Hary Tanoe: Where are You Going?

Beberapa tahun lalu, tepatnya awal tahun 2010, Grup MNC yang kala itu masih bernama Grup Bhakti, menggemparkan bursa saham dengan mengumumkan bahwa mereka, melalui salah satu perusahaannya yakni Bhakti Investama (BHIT), berencana untuk masuk ke sektor natural resources, dengan cara mengakuisisi tambang minyak di Papua. Karena pengumuman tersebut, saham BHIT seketika melejit dari posisi 200 hingga sempat menembus level 1,000, hanya dalam tempo dua bulan (Januari - Maret 2012). Dalam tempo dua bulan itulah, hampir semua orang di market membicarakan tentang fenomena saham BHIT, dan sebagian lagi merayakan euforia karena untung besar dari saham tersebut. Sayang, seiring dengan tidak adanya kelanjutan dari proses dari akuisisi tambang minyak tersebut, saham BHIT kemudian anjlok besar-besaran, dan terus anjlok hingga sempat menyentuh level 105, atau sudah jauh lebih rendah ketimbang posisi sebelum kenaikannya (200). Meski saat ini BHIT memang sudah berada di posisi 500-an, namun ketika itu tidak sedikit investor yang pada akhirnya melontarkan sumpah serapah terhadap saham ajaib ini.

Namun disini kita tidak akan membicarakan mengenai pergerakan saham BHIT ketika itu, melainkan manuver dari sang Tsar: Hary Tanoesoedibjo. Pada waktu itu, ketika dikatakan bahwa BHIT berniat untuk masuk ke sektor tambang, maka hal itu memang bukan isapan jempol, melainkan Mr. Hary memang punya rencana pengembangan usaha ke arah sana, setelah sebelumnya cukup sukses di bisnis media melalui Media Citra Nusantara (MNCN) dkk, dan bisnis finance melalui Bhakti Capital (BCAP). Sayang, sepertinya rencana tersebut gagal, dimana Grup MNC tidak berhasil mengakuisisi tambang minyak yang dimaksud. BHIT kemudian hanya berhasil mengakuisisi dua buah tambang batubara, masing-masing berlokasi di Kalimantan Timur dan Sumatera Selatan. Namun hingga saat ini, atau sudah lewat lebih dari 3 tahun, tambang batubara tersebut sama sekali masih belum menghasilkan pendapatan. Hingga Kuartal III 2012, BHIT mencatat pendapatan Rp7.0 trilyun, dimana dari jumlah tersebut tidak ada sepeserpun yang berasal dari usaha tambang batubara.

Hary Tanoesoedibjo
Meski cerita soal tambang minyak BHIT diatas, yang kemudian diganti dengan tambang batubara, berakhir dengan sad ending, namun itu tidak mencegah Grup MNC untuk berekspansi lagi, atau setidaknya itulah yang diperhatikan oleh publik. Setelah sempat vakum sepanjang tahun 2011 - 2012 lalu, akhir-akhir ini Grup MNC (melalui BHIT) banyak dikabarkan akan melakukan beberapa aksi korporasi penting. Berikut diantaranya:
  1. Akuisisi bank. Manajemen BHIT mengklaim bahwa mereka sedang dalam tahap negosiasi dengan pemilik sebuah bank devisa berukuran menengah. Akuisisi ini merupakan kelanjutan dari ekspansi Grup MNC di bidang finance, setelah sebelumnya mereka berhasil mengakuisisi sebuah perusahaan asuransi. Namun mereka belum bersedia menyebutkan nama bank tersebut.
  2. Melanjutkan akuisisi tambang-tambang batubara, tidak hanya di Kalimantan namun juga di daerah-daerah lainnya jika ada kesempatan.
  3. Di bidang media, saat ini yang sedang digenjot adalah layanan televisi berbayar (Indovision, dll), yang ditempatkan dibawah MNC Sky Vision (MSKY). MSKY sendiri sudah sukses melantai di bursa sejak Juli 2012 lalu.
Diluar itu, Mr. Hary juga melakukan banyak kegiatan yang tidak dilakukannya melalui perusahaan-perusahaannya yang listing di bursa, entah itu BHIT ataupun lainnya. Diantaranya:
  1. Terjun ke politik. Awalnya Mr. Hary gabung ke Nasdem, tapi kemudian pindah ke Hanura. Belakangan konglomerat muda ini mendirikan ormas-nya sendiri, yakni Persatuan Indonesia atau Perindo. Ormas ini direncanakan akan menjadi partai politik dan bisa ikut Pemilu tahun 2019 mendatang.
  2. Menjalin kerjasama dengan Grup Bakrie. Mr. Hary merupakan aktor yang sangat berperan ketika Bakrie berhasil mengalahkan Nathaniel Rothschild pada RUPS Bumi Plc di London, 21 Februari lalu. Berkat kemenangan tersebut, Bakrie berhasil mengambil kembali Bumi Resources (BUMI), meski belakangan Nathaniel kembali mendeklarasikan bahwa perang perebutan BUMI masih belum selesai.
  3. Masih dengan Grup Bakrie, Mr. Hary mengambil alih salah satu aset strategis milik Grup Bakrie, yakni Bakrie Toll Road (BTR), senilai kurang lebih Rp3 trilyun. Namun belum jelas akan diletakkan dimana BTR ini, atau malah mungkin akan IPO sendiri.
  4. Setelah BTR, isu yang berkembang menyebutkan bahwa Mr. Hary juga akan mengambil alih Visi Media Asia (VIVA), perusahaan media-nya Grup Bakrie. Jika akuisisi ini terealisasi, maka Mr. Hary bisa menjadi Rupert Murdoch-nya Indonesia.
Nah, yang menarik untuk disimak adalah keputusan dari eks anak didik Anthoni Salim ini untuk terjun ke politik: Kira-kira apa tujuannya? Tapi apapun itu, manuver Mr. Hary di bidang politik ini terbilang sangat cepat. Belum genap setahun sejak ia masuk ke Nasdem, eh sekarang malah sudah bisa bikin ormas sendiri. Disisi lain, seiring dengan mengemukanya berbagai rencana korporasi dari perusahaan-perusahaannya yang terdaftar di BEI, saham-saham Grup MNC seperti BHIT, MNCN, BMTR, hingga yang gak jelas seperti IATA, BCAP, hingga KPIG, semuanya naik gila-gilaan. Well, kita tahu bahwa ketika mantan pimpinan Grup Bakrie, Aburizal Bakrie, memutuskan untuk terjun ke politik sejak tahun 2004 lalu, Grup Bakrie tidak lantas meredup namun justru semakin melebarkan sayapnya kemana-mana. Namun itu karena pengganti Ical di Grup Bakrie, yaitu Nirwan, tidak kalah hebatnya dengan kakaknya tersebut. Sementara Mr. Hary? Dia sendirian dalam memegang Grup MNC, dan hingga saat ini masih berstatus sebagai pimpinan grup. Memang, Mr. Hary memiliki beberapa kerabat yang juga ditempatkannya di dalam perusahaan, seperti Bambang Tanoesoedibjo dan Liliana Tanaja, yang menjadi komisaris di BHIT. Namun secara keseluruhan, tidak ada seorangpun di Grup Bhakti yang bisa menggantikan peran Mr. Hary sebagai pimpinan tertinggi.

Masalahnya, sejak Republik ini berdiri sampai sekarang, belum pernah ada seorang pengusaha pun yang sukses sebagai politisi. Aburizal Bakrie? Juga sama saja. Meski Ical terbilang sangat sukses dalam mengembalikan kejayaan Grup Bakrie setelah dihantam badai krisis moneter 1998 lalu, namun setelah 9 tahun di dunia politik, ia tetap belum berhasil meraih pencapaian apapun. Malah yang ada elektabilitas Partai Golkar terus saja turun, termasuk gagal total di beberapa Pilkada akhir-akhir ini. Berbagai upaya yang dilakukan, termasuk memperkenalkan istilah ARB sebagai inisial namanya, juga tidak berhasil meningkatkan popularitasnya untuk bisa menjadi calon Presiden RI. Terakhir, beberapa sesepuh Golkar seperti Akbar Tanjung dan Jusuf Kalla, juga dikabarkan mulai gerah terhadap Ical, dan berencana untuk turun gunung. Anyway, kita tonton saja kelanjutannya.

Sementara Hary Tanoe? Di bidang bisnis, dia belum sehebat dan sebesar Bakrie. Wajar, karena Grup MNC juga baru berdiri sejak awal tahun 1990-an lalu, dan ini berbeda dengan Keluarga Bakrie yang sudah menjadi konglomerat sejak jaman Jepang dulu (tahun 1950-an). Berbagai upaya ekspansi yang dilakukan juga belum membuahkan hasil atau bahkan gagal, seperti yang sudah diutarakan diatas, namun itu tidak mencegahnya untuk mencoba peruntungan di dunia yang sama sekali belum pernah ia masuki sebelumnya. Okay, let sey ternyata Mr. Hary bisa sukses di politik dalam 2 - 3 tahun mendatang, atau bahkan bisa mencalonkan diri sebagai Presiden. Tapi jika itu terjadi, maka bagaimana dengan perusahaan-perusahaannya? Apakah ia sanggup mengurus Partai namun dengan tetap fokus pada bisnis? Karena kalau kita pakai contoh Gita Wirjawan, misalnya, pengusaha sekaligus pemilik Grup Ancora ini gagal total di usahanya (itu bisa dilihat dari kinerja Ancora Indonesia Resources/OKAS yang rugi terus belakangan ini), justru setelah kariernya di Pemerintahan melenggang mulus (sekarang beliau sudah jadi Menteri Perdagangan). Karier Mr. Gita di bidang bisnis pada saat ini boleh dibilang sudah ketinggalan jauh dibanding beberapa pengusaha seangkatannya, salah satunya Patrick Walujo. Padahal Mr. Gita sama sekali belum ikut-ikutan partai lho.

Namun Mr. Hary tentu berbeda dengan Gita. Mr. Hary juga cukup cerdas dengan tidak melenggang sendirian di dunia politik, melainkan berkongsi dengan beberapa politisi yang lebih senior (Dengan Surya Paloh, dan sekarang dengan Jendral Wiranto, pimpinan Partai Hanura, dan juga Yusril Ihza Mahendra. Belakangan dikabarkan Mr. Hary juga sedang pedekate dengan Anas Urbaningrum). Mungkin Mr. Hary juga punya tujuan yang sama ketika ia memutuskan untuk membantu Bakrie dalam pertarungannya melawan Nathaniel Rothschild, yaitu agar ia memiliki partner yang cukup kuat dalam menjalankan bisnisnya, karena dengan posisinya saat ini, ia tidak bisa sepenuhnya fokus pada mengelola perusahaan saja.

At the end, a man can be anythin he wants, as long as he has the vision. Pertanyaannya kemudian, apa sebenarnya visi dari seorang Hary Tanoe? Memberantas korupsi? Meningkatkan kesejahteraan rakyat? Well, kalaupun itu bisa dilakukan, lantas apa untungnya?

Komentar

Anonim mengatakan…
analisa yg bagus pak,mengenai kasus pajak grup bhakti kok tidak disinggung ya pak?
kelana-diary mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan…
apa untungnya buat dia?
untuk menggapai cita cita semua anak indonesia & memenuhi ajaran waktu sekolah : berguna bagi nusa dan bangsa, sekaligus untuk bekal di akhirat......... :)
ada yang ingin menambahkan??

thx untuk tulisannya om teguh.
maverick13 mengatakan…
keliatannya yang komen anonim diatas itu om hary nya (atau orangnya) ya?

btw nanti sekalian kupas riwayat om hary dan manuvernya juga sekalian dong pak teguh, model story telling yang seperti artikel om bakrie itu kan soalnya biografi mereka raja2 bursa belum ada yang resmi nih jadi cuma pak teguh yang bisa menyajikannya dengan renyah. bravo
Anonim mengatakan…
Note soal tambang batu bara, sptnya memang ada cuma ukurannya masih kecil. Cuma memang apakah langsung di BHIT belum keliatan. http://finance.detik.com/read/2011/07/08/164955/1677543/6/

Mosok nga ada tambang tambang ditutupin warga ?
Anonim mengatakan…
Pak Teguh,
Rasanya anda harus menggali lebih dalam ttg perusahaan dibawah HT ini. ttg tambang, sdh diinjek ke BHIT. Nama divisinya natural resources. Sdh 2 yg berproduksi dan menghasilkan uang utk BHIT. Untuk ex BTR, kemungkinan besar akan dibawah MNC Infratama (yg dibawah IATA). Untuk KPIG, akan ada 2 tower tambahan di kebon sirih, plus lido resort (ex Bakrie grup).
Masih kurang ? cari sendiri dah ....
Unknown mengatakan…
Benar kata pepatah di atas langit masih ada langit,Kali ini pak teguh kurang informasi data lengkap dari anonim.
Anonim mengatakan…
Tolong di update lagi MNCN, BMTR, BHIT, IATA, BCAP, KPIG, MSKY. Kayanya hampir semua perusahaan Harry Tanoe masuk jurang ?

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)