Dayaindo Resources 2

Wah, ga nyangka ternyata banyak juga respon atas artikel kali ini. Okay, kita akan membahasnya satu per satu.

Sebelumnya, perlu anda ketahui bahwa meski memang di dalam laporan keuangan Dayaindo Resources (KARK) terdapat beberapa hal yang menimbulkan pertanyaan, namun itu bukan berarti kita bisa langsung menyimpulkan bahwa KARK telah melakukan manipulasi atau semacamnya. Seperti yang pernah penulis sebutkan, kita harus meminta pendapat dari ahli akuntansi, karena penyajian laporan keuangan KARK mengikuti standar akuntansi yang berlaku di Indonesia, dimana beberapa hal yang mencolok tersebut mungkin saja terbilang wajar secara pembukuan.


Tapi memang nggak menutup kemungkinan kalau ada sedikit trik dalam laporan keuangannya KARK, who knows? Well, tapi itu nggak penting. Sekarang kita lihat perkembangan berita terkait KARK ini.

Bagaimana tentang berita bahwa KARK telah menunjuk PT China Harbour Indonesia untuk membangun Belang Belang Coal Terminal di Mamuju, Sulawesi Barat, senilai US$ 150 juta?
Ketika KARK menyelenggarakan right issue, salah satu tujuannya adalah untuk meraih dana sebesar 611 milyar, dimana 100 milyar akan digunakan untuk membeli 80% saham PT Belang Belang Coal Terminal (BBCT), sebuah perusahaan pelabuhan batubara, dan sisanya yaitu 511 milyar akan digunakan untuk mengembangkan BBCT tersebut. Nah, dana 511 milyar inilah yang kemudian ‘dititipkan’ di Culford Investment. Jauh sebelumnya, KARK memang sudah berminat untuk menanamkan investasi senilai total US$ 150 juta (sekitar Rp 1.4 – 1.5 trilyun, tergantung kurs) untuk mengembangkan BBCT. KARK akan menyediakan dana sebesar 35%, yang berasal dari right issue sebesar 611 milyar tadi, dan sisanya yaitu 65% akan di-sharing dengan pihak lain. KARK mentargetkan BBCT akan mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan tahun 2012.

Dan memang pada Juli 2010, yaitu sebelum KARK menyelenggarakan right issue, KARK menyatakan bahwa mereka telah mengajak China Harbour Engineering Company (CHEC), induk dari PT China Harbour Indonesia, untuk jadi partner yang menyediakan sisa dana 65% untuk mengembangkan BBCT. Jadi berita soal China Harbour tersebut sebenarnya kabar lama. Kalau anda baru membacanya baru-baru ini, berarti kabar tersebut sengaja ditiupkan kembali.

Terdapat dua hal yang boleh kita pertanyakan disini. Pertama, KARK memang sudah sejak lama mengajak CHEC untuk mengembangkan BBCT (Sejak Juli lalu). Namun apakah CHEC menerima atau menolak ajakan tersebut? Belum ada kabar yang mengkonfirmasi hal ini. Dan kedua, kenapa dana hasil right issue-nya yang sebesar 511 milyar harus ditaro di Culford dulu, dan bukannya langsung dipakai untuk mengembangkan BBCT? Memangnya untuk mengembangkan BBCT harus nunggu duitnya pas 1.5 trilyun dulu? Bukannya pembangunan infrastruktur bisa dilakukan secara bertahap alias nyicil? Kalau uang hasil right issue-nya malah ‘dianggurin’ di Culford, ntar pembangunan BBCT bakal lama dong selesainya?

Jadi, hati-hati dengan kata ‘menunjuk’ pada kalimat ‘KARK menunjuk PT China Harbour Indonesia’. Kalimat tersebut memberi kesan bahwa KARK seolah-olah memiliki porsi mayoritas (atau dengan kata lain lebih berkuasa) atas proyek BBCT. Padahal kalaupun CHEC menerima ajakan KARK untuk mengembangkan BBCT, porsi CHEC lebih besar yaitu 65%.

