Pelat Timah Nusantara

Pelat Timah Nusantara alias Latinusa (NIKL) adalah salah satu emiten di BEI yang mencetak peningkatan laba bersih yang signifikan pada 1H10 dibandingkan dengan 1H09, yaitu mencapai 480.9%, atau hampir 5 kali lipatnya. Karena angka tersebut tentunya tampak fantastis, maka mungkin sebagian dari anda kepincut sama saham yang satu ini. NIKL menerbitkan laporan keuangannya pada tanggal 27 Juli, ketika itu sahamnya berada di posisis 315. Tapi kenapa kok sejak tanggal tersebut, saham NIKL tidak jua naik? Ketika artikel ini ditulis, NIKL berada di posisi 305.

Secara keseluruhan, kinerja NIKL pada 1H10 memang meningkat cukup tajam dibanding 1H09. Mungkin itu berkat masuknya investor asal Jepang, Nippon Steel, yang membeli NIKL dari PT Krakatau Steel pada akhir tahun 2009 lalu. Sekarang coba kita lihat dari neracanya dulu.


Aset NIKL meningkat 83.0% menjadi 861 milyar yang sebagian besar berasal dari peningkatan ekuitas sebesar 97.1% dari 237 milyar menjadi 468 milyar. Peningkatan ekuitas tersebut terutama berasal dari tambahan modal disetor sebesar 108 milyar. Utang NIKL juga bertambah, meski lebih kecil dari peningkatan ekuitas, yaitu 68.7% dari 233 milyar menjadi 394 milyar.

Jika anda membaca paragraf diatas dengan baik, maka anda akan menemukan bahwa Nippon Steel menyuntikkan dana ke NIKL sebagian besar dalam bentuk tambahan modal disetor, sementara dana dalam bentuk utang tidak begitu besar, sehingga posisi utang NIKL tetap lebih rendah dari ekuitasnya, malah menjadi lebih rendah lagi. Pada 1H10, DER NIKL adalah 0.84 kali (jumlah utang NIKL adalah 84% ekuitasnya, alias lebih kecil). Angka tersebut lebih baik dari 1H09 yang mencapai 0.98 kali. So, sejauh ini akuisisi Nippon Steel terhadap NIKL berdampak cukup positif terhadap perusahaan.

Berkat peningkatan aset tersebut, kinerja NIKL menjadi lebih produktif. Produksi tin plate perusahaan pada 1H10 adalah 58.6 ribu ton, naik 58.2% dibanding 1H09. Penjualan tin plate juga naik 37.6%. Alhasil, pendapatan perusahaan naik 131.9%, laba usahanya naik 167.7%, dan laba bersihnya naik 480.9%. Cukup menjanjikan, sebab peningkatan laba bersih tersebut memang berasal dari peningkatan kinerja secara operasional (peningkatan pendapatan dan efisiensi pengeluaran), bukan dari pendapatan yang hanya berupa pembukuan.

Sekarang kita cek sahamnya. Laba bersih NIKL yang naik cukup besar tersebut menyebabkan PER-nya pada harga 305 menjadi hanya 6.9 kali. Cukup murah? Memang. Dengan rasio profitabilitas NIKL yang juga meningkat, dimana ROA dan ROE-nya menanjak menjadi masing-masing 12.8% dan 23.6% dari sebelumnya hanya 4.0% dan 8.0%, maka NIKL kini memiliki fundamental yang cukup kuat. Harga sahamnya pada 305 boleh dikatakan murah secara fundamental.

So, semuanya tampaknya bagus. Lantas kenapa saham NIKL seperti tidak mau naik sepanjang bulan agustus ini?

Meski bagus secara fundamental, NIKL hanya perusahaan berukuran kecil dengan total aset tidak sampai 1 trilyun (kecil disini dalam artian untuk ukuran perusahaan yang terdaftar di bursa, yang rata-rata asetnya mencapai trilyunan Rupiah). Nama perusahaannya juga kurang tenar dibandingkan induknya, PT Krakatau Steel. Saham emiten kecil seperti NIKL biasanya hanya diminati oleh investor retail yang suka keluar masuk setiap saat, sehingga pola pergerakan sahamnya tidak secara konstan mengikuti garis linier, melainkan tak beraturan, karena lebih dipengaruhi oleh kabar terakhir yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan, daripada faktor teknikal maupun fundamentalnya. Kalau anda sering baca-baca rekomendasi saham yang ditulis di media, saham-saham yang direkomendasikan biasanya nggak jauh-jauh dari bluchip atau LQ45, karena saham-saham tersebut pergerakannya memang dipengaruhi oleh teknikal dan fundamentalnya. Sementara saham NIKL dan semacamnya, biasanya hanya direkomendasikan berdasarkan rumor atau informasi tertentu. Yup, kecuali jika dimasa depan NIKL bisa meningkatkan asetnya menjadi paling tidak 1 trilyun, maka untuk saat ini NIKL belum bisa dijadikan pilihan untuk long term, karena sahamnya sangat rawan (mudah dipengaruhi) sentimen pasar.

Nilai PBV NIKL yang diatas 1 kali (tepatnya 1.6 kali), juga menunjukkan bahwa ekuitas NIKL -meski sudah naik- namun masih terbilang kecil sehingga harga sahamnya pada 305 menjadi tidak terlalu murah kalau dilihat dari PBV-nya. Kalau Nippon Steel, atau stakeholder NIKL yang lainnya, ingin meningkatkan harga saham NIKL dalam waktu dekat, mungkin itu bisa dilakukan dengan cara kembali menambah modal disetor.

By the way, kabar terakhir yang keluar dari manajemen adalah bahwa penjualan tinplate mereka pada bulan September mendatang kemungkinan akan sedikit tertekan karena Hari Raya Idul Fitri, dimana sebagian besar pabrik kemasan kaleng yang menjadi konsumen mereka (NIKL kan jualan pelat timah yang menjadi bahan baku kaleng susu, biskuit, sarden, dll), sedikit mengurangi aktivitasnya, karena harus memberi libur kepada para karyawan yang pulang kampung. Penjualan tinplate diperkirakan baru akan kembali normal pada akhir September, setelah pabrik kaleng beroperasi secara normal.

Mungkin akan timbul pertanyaan: Kalau pabrik kaleng dalam negeri lagi libur, kenapa tidak coba jualan keluar negeri alias ekspor saja? NIKL memang lebih fokus untuk menjual produknya di dalam negeri, karena perusahaan agak kesulitan kalau harus bersaing dengan produsen tin plate asing. (http://web.bisnis.com/bursa/emiten/1id200734.html). Untungnya, pasar domestik juga cukup bagus.

Biasanya kalau emiten kecil terkena berita yang tidak bagus seperti itu, maka sahamnya akan langsung jatuh. Beruntung, NIKL ditopang oleh fundamentalnya yang kuat sehingga sahamnya tidak sampai jatuh, melainkan hanya tertahan di posisi 300-an. Namun untuk bisa menguat, maka mungkin harus menunggu setelah selesai libur lebaran nanti, dimana mungkin manajemen akan mengeluarkan pengumuman seperti ini: Penjualan pelat timah kembali menanjak seiring meningkatnya permintaan dari pabrik-pabrik kaleng.

Kalau anda lagi iseng, NIKL sebenarnya juga bisa memberikan keuntungan yang lumayan dalam jangka pendek. Misalnya anda masuk di 300 dan keluar di 310 pada hari yang sama. Itu berarti gain 3.30% (belum termasuk dipotong fee broker). Dan karena NIKL termasuk sulit untuk turun lebih rendah dari 300, maka resikonya juga relatif kecil.

Pelat Timah Nusantara
Rating Kinerja pada 1H10: A
Rating saham pada 305: BBB

IPO Krakatau Steel

Kenapa kok tiba-tiba saya membahas soal NIKL? Karena belakangan saya menyadari bahwa IPO NIKL pada tahun lalu, mungkin hanya merupakan pilot project alias 'coba-coba' dari manajemen PT Krakatau Steel, salah satu pemilik mayoritas NIKL, untuk meraba dan mempelajari respon pasar. Yup, target sesungguhnya adalah IPO yang jauh lebih besar yaitu IPO Krakatau Steel itu sendiri, yang akan dilakukan pada akhir tahun ini. Pilot project melalui NIKL ini jelas dibutuhkan, sebab selama ini pasar modal di Indonesia kurang familiar dengan sektor logam besi, baja, dan produk olahannya, sehingga dikhawatirkan minat investor terhadap Krakatau Steel yang bergerak di bidang ini kurang besar.

IPO Krakatau Steel sendiri mungkin saja akan menjadi IPO terbesar tahun ini, karena target perolehan dananya sangat besar, yakni mencapai US$ 600 juta atau sekitar Rp 5.5 trilyun (IPO BRAU kemarin gak ada apa-apanya deh). Sebagai pemain utama di bisnis besi dan baja di Indonesia, ukuran PT Krakatau Steel memang besar, sehingga IPO-nya pasti akan menjadi perhatian pasar. Kita akan membahas prospeknya secepatnya.

Komentar

wiyono mengatakan…
saya penggemar blog anda.
apa bisa tolong kapan2 diulas tentang rugi laba kurs, dengan kasus MAPI yang thn 08 mendadak rugi. thanks
joy mengatakan…
saya suka blog anda Pak Teguh...ditunggu analisa prospek Krakatau steel..skalian kita dishare bagaimana menghitung harga wajar dari suatu perusahaan yang akan IPO..faktor2 apa saja yg berpengaruh..
terima kasih
Anonim mengatakan…
Itu lge kena suspen,
klanjutanny gmn yaaaa ..

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham