Jika Prabowo Menjadi Presiden..

Kalau kita perhatikan pergerakan IHSG dalam beberapa bulan terakhir ini, dimana indeks naik tajam pada tanggal 14 Maret lalu ketika Jokowi resmi dicalonkan sebagai Presiden, dan sebaliknya turun drastis ketika Prabowo memperoleh dukungan dari Golkar, maka tampak jelas bahwa mayoritas pelaku pasar (terlepas dari pilihan pribadi tiap-tiap investor) lebih memilih Jokowi sebagai Presiden RI. However, pertama-tama anda harus menyadari bahwa jumlah investor di pasar saham Indonesia itu nggak sampai 500 ribu orang, alias sangat sedikit dibanding jumlah total penduduk Indonesia yang mencapai lebih dari 250 juta jiwa. Jadi bahkan jika seluruh investor saham tanpa terkecuali memilih Jokowi, maka itu tetap tidak menjadi jaminan bahwa Jokowi akan menang.

Dan kalau anda berdiskusi soal Pilpres ini dengan orang-orang yang bukan merupakan investor/trader saham, maka anda akan mengetahui bahwa pendukung Prabowo diluar sana adalah kurang lebih sama banyaknya dengan pendukung Jokowi. Penulis sendiri termasuk yang menganggap bahwa peluang kedua kandidat adalah sama besarnya, dimana pada Pilpres 9 Juli mendatang bisa Jokowi yang menang, dan bisa juga Prabowo yang menang.

Pertanyaannya, bagaimana jika Prabowo yang menang?

Poster Kampanye Prabowo - Hatta

Beberapa hari yang lalu, Deutsche Bank merilis survey yang menyimpulkan bahwa jika Prabowo memenangkan Pilpres, maka 56% investor akan menjual aset-asetnya di Indonesia, dimana ‘aset’ disini adalah termasuk saham-saham perusahaan yang diperdagangkan di BEI. Ini artinya, jika survey tersebut benar, maka pada tanggal 10 Juli nanti IHSG akan anjlok jika hasil quick count menunjukkan bahwa pasangan Prabowo – Hatta unggul atas pasangan Jokowi – JK, dan penurunan tersebut bisa berlanjut pada hari-hari berikutnya dimana IHSG akan kembali mengalami masa-masa sulit seperti yang terjadi pada Juni – Desember 2013 lalu.

Meski demikian penulis kira terlalu berlebihan jika ada anggapan bahwa kemenangan Prabowo akan membawa ‘akhir’ bagi pasar saham Indonesia. Karena toh pada akhirnya, yang menentukan pergerakan IHSG dalam jangka panjang, let say lima tahun kedepan, adalah fundamental perekonomian nasional termasuk kinerja para perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa. Penurunan IHSG yang mungkin (hanya mungkin saja, alias belum pasti) akan terjadi ketika nanti Prabowo memenangkan Pilpres, adalah lebih karena kekhawatiran bahwa kebijakan-kebijakan yang diterapkan Prabowo kedepannya akan kurang berpihak kepada pasar modal, terutama jika mengutip pernyataan-pernyataan yang bersangkutan selama ini (termasuk sempat bilang kalau ‘main saham’ itu judi). Namun jika berbagai kebijakan tersebut ternyata membawa dampak positif bagi perekonomian nasional secara menyeluruh (bukan hanya terhadap pasar saham), maka efeknya terhadap pasar saham akan tetap positif. Make no mistake. Jika IHSG naik terus padahal perusahan-perusahaan mengalami kemunduran kinerja dan di sekitar kita masih banyak pengangguran, maka itu adalah kenaikan yang ‘kosong’, dan cuma soal waktu saja sebelum indeks akan hancur berantakan. Tapi jika IHSG turun sementara perekonomian berjalan lancar, maka tentu itu merupakan kesempatan yang baik sekali untuk belanja saham-saham murah.

Masalahnya tentu, kita nggak tahu apakah Prabowo akan bisa membawa perekonomian nasional menjadi lebih baik lagi, atau paling tidak sama baiknya seperti saat ini (Pemerintahan Presiden SBY, diakui atau tidak, dalam sepuluh tahun terakhir cukup sukses dalam mengelola perekonomian). Sebagian dari anda mungkin berpendapat bahwa Indonesia akan maju pesat dibawah pimpinan Prabowo, tapi sebagian lagi mungkin berpendapat sebaliknya, bahwa Indonesia akan memasuki masa kegelapan jika mantan Danjen Kopassus ini sampai terpilih menjadi Presiden. Yang mana yang benar? Itu kita tidak tahu.

Namun berdasarkan pengalaman Negara Republik Indonesia tercinta ini, jika ternyata Prabowo tidak bisa memenuhi ekspektasi rakyat akan kesejahteraan dll, then trust me, beliau juga tidak akan terlalu lama menjadi penghuni Istana Negara.

Sebab, kalau anda ingat-ingat lagi, ketika Indonesia merdeka pada tahun 1945, Presiden Indonesia ketika itu yakni Bung Karno, sukses mempertahankan jabatannya sampai lebih dari 20 tahun meski boleh dibilang hampir tidak ada pembangunan ekonomi, karena kegiatan negara difokuskan pada pembangunan militer dll dalam upaya untuk menjaga kedaulatan. Namun karena Bung Karno juga sangat baik dalam hal pembangunan militer dll tersebut, termasuk bisa berkawan baik dengan Presiden Amerika Serikat ketika itu, John F. Kennedy, maka jadilah ia mampu mempertahankan jabatannya sebagai Presiden hingga puluhan tahun.

Dan tahukah anda bahwa pada tahun 1948 dan 1949, Indonesia sempat dipimpin oleh dua orang Presiden diluar Bung Karno? Mereka adalah Syafruddin Prawiranegara dan Assa’at. Namun karena dua tokoh ini ‘nggak ada apa-apanya’ dibanding Bung Karno, maka mereka hanya mampu menduduki jabatan Presiden dalam waktu yang sangat singkat sekali, dan juga cenderung dilupakan dalam buku sejarah.

Kemudian pada tahun 1967, ketika Pak Harto naik jabatan sebagai Presiden, barulah ketika itu Indonesia memasuki babak baru pembangunan ekonomi. Dan kenapa kok beliau bisa sukses bertahan lama sekali hingga akhirnya lengser pada tahun 1998? Ya karena selama lebih dari 30 tahun beliau berkuasa, suka atau tidak, beliau mampu melaksanakan pembangunan serta mensejahterakan rakyat. Para kritikus serta ahli-ahli ekonomi boleh ngomong apa saja, namun itulah faktanya. Jika kepemimpinan Pak Harto tidak mampu menjaga perekonomian untuk paling tidak stabil, maka ia akan langsung dilengserkan oleh rakyat Indonesia sendiri. Buktinya? Well, ketika terjadi krisis moneter 1998, tak lama kemudian beliau langsung lengser bukan? Jika krisis moneter tersebut terjadi pada tahun 1980-an, misalnya, maka mungkin sejak tahun 1980-an tersebut Presiden Indonesia bukanlah Pak Harto.

Setelah kepemimpinan Pak Harto, pada periode tahun 1998 – 2004, beberapa tokoh sempat mengisi jabatan Presiden RI, yakni B.J. Habibie, Gus Dur, dan Megawati. Ketiga tokoh tersebut tidak ada yang sukses menyelesaikan masa jabatannya hingga genap 5 tahun, dan itu karena apa? Ya karena mereka tidak cukup baik dalam menjalankan tugas-tugasnya sebagai seorang kepala negara. Itu saja! Kalau memang Megawati merupakan Presiden yang memiliki kemampuan yang sama baiknya seperti ayahnya, maka beliau tidak akan kalah pada Pilpres tahun 2004 lalu.

Selanjutnya, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Terlepas dari banyaknya kekurangan yang ada pada diri beliau, namun toh rakyat secara keseluruhan puas terhadap kinerja SBY hingga beliau pun akhirnya sukses menyelesaikan jabatannya hingga 10 tahun penuh. Dalam dua kali lima tahun masa pemerintahannya, perekonomian nasional tumbuh cukup signifikan, dan pasar saham pun mengalami perkembangan yang sangat baik sejak tahun 2004, termasuk sukses dalam melewati masa-masa sulit di tahun 2008. Penulis kira dalam dua atau tiga abad lagi dari sekarang, sejarah mungkin akan melupakan Habibie, Gus Dur, dan Megawati sebagai Presiden RI (karena mereka terlalu singkat dalam menunaikan jabatannya), namun nama Presiden SBY tidak mungkin dilupakan.

Nah, lalu bagaimana dengan Prabowo? Ya sama saja. Kalau nanti kinerjanya ternyata tidak memuaskan rakyat, maka paling lama ia hanya akan menduduki jabatan Presiden selama satu periode alias lima tahun, untuk kemudian digantikan dengan tokoh lain. Berbeda dengan jabatan kepala daerah, menteri, anggota dewan, dan semacamnya dimana seorang pemain sinetron sekalipun bisa saja mendadak menjadi anggota DPR, jabatan Presiden sangatlah sakral dimana hanya individu yang benar-benar terpilih, yang bisa menduduki jabatan tersebut untuk periode waktu yang tidak sebentar, untuk kemudian nanti namanya akan dicatat dalam buku sejarah.

Karena itulah, meski ada banyak sekali orang yang ingin jadi Presiden, seperti Rhoma Irama, Wiranto, Aburizal Bakrie, Gita Wirjawan, hingga komedian Farhat Abbas, namun toh mereka tidak punya kemampuan untuk itu, sehingga sejak awal langsung tersingkir. Jika dari sekian banyak tokoh ini hanya terpilih dua orang kandidat yakni Jokowi dan Prabowo, maka memang dua tokoh inilah yang paling layak untuk menjadi Presiden.

Dan jika Prabowo (atau Jokowi) yang kemudian terpilih namun ternyata terbukti tidak becus, maka ia tidak akan terlalu lama menduduki jabatannya karena akan segera digantikan oleh tokoh lain.

Kesimpulannya, kalau anda tanya penulis tentang bagaimana dampaknya terhadap IHSG ketika nanti Prabowo yang menang, maka dalam jangka pendek indeks mungkin akan turun. Namun dalam jangka panjang, itu akan tergantung dari bagaimana kinerja Prabowo – Hatta terhadap perekonomian nasional, dan anda tidak bisa mengatakan bahwa perekonomian akan hancur bahkan jika anda adalah pendukung Jokowi, karena anda tidak tahu soal itu. Terkait apakah saham-saham Bakrie akan naik jika Prabowo yang menang (karena Pak ARB akan mendapat posisi ‘menteri utama’), maka itu diluar concern penulis, karena mau Bumi Resources (BUMI) naik ke 1,000 sekalipun, I don’t care. Tapi yang jelas kalau Prabowo tidak bisa mengendalikan teman-teman di koalisinya untuk paling tidak jangan korupsi, maka rakyat sendiri-lah yang akan menghukumnya dimana ia tidak akan terlalu lama menjadi seorang Presiden.

Okay, that’s all from me. Sekarang, bagaimana dengan pendapat anda sendiri? Terus pertanyaan selanjutnya, bagaimana kalau Jokowi yang terpilih?

Komentar

Anonim mengatakan…
Blom apa2 suryadharma ali sudah diciduk kpk mas.
rudykawi mengatakan…
Jadi apakah kita bagusnya menyisihkan sebagian dana untuk siap2 ambil saham setelah pasar panic selling saat prabowo naik ke RI 1? Dan sebagian lagi bebrapa sat setalah panic selling biasanya index turun lebih tajam lagi.....apakah begitu strategi terbaiknya pak ?
Anonim mengatakan…
Prabowo bisa jadi capres itu saja sudah mengherankan. Kalo terpilih, simply unbelievable! Apa rakyat tidak bisa melihat visi misinya yg sekedar janji saja tanpa didasari system bagus yang memakmurkan rakyat kecil? Inti dari visi Prabowo hanya mengurangi uang yg "hilang" ato keluar dari RI, entah itu masuk kantong siapa! Mungkin bisa mirip zama pak Harto, di mana dia juga SANGAT memakmurkan orang2 di sekitarnya dulu daripada rakyat.
Apalagi dia didukung oleh ARB yg TIDAK bertanggung jawab terhadap saham dan tentunya nasib rakyat yg memilikinya, lumpur Lapindo, dan jabatan menteri dari Prabowo yg akan memberikan ARB kuasa untuk semakin "menghancurkan" rakyat. Dari situ sudah jelas apa visi misi mereka sebenarnya.

Pendapat saya, karena di Indonesia ini yang tidak mungkin bisa jadi mungkin, bila Prabowo menang, akan terlalu banyak ketidakpastian (volatility) di masa depan sampai terbuktinya kinerja Prabowo melalui data ekonomi yg bagus, yang semoga tidak dimanipulasi kebenaran data tersebut.

Lain dengan Jokowi, beliau memiliki system yg bagus, serius memberants korupsi dan memajukan rakyat dan ekonomi, dan yang paling penting adalah sudah TERBUKTI! Kita benar2 merasakan Indonesia yg maju dan berbeda sejak adanya pemerintahannya, baik sewaktu jd Walikota Solo maupun Gubernur DKI. Tentu pasar saham akan maju terus dan indeks ke 6000 dgn waktu yg tidak lama.
Anonim mengatakan…
@Anonim

Emang hanya kubu yg berkorupsi yg bisa menerima pendukungnya, orang2 yg berkorupsi
Anonim mengatakan…
jokowi bknlah yg terbaik dan bknlah saat yg tepat untuk menjadi presiden, ia hanya muncul dri keterbatasan pilihan yg minim sejak awal (prabowo dan aburizal) atas desakan rakyat atau mgkn jg takdir Tuhan ... suka tdk suka apa yg sya khwatirkan mengenai indonesia adalah kesenjangan antara kaya dan miskin ( jika tdk diprioritaskan akan menjadi bumerang dan sgala akar kerusuhan slalu bermulai darisini), bisa dibayangkan apa jadinya jika jokowi tdk msk pilihan ... hidup bkn semata pasar modal saja klo dihayati mmg mental org indonesia sudah jauh dari hakikatnya ditambah bnyknya suku2 dlm negara ini yg klo tdl dri personal msg2 dibenahi sejak awal rentan skali terhadap toleransi dan konflik .. jokowi mmg bknlah yg terbaik tp mgkn dia peletak dasar untuk indonesia yg lebih baik ke depan dri sisi manusianya dan pola pikir, ekonomi akan mengikuti nti... sya lebih suka indonesia damai, sejuk, jika jokowi presiden itu adalah kehendakNYA agar indonesia bangkit dari keterpurukan dan citranya di mata dunia, salam bushoku
Anonim mengatakan…
Mas teguh,kalau jokowi jadi RI 1,maka gimana ihsg?apa akan naik sesaat mingu pertama,dan akan kembali normal..dan saham apa yg perlu dicermati bila jokowi jadi?saham blue chip,lapis 2 atau 3.
kalau prabowo jadi kemungkinan saham saham akan turun dalam waktu singkat,saham yg perlu dicermati apa ya mas?
Anonim mengatakan…
Maaf, Pak Teguh bicara politik agak2 kurang pas.
Contoh :
Habibie sukses melanjutkan pemerintahan setelaha pak harto lengser.
Megawati juga suskses menyelesaikan setelah Gusdur dilengserkan.
Perkara tidak dipilih kembali karena dinamika politik.
Teguh Hidayat mengatakan…
@Anonim Iya pak. Saya sendiri juga agak gimana gitu baca tulisan saya sendiri diatas. Untuk artikel minggu depan fokus ke saham lagi sajalah.
Anonim mengatakan…
contoh simple dari Om Buffet, mau sistem partai demokrat yang naik atau partai republik yang naik, investor/trader berkualitas return rata rata nya tetap mengungguli inflasi,hehehe
Anonim mengatakan…
Saat transisi pemerintahan era reformasi kurang tepat bila dibanding situasi saat ini. Habibie, Gusdur dan Megawati naik dan turun akibat intrik-intrik politik dari MPR. Saya termasuk yg menyesalkan kenapa SBY terpilih lagi ke-2 kalinya, karena prestasinya hanya moderat saja. Apalagi makin ke sini semakin buruk. Tentu jangan dilihat dari pasar modal yang bermain di tataran makro.

Bila rakyat Indonesia mengulangi kesalahan 5 tahun lalu, akan terbuang sia-sia waktu 5 tahun ke depan. Kita mau maju dengan cepat atau tertatih-tatih dengan 'auto-pilot' seperti sekarang? Kita perlu banyak terobosan2 dalam segala bidang, yg hanya bisa dilakukan oleh seorang sipil yg kreatif kalau tidak dibilang jenius. Orang ini, dengan segala kelebihan dan kekurangannya, ada di Jokowi.
Anonim mengatakan…
Sebenarnya orang sipil yang kreatif kalau tidak dibilang jenius (dari oguds), menurut saya saat ini ada di Dahlan Iskan,.
Sayang beliau bukan orang partai, dan partai2 sekarang yg ada begitu oportunis, sehingga tidak mencalonkan beliau (apalagi partainya SBY,si pemberi harapan palsu).
Jokowi satu level dibawah Dahlan Iskan, baiknya diselesaikan dulu Jakarta barunya untuk ajang pembuktian,..
Prabowo juga sama saja,.
tapi, ahh, sayang kita tidak punya pilihan,..
Anonim mengatakan…
Istilah mas Teguh memang pas: "... KOMEDIAN Farhat Abbas.." wkwkwk... dipikir2 bener juga beliau itu sebetulnya komedian, kita mesem2 karena komentar dan tingkah lakunya.. hehe..
Unknown mengatakan…
setuju sekali dengan analisa bapak,cuma kalo jokowi jadi presiden ,menurut saya jangka pendek pasar akan berkonsolidasi sambil melihat kinerja kabinetnya
tq
Unknown mengatakan…
"Komedian" Farhat Abbas hahahaha
Papoyz mengatakan…
Farhat abbas memang cocok jadi komedian :p
Anonim mengatakan…
Masalahnya kalau Prabowo dituntut turun dari kepresidenan, yang muncul adalah malah banyaknya gerakan-gerakan gerilya yang memperkeruh dan mangadu domba rakyak yang berdampak terjadinya kerusuhan serta terciptanya konflik2 horisontal maupun vertikal. Trauma dengan kata "Gerakan" jadi waspadalah dengan adanya gerakan2an berskala kecil/nasional atau skala luas/internasional.