Rata-rata volume perdagangan KARK selama desember, ketika harganya mentok di 50, mencapai 20 juta lembar per hari, atau dengan kata lain likuiditasnya masih sangat bagus, ga terlalu jauh dengan BIPI yang ditransaksikan 30 juta lembar per hari. Artinya kalau dari sisi spekulasi, KARK masih bisa naik sewaktu-waktu dong? Dan ga perlu nunggu waktu lama?
Salah satu syarat agar sebuah saham bisa naik atau turun secara cepat dalam satu hari, adalah jumlah saham yang ditransaksikan banyak, alias likuid. Kita tahu bahwa dengan likuiditasnya yang bagus tersebut, BIPI bisa dengan mudah naik atau turun beberapa poin dalam sehari. Itu berarti, KARK juga bisa saja dong, naik ke setidaknya 51 pada waktu-waktu tertentu? Sayangnya meski likuiditasnya mirip, terdapat perbedaan mendasar antara BIPI dan KARK. Apa itu? Harga BIPI saat ini di level 100-an, sementara KARK mentok di 50.

Memangnya kenapa? Jadi begini. Karena harga KARK di pasar reguler tidak bisa lebih rendah lagi dari 50, maka setiap harinya jumlah saham KARK yang dilepas pemiliknya (yang putus asa) pada harga 50 jadi menumpuk (karena mereka kan gak bisa menjualnya pada harga dibawah 50), yaitu rata-rata mencapai 400 ribu lot, atau 200 juta lembar (ntar coba cek). Sehingga, kalau ada sejumlah investor yang membeli KARK secara besar-besaran pada harga 50, sehingga jumlah saham sebanyak 200 juta lembar tersebut akhirnya terserap semuanya, maka barulah KARK akan naik ke 51. Jadi memang diperlukan lebih dari sekedar likuiditas yang bagus untuk menaikkan KARK. Jumlah transaksi sebesar 20 juta lembar saham per hari jelas masih jauh dari jumlah minimum yang diperlukan KARK untuk setidaknya naik ke 51, yaitu 200 juta lembar. Setelah KARK 'terbebas' dari level 50 dan naik ke level 51, barulah untuk naik lagi ke level-level berikutnya yaitu 52, 53, dan seterusnya, likuiditas yang diperlukan jauh lebih ringan, yaitu sekitar 20 - 40 juta lembar per level, karena tidak ada lagi penumpukan aksi jual pada satu harga tertentu.

Hal ini berbeda dengan BIPI. Ketika harganya jeblok ke 100 misalnya, maka kalau ada pemilik sahamnya yang pesimis dengan prospek BIPI, dia masih bisa melepasnya pada harga dibawah 100, katakanlah 99 atau 98, jika jumlah tawaran pada harga 100 sudah habis. Alhasil, tidak akan terjadi peristiwa dimana jumlah saham BIPI yang dilepas pemiliknya pada harga 100 menjadi menumpuk. Paling banyak hanya 10 ribu lot, atau 5 juta lembar. Artinya, hanya diperlukan transaksi sebanyak 5 juta lembar saham saja untuk menaikkan BIPI dari posisi 100 ke posisi 101. Kalaupun BIPI sempat turun ke 98, maka untuk menaikkannya ke posisi 101 diperlukan 5 juta lembar dikali 3 poin (selisih 98 dan 101), alias 15 juta lembar. Masih nggak terlalu banyak.

Karena itulah, anda jangan langsung ngiler sama saham yang harganya mentok di 50, hanya karena harga tersebut gak bisa turun lebih rendah lagi (kalau di pasar reguler, di pasar negosiasi ceritanya bisa berbeda). Sebab saham tersebut untuk bisa naik ke setidaknya 51 saja, beratnya bukan main. Jadi sebelum melirik saham gocapan, sebaiknya liat-liat dulu, apa yang membuat saham tersebut menjadi saham gocapan.

KARK bisa reverse nggak?
Nggak, kecil kemungkinannya KARK akan ngelakuin itu, karena itu cuma akan bikin investor segera keluar. Perusahaan yang melakukan reverse stock biasanya karena kinerjanya buruk. Kalau dari sisi pendapatan dan laba bersih, KARK ini masih lumayan kok.

Katanya dana hasil right issue-nya dipakai buat akuisisi PT Anugerah Tompira Nikel dan PT Belang Belang Coal Terminal. Bener gak sih?
Bener. KARK mengatakan bahwa mereka meraih dana 1.8 trilyun, atau tepatnya 1,853 milyar, dari right issue. Dari dana tersebut, 5 milyar dipakai buat membiayai penyelenggaraan right issue-nya, 350 milyar dipakai buat akuisisi 70% saham PT Anugerah Tompira Nikel, dan 100 milyar dipakai buat akuisisi 80% saham BBCT. Sisanya yang 1.4 trilyun gimana? Ditaro di Culford.

Bagaimana dengan nilai penjualan KARK pada kuartal III 2010, yang naik sangat signifikan dibanding periode sebelumnya?
Sejak memasuki tahun 2010, KARK aktif melakukan aktivitas jual beli batubara. Total nilai batubara yang dibeli KARK dari perusahaan batubara lainnya sepanjang sembilan bulan 2010 (9M10), mencapai 1,085 milyar, naik sangat banyak dari sebelumnya hanya 92 milyar. KARK lalu menjual batubara tersebut ke beberapa perusahaan lainnya, terutama perusahaan asing (ekspor), dan memperoleh pendapatan 1,261 milyar. Setelah dikurangi biaya ini itu, diperolehlah laba kotor 131 milyar, hingga akhirnya didapat laba bersih 70 milyar.

So, secara umum gak ada yang aneh dengan nilai penjualan KARK. Jumlah penjualan batubara hasil galian sendiri, meski sedikit, juga tampaknya meningkat, kelihatan dari ongkos penggalian yang naik dari 17 milyar menjadi 46 milyar. Salah satu penyebab utama kenaikan penjualan KARK yang signifikan, adalah karena perusahaan mendapat kontrak penjualan batubara kepada Agritrade International Pte Ltd, perusahaan perdagangan komoditas asal Singapura, senilai lebih dari 600 milyar. Ibaratnya, kalau anda tiba-tiba didatangi orang yang minta dicariin batubara sekian ratus ribu ton, dan orang tersebut bersedia bayar 600 milyar, apa yang akan anda lakukan? Ya tinggal cari saja beberapa perusahaan yang punya batubara yang totalnya sebanyak itu, dan beli semuanya pada harga yang lebih rendah dari 600 milyar, katakanlah 550 milyar. Dapet deh rejeki nomplok 50 milyar.

Pada beberapa waktu terakhir ini, KARK tampaknya mampu menjalin hubungan perdagangan batubara dengan beberapa perusahaan asing, setelah sebelumnya hanya mampu menjual batubara kepada perusahaan lokal. Itu sebabnya KARK sangat bernafsu untuk mengembangkan pelabuhan BBCT, yang nantinya akan mereka gunakan untuk mengkapalkan batubara ke luar negeri. Masalahnya, membangun pelabuhan senilai Rp 1.5 trilyun tentunya nggak semudah itu, dan memerlukan banyak waktu. Duit sebanyak itu juga tentunya bukan jumlah yang sedikit bagi KARK, yang sebelum right issue nilai asetnya termasuk kecil, yaitu dibawah 1 trilyun.

So, it’s all about a matter of time. Sabar dong gan!

Komentar

Batara Sumartio mengatakan…
Hi Mr Teguh Hidayat, thank's atas kritik nya tentang saham Rp. 50,-.

Maklum, masih ada jiwa spekulasi untuk saham Rp. 50,- ...

Tetapi, jangan lupa, ini tidak berlaku untuk BNBR, jika bandar "KUMAT BERAT" dan investor, tidak sempat akumulasi, penyesalan akan datang (contoh Rp. 50,- terbang ke Rp. 83,-)...
Unknown mengatakan…
terima kasih pak teguh atas ulasannya,, btw nanti kark ada rups tanggal 20 dec, kira2 kalo retail punya 100 lot boleh dateng rups ga pak?penasaran pgn ikut,,hehe,,thanks
keneisha mengatakan…
Boleh gak dikasih tau Pak Teguh, sebenarnya berapa sih harga wajarnya KARK ?
tetus mengatakan…
Pak Teguh punya saham KARK gak? ;-)

For all, thanks berat atas ulasannya.
Anonim mengatakan…
bisnis modelnya aneh. Bbct itu targetnya batubara tapi kok di sulawesi.. Salah pulau kali. Hehehe atau memang menjebak orang super greedy dan ignorance. KARK is full of $H(t in my opinion.
Anonim mengatakan…
Ane juga pegang Kark gan.... yuk,kita sama2 naikin harga Kark. Asing , Aseng keluarkan jurus andalanmu...... :)
karim mengatakan…
pak, gimana dengan martha berto,mohon analisisnya. matur nuwum
Ruben T mengatakan…
terimakasih banyak pak teguh , infonya sangat membantu . . . .
muhammad natsir mengatakan…
pak teguh analisanya ok bgt.
kalau ASJT bgmn pak. saham ini satu thn gk gerak2. nilainya tetap 420. padahal net profitnya naik walau op profitnya turun. gk ada right issue. sahamnya juga tdk di level 50. kenapa ya saham ini??
satu lg pak kalau mau download laporan keuangan yg lengkap dan terbaru dimana ya, kalo situs BEI susah downloadnya
sidaut mengatakan…
Udah di ulas ama pak teguh, masih ada aja yang ngetes, yang bingung, yang ngomong tapi.. tapi .. tapi.. tapi apa? heran deh..

anda punya duit? bayar wartawan suruh pasang berita, dijamin keluar..

katakan anda punya perusahaan yang listing di bei, lapkeu bagus, semua bagus, invest disana sini. siapa yang tau kebenarannya? anda sendiri bukan?
kalo masih bingung dateng sendiri ke kark sana, liat sendiri, tanya sendiri

yang masih punya spekulasi beli saham gocap, luarbiasa nekatnya :)
stig mengatakan…
ulasan mantap..

om daut ngamuk tuh gr2 msh ada yg ngeyel.. :D
goklas mengatakan…
hahaha, ane juga megang kark nih. ga banyak juga sih. mudah-mudahan jangan jadi kayak ZBRA aja. hahaha
netral mengatakan…
utk sidaut tanpa mengurangi rasa hormat saya namun jgnlah under estimated dgn saham gocap ingat SIPD dulu gocap toh naik juga LPPS gocap naik HADE aja yg lebih gak jelas lagi dr gocap bisa naik nah yg lebih dashyat lagi FREN ini kayaknya bakal digoyang naik meskipun hanya sesaat dan ulah spekulan. Kalau kita terjun didunia saham memang 50% modal ilmu/teori(FA/TA) dan 50% lagi modal keyakinan dan sering orang menyebutnya modal nekat. Siapa sih yg bisa nebak arah suatu saham 100 %,pak teguh aja saya yakin ngak bakal berani ? mungkin cuma Tuhan yg tahu,jd biarlah yg berkomentar,kritik,argumen dan saran kita hargai toh ini forum bebas asal tetap sopan setuju ???
mbah mengatakan…
analisis yg masuk akal dari pak teguh...jika yg numpuk di 50 sebanyak 400 juta lembar...maka jika transaksi harian diasumsikan cuma 4 juta lembar yg dibeli maka kira-kira paling cepat 100 hari lagi baru naik ke 51...setelah itu mungkin bisa lsg ngebut...jadi sabar aja, KARK memang buat jangka panjang kira-kira untuk 6 bulan ke atas.
mbah mengatakan…
Mengikuti hitungannya pak teguh. Jika yg menumpuk saat ini 400 juta lembar = 800 ribu lot = Rp20 M...maka jika yg terserap per hari cuma 4 juta maka kira 3 - 4 bulan lagi baru naik ke 51...harga berikutnya keperluan likuditasnya sedikit...jadi sabar aja dulu...mudah2an dalam setahun harganya sudah bisa naik minimal 100%...ada yg kuat sabar setahun? semoga cuan
Chandra12 mengatakan…
Kark memang luar biasa bisa menarik perhatian begitu banyak investor yg cinta mate ama kark. sabar ajalah ngak usah ribut sedang FREN yg sekarat aja udah mau berdiri apalagi kark. bravo mas teguh. saya senang bangat ama analisis bapak sederhana mantap kenak sasaran
Batara Sumartio mengatakan…
Hi Mr Sidaut ...

01. Aku punya nyali, sifat nekat yang luar biasa, dan mental baja di market yang kejam (bahkan pialang aku, kadang gagal meredam aku).

02. Aku bahkan menang 100% (tidak ada loss / rugi) dalam duel hidup mati saham kelas berat "BUMI RESOURCES", duel dengan memakai pinjaman sekuritas (very high risk)(ingat BUMI yang anjlok 3 hari setelah bagi deviden).

03. Ketika tulisan ini dibuat, suspensi FREN sudah dibuka dan sempat naik ke Rp. 53,- dengan volume lebih dari 1.000.000 lot.

04. Jadi Mr. Sidaut, HIGH RISK VS HIGH GAIN ...
Investor Fokus mengatakan…
Mas teguh,... ada info terbaru lagi gak ya tentang KARK. Saya ama kawan2 pegang cukup banyak. 1000 lot. Mohon info terbaru mas teguh. Tq.

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Kuartal II 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia