Prospek Saham PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA): Target Rp1,200

Ketika Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan angka pertumbuhan ekonomi 5.12% untuk kuartal II 2025, maka banyak pihak yang skeptis dengan angka tersebut, karena faktanya situasi ekonomi riil di lapangan terasa sangat lesu di hampir semua sektor. Meski demikian tidak semua sektor usaha mengalami penurunan, melainkan ada juga yang masih bertumbuh misalnya layanan pengiriman barang (delivery) seiring meningkatnya aktivitas masyarakat belanja online. Nah, jadi dalam kesempatan kali ini penulis mengajak anda untuk melirik saham dari perusahaan yang bergerak di bidang pengiriman barang tersebut: PT Adi Sarana Armada, Tbk (ASSA). Okay, kita langsung saja.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q2 2025 sudah terbit dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

***

ASSA adalah perusahaan penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan dan pengiriman barang, serta jual beli mobil dan motor bekas. Sejarah perusahaan dimulai pada tahun 2003 ketika Grup Adira, yang sebelumnya bergerak di bidang pembiayaan kendaraan, memutuskan untuk diversifikasi ke usaha rental mobil. Maka berdirilah PT Adi Sarana Armada dengan merk dagang ‘Adira Rent’, yang di kemudian hari berubah menjadi ‘Assa Rent’, dilanjut go public pada tahun 2012 dengan kode saham ASSA. Perusahaan kemudian juga meluncurkan usaha jasa supir kendaraan, jasa logistik, lelang kendaraan bekas, aplikasi berbagi kendaraan (online car sharing), jasa pengiriman barang ‘AnterAja’, jasa pergudangan, dan seterusnya. Hingga pada akhir tahun 2024, ASSA memiliki dan mengoperasikan 30,000 unit armada kendaraan berbagai jenis dan ukuran untuk disewakan terutama ke pelanggan korporasi, lengkap dengan pengemudinya. Selain itu ASSA juga punya usaha logistik termasuk pengiriman ‘AnterAja’, pengiriman makanan beku, cold storage, serta ekosistem kendaraan bekas seperti jual beli mobil bekas, lelang mobil, gadai kendaraan, hingga jasa katalog harga mobil melalui anak usahanya, PT Autopedia Sukses Lestari, Tbk, yang go public tahun 2022 lalu dengan kode saham ASLC.

Beberapa merk dagang milik PT Adi Sarana Armada, Tbk

Kemudian, sejak awal penulis sendiri menganggap bahwa ide bisnis ASSA, yakni penyewaan kendaraan terutama untuk pelanggan korporasi, terbilang revolusioner. Karena memang dari sudut pandang perusahaan, menyewa itu jauh lebih efisien ketimbang membeli mobil, karena dengan demikian mereka mengalihkan beban depresiasi, biaya perawatan hingga pajak kendaraan ke pihak perusahaan rental. Di sisi lain bagi ASSA sebagai perusahaan rental itu sendiri, maka jika mereka bisa mengoptimalkan seluruh armada kendaraan yang dimiliki (baca: Semua mobilnya tersewa, gak ada yang nganggur), maka pendapatan yang diterima akan jauh lebih besar dibanding biaya depresiasi dll yang timbul. Jadi karena itulah ASSA juga punya segmen usaha logistik, untuk memastikan bahwa seluruh armadanya bekerja secara optimal. Kemudian dengan juga memiliki segmen usaha jual beli kendaraan bekas, maka ASSA secara tidak langsung memastikan bahwa pelanggan akan selalu mendapatkan unit mobil baru, karena jika ada unit mobil yang sudah berusia misalnya 5 – 7 tahun maka akan dijual, lalu diganti dengan armada yang lebih baru (dan dengan cara ini maka pelanggan akan selalu setia dengan ASSA, dan tidak akan pindah ke perusahaan rental lain).

Sehingga, berbeda dengan perusahaan rental mobil lainnya, ASSA memiliki lini bisnis yang lengkap serta saling mendukung satu sama lain, dan karena itulah kinerjanya selama ini terbilang bagus serta bertumbuh, terutama di tahun 2022 lalu ketika perusahaan mencetak rekor pendapatan Rp5.9 triliun, thanks to booming pengiriman barang karena meningkatnya aktivias belanja online pasca pandemi, dimana pada tahun ini ASSA mencatat pendapatan Rp3.3 triliun dari segmen logistik dan pengiriman barang, lebih besar dibanding Rp1.7 triliun dari segmen rental mobil itu sendiri. Alhasil sahamnya juga melejit dari hanya Rp500 pada tahun 2020, hingga sempat tembus Rp3,000 pada tahun 2022. Sayangnya memasuki 2023, pendapatan ASSA berbalik turun menjadi Rp4.4 triliun, yang penulis sendiri melihatnya bukan karena benar-benar turun melainkan lebih merupakan normalisasi saja, yakni untuk balik lagi ke track record pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang, mengingat pendapatan yang Rp4.4 triliun tadi, meski memang turun dibanding ‘tahun pasca covid’ 2021 dan 2022, tapi masih naik signifikan dibanding tahun 2019 dan 2020. Meski demikian saham ASSA tetap terjun bebas di tahun 2023, dan lanjut turun sampai akhirnya balik lagi ke Rp500, bulan April 2025 kemarin, bahkan meski kinerja perusahaan kembali bertumbuh di 2024, dimana pendapatannya naik lagi menjadi Rp4.9 triliun, dan laba bersihnya juga kembali cetak rekor di Rp244 miliar.

Barulah memasuki bulan Mei dan Juni 2025, saham ASSA mulai naik lagi ke posisi Rp700, kemungkinan karena perusahaan kembali cetak pertumbuhan pendapatan serta laba di Q1 2025 kemarin. Dan karena pada Q2 2025 barusan, ASSA sukses mencatat pendapatan yang kalau disetahunkan sudah lebih besar dibanding rekor pendapatannya di tahun 2022 lalu, demikian pula laba bersihnya lompat tinggi hingga tembus Rp205 miliar (setara Rp410 jika disetahunkan), maka sahamnya naik lebih tinggi lagi hingga sekarang sudah di Rp900. Namun dengan PER yang masih 8.1x, serta PBV 1.6x pada harga Rp900 tersebut, maka valuasi sahamnya masih terhitung murah, dan bisa lanjut naik sampai sekitar Rp1,200 (PER 10.8x, dan PBV 2.2x), tentunya dengan asumsi bahwa trend pertumbuhan kinerja ASSA tetap berlanjut sampai setidaknya akhir tahun 2025 ini, dan juga awal 2026 nanti.

Jadi pertanyaannya sekarang, seberapa besar peluang ASSA untuk kembali mencatat pertumbuhan pendapatan serta laba sampai 2026 nanti? Jawabannya, well, cukup besar. Perhatikan: Seperti disebut diatas, model bisnis ASSA yakni menyewakan kendaraan ke pelanggan korporasi/institusi terbilang revolusioner, dan cuma soal waktu sebelum semua perusahaan serta lembaga besar di Indonesia akan mengalihkan kebutuhan kendaraannya dari milik sendiri menjadi sewa, dimana ASSA sebagai salah satu market leader di bidang ini jelas diuntungkan. Kedua, meski sempat melambat pada tahun 2023 lalu pasca puncak boomingnya di tahun 2022, tapi sudah sejak tahun 2024 kemarin bisnis ecommerce mulai tumbuh pesat lagi, yang otomatis meningkatkan kebutuhan terhadap usaha jasa pengiriman barang milik perusahaan. Dan ketiga, melemahnya daya beli di segmen otomotif justru menjadi keuntungan bagi usaha jual beli mobil bekas ASSA, karena itu berarti ada lebih banyak masyarakat yang berpindah dari membeli mobil baru ke mobil bekas.

Sehingga kesimpulannya, kecuali terjadi force majeure tertentu maka penulis optimis kinerja ASSA akan tetap bagus dan bertumbuh sampai tahun 2026 nanti, atau lebih lama lagi, dan jika demikian maka target sahamnya adalah di setidaknya Rp1,200 tadi. Risikonya disini hanyalah terkait situasi pasar saham itu sendiri, dimana kita tahu bahwa IHSG sudah naik sangat tinggi sehingga rawan untuk turun lagi sewaktu-waktu, dan jika itu terjadi maka saham ASSA juga akan turun. Therefore, meski saham ASSA masih bisa dikejar pada harga sekarang (900), tapi siapkan dana untuk jaga-jaga jika harus average down di 700-an.

***

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 6 September 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
bagaimana dengan GTRA Pak?

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q2 2025 - Sudah Terbit!

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 28 Juni 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Video Seminar How to Invest in US Stocks - 2025

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 6 September 2025

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?

Saya Masih Hold Saham ADRO, Sekarang Bagaimana??