Jangan Indonesia dijadikan negara seperti di Timur Tengah. Sudah besar, mayoritas, berkuasa, sebagai pemenang, masih saja haus kekuasaan dan tetap mencari kekuasaan untuk dikuasai karena maunya menang sendiri, akhirnya jadi perang saudara.
THE MOON7 mengatakan…
Saya setuju dengan pendapat Pak Teguh, market kita kedepan pd akhirnya akan tergantung dgn bgmn kinerja nyata presiden yg terpilih kedepannya, dan fundamental msg2 emiten dan faktor luar,, apa bila index naik/turun setelah presiden terpilih itu cuma euforia saja saya rasa, dan mmg setiap tahun ada siklus dimana investor ada out/in flow, so... Sekali lg two thumb up buat anda
Anonim mengatakan…
sedikit menurut saya mengenai 2 capres ini. dari kacamata pribadi.

Soal prabowo :
1. kita tidak tahu apakah prabowo sudah merubah pola pikir(tobat) ke militerannya, atau masih sama.
2. saya khawatir prabowo tidak bisa mengatur dan tegas terhadap pendukung2nya (karena banyak pendukungnya haus kekuasaan utk mencari materi) apabila beliau jadi preseden.
3. prabowo adalah orang baik. tapi presiden adalah sakral buat kita, kita mencari yang Takut sama Tuhan, bukan sekedar baik.

Soal Jokowi ;
1. Apa jokowi bisa lepas dari kepentingan megawati bila jadi presiden? banyak orang bicara beliau hanya aktor aja jika terpilih presiden, dibalik itu megawati.
2. Jokowi rekam jejak pemerintah sdh terbukti dia melayani, bukan mencari muka, atau mencari materi karena berkuasa. Ahok pernah bilang lo jadi gubernur DKI cari 1triliun gampang.
3. Jokowi pemimpin yang realistis terhadap perubahan dan kesalahan masa lalu, bukan seenak enaknya bicara nasionalisasi aset aset asing di indonesia.

kita dihadapkan hanya 2 capres, dan ini yang sangat terbaik menurut partai. cari lah pemimpin yang paling takut akan Tuhan, seorang pemimpin adalah pelayan rakyat. Bukan pelayan pada pendukung, partai, dan koalisi.

hanya 5menit kita nyoblos, tapi 5Tahun efeknya bagi negara indonesia.

Bertho.
Anonim mengatakan…
@Anonim yg menyinggung masalah ARB

Menurut saya, ARB menderita kelainan psikologis, yaitu persepsi bahwa kebusukan/kelicikan adalah bagian dari kepintaran/kelebihan, sesuatu yg harus dibanggakan (terlihat jelas di TV saat ia diwawancara kalau anda melihatnya, apalagi stasiun miliknya yg juga gak beres).

Jadi kalau cerita mau memberantas korupsi (read:kebusukan, ato ga usa jauh2 la, mengunci kebocoran, itu kan gak mungkin, karena kelainannya menyebabkan ARB memandang hal yang baik/sesuai hukum (apalagi memberantas kebusukan) adalah KEBODOHAN. Dia sangat terlihat memandang rendah kebenaran/kejujuran.

Gak usa jauh2, itu saham ama lumpur lapindo saja sudah cukup untuk bukti kebusukannya. Ditambah lagi kelainan psikologisnya. Jadi siapapun yg deket dia, yah, mana baik2 lagi tu orang/kelompok, berarti sama2 kelainan dong. Sama2, GILA kali sebutannya.
Unknown mengatakan…
Ingat mas... Dalam setahun ini nilai rupiah terhadap dollar trun drastis... So kita tidak tahu kedepanya mau gmna negeri ini.. Coba kita renungkan saja sekarang.. Bgaimana kondisi negara saat ini...

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)