US mengesahkan RUU APBN yang disebut dengan Big Beautiful Bill, dimana intinya Pemerintah US akan belanja senilai total $3.4 triliun dalam 10 tahun ke depan, dan akan menyebabkan defisit anggaran melebar hingga senilai total $2.8 triliun selama 10 tahun tersebut. Pertanyaannya, bagaimana Pemerintah US akan membiayai defisit tersebut? Ya salah satunya dengan cara cetak uang Dollar baru, sama seperti dulu ketika mereka meluncurkan paket stimulus senilai sekian triliun Dollar di tahun 2020 – 2021 untuk mengatasi krisis ekonomi karena pandemi Covid, maka sebagian besar uangnya berasal dari cetak Dollar baru oleh The Fed. Anda bisa baca lagi ceritanya disini.
Jadi dengan disahkannya RUU di atas maka bisa dipastikan jumlah uang US Dollar beredar akan meningkat, dan memang kalau kita cek data United States M2 Money Supply, angkanya meningkat signifikan dari $21.7 triliun di bulan Maret menjadi $21.9 triliun di bulan April 2025 ketika RUU-nya disahkan (naik sekitar $200 miliar), dan kembali naik menjadi $22.0 triliun berdasarkan data terakhir di bulan Juni 2025. Anda bisa cek datanya disini.
Kemudian, betul bahwa uang Dollar baru tersebut awalnya akan digunakan Pemerintah US untuk belanja anggaraan pertahanan dll, tapi pada akhirnya uangnya akan menyebar ke masyarakat di seluruh dunia, dan mereka akan menggunakan uang Dollar tersebut untuk membeli aset tertentu. Salah satunya? Yup, tentu saja: Emas. Sehingga, meski tentunya akan ada jeda waktu, tapi pada titik ini terdapat peluang bahwa harga emas akan naik lagi, mungkin bisa ke $3,700. Dan jika itu yang terjadi, maka saham-saham yang berhubungan dengan emas, termasuk HRTA, juga akan naik lagi.
Sudah tentu, prediksi seperti ini bisa saja keliru, dimana bukan tidak mungkin harga emas justru turun. Tapi terkait HRTA maka balik lagi ke aspek fundamental: Kinerja perusahaan masih bertumbuh, minat masyarakat untuk berinvestasi di emas masih sangat tinggi (jadi kalau harganya turun maka mereka mungkin akan beli lebih banyak lagi), dan HRTA juga rutin bayar dividen, terakhir sebesar Rp21 per saham di bulan Juni 2025. Sehingga kalau harga emas turun dan saham HRTA juga turun ke misalnya 600, maka itu bisa merupakan kesempatan untuk tambah posisi, karena dalam hal ini kinerja fundamental serta prospeknya tidak berubah: Masih cerah.
Jadi kesimpulannya, bapak bisa hold saja. Atau kalaupun tetap
ingin profit taking maka jual sebagian lalu selebihnya tetap di-hold, karena
kalau berdasarkan kinerjanya saat ini maka kita bisa naikkan target harga HRTA
menjadi setidaknya 900, setara PER 5.9x dan PBV 1.6x. Semoga lancar!
***
Ebook Market Planning edisi Agustus 2025 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.
Komentar