Sierad Produce: Too Bad to be True

Apa makanan pokok masyarakat di Indonesia? Jawabannya sudah pasti nasi, kecuali jika anda setuju dengan Menteri Pertanian kita yang menyuruh masyarakat untuk mengganti nasi dengan singkong (yang bener aja!). Lalu apa lauk nasi favorit semua orang? Percaya atau tidak, jawabannya adalah daging ayam, entah itu digoreng, dipanggang, dibikin sup, ataupun diolah menjadi sosis atau nugget. Yup, daging ayam adalah makanan kesukaan masyarakat Indonesia dari seluruh strata sosial, mulai dari buruh pabrik hingga si pemilik pabrik itu sendiri. Rasanya yang lezat serta harganya yang lebih terjangkau ketimbang jenis daging lainnya, menyebabkan permintaan akan daging ayam senantiasa meningkat dari waktu ke waktu, seiring dengan laju pertumbuhan jumlah penduduk.


Karena bisnisnya memang menarik dan juga prospektif, maka tak heran jika perusahaan-perusahaan peternakan ayam (poultry) dan industri lainnya yang terkait hampir selalu mencatat kinerja yang cemerlang. Sebut saja Charoen Popkhand Indonesia (CPIN), Japfa Comfeed (JPFA), Malindo Feedmill (MAIN), hingga Multibreeder Adirama (MBAI). Beruntung bagi kita investor pasar saham, keempat perusahaan tersebut listing di BEI sehingga kita bisa beli sahamnya. Namun memang perusahaan yang disebut terakhir yaitu MBAI, baru-baru ini delisting dari bursa setelah diakuisisi oleh Japfa.

Tapi perusahaan ternak ayam yang listing di BEI gak cuma empat perusahaan diatas saja, melainkan masih ada satu lagi yaitu Sierad Produce (SIPD). Sayangnya seperti yang anda ketahui, SIPD ini entah kenapa kinerjanya terbilang buruk jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain di sektor yang sama, sehingga alhasil, sahamnya pun gak pernah kemana-mana, melainkan cuma mondar mandir saja di level 50 – 60. Tadinya penulis sempat berpikir bahwa SIPD ini, meski bidang usahanya memang menarik namun mungkin perusahaannya hanya berstatus sebagai perusahaan kecil yang nggak jelas, sehingga wajar jika sahamnya berada di level gocapan. Namun faktanya, SIPD merupakan perusahaan yang cukup besar dengan aset Rp3.1 trilyun pada tanggal 30 September 2012, atau hampir satu setengah kali lebih besar ketimbang MAIN. Tapi anehnya laba bersih SIPD di periode Sembilan Bulan 2012 cuma Rp17 milyar, alias jauuu...uuh dibawah laba bersih MAIN di periode yang sama sebesar Rp267 milyar.

Jadi dimana letak masalahnya? Well, sebelum kita membahas itu, mari kita pelajari SIPD ini dari awal terlebih dahulu.

Logo Belfoods, salah satu merk produk olahan ayam milik Sierad Produce

SIPD didirikan di Jakarta pada tahun 1985, dengan bidang usahanya ketika itu ekspor dan impor pakan ternak. Perusahaan listing di BEI pada tahun 1996, dan menjadi besar pada tahun 2001 setelah menerima penggabungan (merger) beberapa perusahaan. Penggabungan tersebut, yang disusul oleh pengembangan-pengembangan usaha selanjutnya, menjadikan SIPD sebagai perusahaan ternak ayam yang terintegrasi. Pada saat ini SIPD boleh dikatakan memiliki semua jenis usaha di industri ternak ayam, mulai dari memproduksi peralatan ternak, pakan ternak, penetasan telur, ayam umur sehari (day old chicken/DOC), pembibitan dan pemeliharaan ayam hingga siap potong, rumah potong ayam, hingga membuat makanan olahan dari daging ayam (nugget, sosis, dll) dengan merk Belfoods. Tidak hanya sebagai produsen, SIPD juga memiliki beberapa unit usaha di bidang distribusi dan perdagangan ritel (Belmart), hingga kemitraan ternak ayam dengan peternak perorangan. Satu lagi, SIPD punya satu unit usaha di bidang produsen tepung ikan, namun kontribusinya terhadap pendapatan perusahaan secara keseluruhan masih belum signifikan.

Meski sudah merambah sektor ternak ayam dari hulu ke hilir, dan ukuran perusahaannya sendiri sudah cukup besar, namun hingga kini SIPD masih terus berekspansi. Berikut adalah beberapa rencana pengembangan usaha yang dipaparkan perusahaan dalam public expose terakhirnya, tanggal 17 Juli 2012 lalu:

  1. Pembangunan lima fasilitas pembibitan ayam di Lebak, Banten
  2. Pembangunan satu fasilitas penetasan telur ayam (hatchery), juga di Lebak.
  3. Pembangunan tiga fasilitas peternakan ayam di Bogor, Jawa Barat, belum termasuk akuisisi satu peternakan ayam dari perusahaan lain.
  4. Pembangunan satu fasilitas pemotongan ayam di Mojokerto, Jawa Timur.
  5. Penambahan gerai-gerai Belmart di beberapa kota di Indonesia
  6. Penambahan mesin untuk meningkatkan kapasitas produksi makanan olahan merk Belfoods hingga 60%.
Sebagian besar dari proyek-proyek diatas dijadwalkan selesai dikerjakan pada Kuartal III atau IV 2012, dan sudah bisa beroperasi pada awal tahun 2013. So, SIPD ini jelas memiliki prospek yang menarik. Apalagi secara historis, nilai aset dan pendapatan perusahaan dalam lima tahun terakhir selalu naik terus. Berikut datanya, angka dalam milyaran Rupiah:

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
2012*)
Aset
1,295
1,385
1,641
2,037
2,642
3,082
Pendapatan
1,632
2,332
3,243
3,643
4,029
3,071
*) hingga Kuartal III






Btw, salah satu indikator dalam analisis fundamental adalah asset turnover (ATO) alias perputaran aset. Angkanya didapat dari membagi nilai pendapatan dengan aset perusahaan yang bersangkutan. ATO ini, semakin besar angkanya maka semakin bagus, karena menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengoptimalkan asetnya untuk memperoleh omzet yang sebesar-besarnya. Nah, berikut ini adalah data annualized ATO untuk SIPD dan perusahaan-perusahaan lain di bidang yang sama (CPIN, JPFA, dan MAIN), untuk periode Kuartal III 2012.

Perusahaan
CPIN
JPFA
MAIN
SIPD
Aset
11,748
10,863
1,807
3,082
Pendapatan (disetahunkan)
21,215
17,865
3,355
4,095
ATO
1.8
1.6
1.9
1.3

Perhatikan, dari data diatas maka anda bisa melihat bahwa sektor per-ayam-an ini memang luar biasa, dimana dari keempat perusahaan yang listing di bursa, kesemuanya mencatat ATO lebih dari 1 kali, atau dengan kata lain, pendapatan mereka dalam satu tahun sudah lebih besar ketimbang nilai aset perusahaannya sendiri. Hal yang sama juga berlaku untuk SIPD, yang mencatat ATO 1.3 kali. Meski angka tersebut memang lebih kecil ketimbang tiga perusahaan lainnya, namun itu adalah karena aset SIPD telah meningkat pesat dalam dua tahun terakhir karena proses pengembangan usaha, sementara peningkatan pendapatannya belum sekencang kenaikan asetnya tersebut (pendapatan SIPD mungkin baru akan meningkat signifikan pada tahun 2013 nanti, kalau proyek-proyeknya yang sudah disebut diatas berjalan lancar). Tapi kalau kita lihat data historisnya, pada tahun 2011 lalu ATO SIPD mencapai 1.5 kali, dan juga sempat mencapai 2.0 kali pada 2009.

Karena pendapatannya besar, maka otomatis laba bersih dari perusahaan-perusahaan ayam ini seharusnya juga besar. Dan memang begitulah, level return on equity milik CPIN dkk memang sangat baik. Berikut datanya (untuk periode Sembilan Bulan 2012):

Perusahaan
CPIN
JPFA
MAIN
SIPD
Ekuitas
7,962
4,686
647
1,279
Laba Bersih (disetahunkan)
3,288
1,336
356
22
ROE (%)
41.3
28.5
55.1
1.8

Nah, dari sini barulah kelihatan bahwa SIPD ini ternyata nggak beres. Ketika tiga perusahaan lainnya mencatat ROE yang terbilang fantastis, SIPD malah hanya mencatat laba bersih Rp16 milyar (disetahunkan jadi Rp22 milyar), sehingga ROE-nya cuma 1.8%. Masuk akal? Jelas tidak. Pihak manajemen sempat mengklaim bahwa laba yang sangat kecil tersebut adalah karena turunnya harga daging ayam dan DOC. Tapi jika memang itu penyebabnya, lantas kenapa CPIN, JPFA, dan MAIN tidak mengalami masalah yang sama?

Dan kalau kita telusuri lebih lanjut, kecilnya laba bersih SIPD ini sudah terjadi sejak lama. Kalau kita pakai data milik CPIN, JPFA, dan MAIN, ketiga perusahaan ini rata-rata mencatat net profit margin (NPM, nilai laba bersih dibanding pendapatan) antara 7 hingga 15%, sehingga untuk setiap pendapatan sebesar Rp1 milyar, ketiga perusahaan diatas mampu meraup laba bersih antara Rp70 hingga 150 juta.

Sementara SIPD? Nih, anda lihat sendiri saja datanya:

Tahun
2007
2008
2009
2010
2011
Pendapatan
1,632
2,332
3,243
3,643
4,029
Laba Bersih
21
27
37
61
22
NPM (%)
1.3
1.2
1.1
1.7
0.5

Perhatikan, ‘rekor’ NPM tertinggi SIPD dicapai pada tahun 2010 lalu, yakni sebesar 1.7%, dan itu tentu saja sangat kecil untuk ukuran perusahaan produsen, apalagi jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan lain di sektor yang sama.

Lantas apa masalahnya? Well, entahlah, tapi biaya produksi SIPD memang sangat mahal sehingga laba SIPD sudah kecil sejak dari laba kotor alias gross profit-nya, tak peduli sebesar apapun pendapatan perusahaan. Dalam lima tahun terakhir, margin laba kotor SIPD hanya sekitar 7 – 10%, dan itu sekali lagi, jauh lebih rendah ketimbang margin laba kotor ketiga perusahaan ayam lainnya yang mencapai 20% lebih. Ini tentu aneh, karena jika mempertimbangkan bahwa SIPD juga memiliki anak usaha di bidang distribusi, maka seharusnya margin labanya bisa lebih besar ketimbang perusahaan ayam lainnya, karena SIPD tidak harus seperti CPIN dkk yang menyerahkan proses distribusi produk-produknya kepada pihak ketiga.

Mahalnya biaya produksi SIPD tersebut, salah satunya adalah karena tingginya biaya bahan baku pakan ternak. Sayangnya tidak ada info lebih lanjut mengenai berapa harga per kilo jagung (salah satu bahan baku pakan ayam) yang dibeli perusahaan, misalnya. Anehnya meski masalah utama SIPD sejak dulu terletak di biaya produksinya yang selangit, namun dari berbagai pengembangan usaha yang dilakukan perusahaan selama ini, tidak ada satupun diantaranya yang bertujuan untuk menekan biaya produksi. Hal ini sangat berbeda dengan salah satu kompetitornya, CPIN, yang sejak tiga tahun lalu sengaja mengakuisisi sebuah perusahaan perdagangan jagung dan komoditas lainnya, PT Agrico, untuk tujuan mengamankan supply dan mengendalikan harga bahan baku pakan ayam.

Tapi apapun itu, kecilnya laba bersih yang diperoleh SIPD selama ini tentu saja menyebabkan sahamnya juga jadi nggak kemana-mana. Tak hanya itu, besarnya pajak yang dibayar perusahaan juga jauh lebih kecil ketimbang tiga perusahaan lainnya. Berikut datanya untuk periode Sembilan Bulan 2012, angka dalam milyar Rupiah:

Perusahaan
CPIN
JPFA
MAIN
SIPD
Pendapatan (A)
15,199
13,399
2,516
3,071
Pajak Penghasilan (B)
680
231
78
8
B dibanding A (%)
4.3
1.7
3.1
0.3

Jadi apakah kecilnya laba bersih SIPD tersebut adalah untuk menghindari pajak? We will never know.. Tapi setelah melihat perusahaannya yang (sebenarnya) bagus dan tidak kalah dengan perusahaan ayam lainnya, serta prospeknya juga menarik, then this company is just too bad to be true. Well, someone has to do something here.

Komentar

Anonim mengatakan…
ganti dengan junior....
Anonim mengatakan…
biasa manajemen org lama : transfer pricing, suppliernya pasti org sendiri
Unknown mengatakan…
Berarti kesimpulannya, jauhi saham ini dulu ya pak?
Anonim mengatakan…
buat mas teguh, saya bingung nih. apakah laporan keuangannya tidak diaudit ya? lantas kalo memang ada kejanggalan kenapa public acountant-nya mau saja "mempercantik" terlalu jauh?
Anonim mengatakan…
yg seharusnya bergerak adalah kantor pajak, auditor mah gampang diatur. Tapi jgn2 selama ini pemeriksa pajaknya sejenis Gayus nih :).
Anonim mengatakan…
Klo untung sendiri-sendiri,klo rugi baru sama2.... berarti pemilik perusahaan mau untung sendiri pa
¯\_(ツ)_/¯
Anonim mengatakan…
Laba kecil banget, tapi Aset bisa naik pesat setiap tahun... darimana ??
Ini financial engineering, pembelian Aset dimasukkan kedalam biaya operasional, jadi gross margin sudah kecil...
Anonim mengatakan…
salah asuhan atau manajemen "kotor" ?
Anonim mengatakan…
Saya tidak tahu berapa kepemilikan publik, tapi kalo melihat data-data di atas, saya hakul yakin, labanya diambil oleh pemilik mayoritas untuk memperkaya diri. Cek aja HPP nya, pasti membengkak. Pasti banyak biaya2 fiktif yang pada akhirnya mengalir masuk kantong pemilik mayoritas. Jauhi saham ini karena tidak akan menguntungkan publik.
Anonim mengatakan…
Bossnya maen lukisan..uang bisa jd dilariin kesana. Plus manajemen maennya ama supplier...boss m3mperkaya diri n mmnajemen juga..
Anonim mengatakan…
Turunkan management yg sekarang ... Ganti semua Direktur nya ! Jelas - jelas korupsi terjadi di perusahaan ini dari tingkat Manager hingga Direktur !
Anonim mengatakan…
Bagus sekali analisa Anda, sy juga agak aneh dr hasil segmentasi yg membuat rugi SIPD dikatakan berasal dr program kemitraan, cuma anehnya mosok masih ada manajemen yg sebegitu bodoh segmen yg membuat rugi emiten bertahun2 tiada upaya perbaikan ? Or menguap kemana keuntungan selama ini ? Only God and "Them" know the answers.
Anonim mengatakan…
Mau dibuat delisting kali pak.. terus dipailitin deh..
Anonim mengatakan…
"too bad to be true" meaning strong buy :)
Anonim mengatakan…
This company seriously needs a major revamp in its top management team . Looking at the prospects of the line of businesses this company is involved in , the PBV should be at least 2x or between 250 - 275 .

If we look at the latest financial statements which is still the 3Q 2012 result , it is being traded at only 0.5x . This reflects the incompetence of the top management of this company to generate a good return for its shareholders . Or Heavy and Serious Corruption is happening within inside of this company from top to the bottom .
Tax Office needs to be informed to conduct a special audit on this company as it is not only cheating on its minority shareholders , it is also cheating on the country by trying to avoid from paying income taxes !
Anonim mengatakan…
bagaimana dengan MAIN?

harga saham nya jatuh paling banyak gara2 isu flu burung belakangan ini dibanding JPFA sama CPIN, kenapa?

pergerakan harga saham MAIN tahun ini juga masih lebih lelet dibanding JPFA, CPIN bahkan Indonesia Index...

padahal MAIN P/E nya paling kecil, margin nya cukup kuat dan ROE nya paling besar diantara smua pemain ayam... apa gara2 perusahaan ini lebih kecil jadina dianggap lebih risky dan dijauhi insitutional investors?
Anonim mengatakan…
kalau saya yg punya mending delisting aja, permodalan dari bank, daripada malu dan diutak atik para analist. udah jelas sahamnya ga menarik ngapain masih diperdagangkan??
Anonim mengatakan…
Di lakukan audit Pajak saja oleh team dari Dirjen Pajak....saya punya kenalan nih (team kpk-nya Dirjen Pajak)
Anonim mengatakan…
" Di lakukan audit Pajak saja oleh team dari Dirjen Pajak....saya punya kenalan nih (team kpk-nya Dirjen Pajak) " - Minta segera meluncur aja ke SIPD , pasti bisa nangkap tuh pencuri-pencuri dan koruptor-koruptor disana .
Anonim mengatakan…
" Di lakukan audit Pajak saja oleh team dari Dirjen Pajak....saya punya kenalan nih (team kpk-nya Dirjen Pajak) " - Minta segera meluncur aja ke SIPD , pasti bisa nangkap tuh pencuri-pencuri dan koruptor-koruptor disana . >>> ngemeng doank.. buruu lah telpon org dirjen pajaknya"Tong kosong itu nyaring bunyinya"
Anonim mengatakan…
Di lakukan audit Pajak saja oleh team dari Dirjen Pajak....saya punya kenalan nih (team kpk-nya Dirjen Pajak) --->>>> jangankan kenalan, bapak saya orang KPK, jadi selow aja buat masalah beginian, kalo ngerti baca Laporan Keuangan mungkin anda bisa mencerna dengan baik apalagi sudah terjun langsung di Dunia Akuntansi.

Kalo dilihat sekilas dengan rasio2 memang terlihat ada yang aneh, tapi kalau anda lebih detail analisa kepada account2 tertentu mungkin lebih bisa menjawab pertanyaan2 dari agan2 semua,

jadi kalo analisa laporan keuangan jangan setengah2 baca nya, jangan mengandalkan analisa rasio saja dan masih banyak alternatif lain

Sorry No Offence...
Anonim mengatakan…
Anda seorang investor atau spekulan ? Kalau spekulan tidak pernah melakukan analisa , investor mustinya menganalisa lapkeunya dan mengikuti perkembangan bisnisnya. Ekspansi dimulai dr 4Q10 secara bertahap dan belum memberikan kontribusi yg berarti dalam revenuenya, bgm bisa dibandingkan dg CPIN, JPFA yg lebih dahulu melakukan expansi di th 2007 & 2008 shg hasil ekspansi telah berkontribusi pd revenue dan net income mrk sejak 3Q09. Dampaknya harga saham naik mengikuti kenaikan kinerjanya. Mulai th 2013 hasil expansi SIPD akan berkontribusi dalam revenuenya.starting point SIPD
Anonim mengatakan…
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Anonim mengatakan…
tingginya COGS karena FA nya besar. namun pada saat yang sama utilisasinya kecil. perlu diingat ada komponen fixed cost berupa depresiasi di COGS. karena utilisasinya rendah, depreciation expense per unitnya jadi besar. itu alasan mengapa biaya produksi bahan baku untuk business line makanan ternak SIPD membengkak sehinggi gross marginnya udah terpangkas dari gross level. this will be carried all the way to bottom line. masukan untuk analis, coba liat kenapa nilai fixed assetsnya besar. apakah ada kesalahan dari strategi perusahaan di masa lalu? mungkin ada ekspansi yang terlalu menggebu2 dan tidak diiringi oleh peningkatan market share. hubungi ibu Elis Lestari yang merupakan IR dari SIPD untuk dapat data dan pandangan lebih baik tentang perusahaan. kalau ada waktu, coba bahas juga posisi balance sheet perusahaan. terakhir saya liat sekitar tahun 2009 mereka ada negative retained earning dan berencana melakukan quasi reorganisasi. apakah sudah dilakukan? bahas juga mengenai jumlah pemegang saham yang terlalu banyak. dengan demikian perusahaan sering kali susah qorum setiap rapat umum pemegang saham. masih banyak yang bisa dibahas dari SIPD. salam kenal untuk penulis. maju terus mas... :)
Peter mengatakan…
@Anonim

itu aset naik pesat karena hutangnya juga naik pesat pak

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Terbit 8 November

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 12 Oktober 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Penjelasan Lengkap Spin-Off Adaro Energy (ADRO) dan Anak Usahanya, Adaro Andalan Indonesia