Investor Besar BlackRock Membeli Saham GOTO? Apakah Prospeknya Sebenarnya Bagus?

Pak Teguh, saya dengar investor institusi kelas dunia seperti BlackRock, Vanguard Group dll membeli saham PT Goto Gojek Tokopedia, Tbk (GOTO) dalam jumlah besar, dan itu membuat saya bingung. Saya sudah baca banyak tulisan Pak Teguh terkait GOTO, dan saya setuju bahwa sahamnya tidak direkomendasikan karena memang perusahaannya rugi terus. Jadi pertanyaannya, bagaimana perusahaan investasi sekaliber BlackRock tetap berinvestasi di GOTO? Apa dasar analisanya? Karena tidak mungkin jika mereka asal beli saja saham GOTO ini seperti yang dilakukan investor ritel pemula bukan? Mohon penjelasannya.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Kuartal III 2023 sudah terbit, dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

***

Jawab:

Terkait bagaimana analisa yang dilakukan BlackRock hingga akhirnya mereka memutuskan untuk masuk ke GOTO, then I have no idea, namun yang jelas kami sendiri juga punya analisa soal prospek GOTO ke depan bagaimana, di mana menurut kami prospeknya tidak menarik, sama sekali. Mungkin perlu juga dicatat bahwa analisa ini bisa berubah ke depannya, misalnya jika GOTO suatu hari nanti akhirnya membukukan laba. Tapi sejak awal IPO-nya dan sampai dengan ketika artikel ini ditulis, maka kami masih merekomendasikan sell untuk GOTO.

Nah, tapi intinya begini: Memang di kalangan investor perorangan, terutama yang masih pemula, maka terdapat anggapan bahwa investor institusi besar seperti BlackRock dkk tidak mungkin beli saham secara asal-asalan, melainkan mereka pastinya sudah melakukan analisa komprehensif serta hati-hati sebelum memutuskan untuk masuk ke GOTO atau saham lainnya. Kemudian investor besar ini biasanya mengetahui info-info penting tertentu yang tidak diketahui investor kecil, sehingga keputusan investasi yang mereka buat hampir pasti akan berbuah profit.

Namun demikian, saya bisa langsung katakan bahwa anggapan di atas cuma mitos. Faktanya institusi besar sekalipun bisa saja melakukan kesalahan investasi yang menyebabkan kerugian, dan dalam sejumlah kasus kesalahan tersebut bahkan bisa sangat fatal hingga menyebabkan kebangkrutan institusi yang bersangkutan. Sebut saja dulu Lehman Brothers, yang merupakan bank terbesar ke-4 di Amerika Serikat, yang bangkrut di tahun 2008. Atau baru saja beberapa bulan lalu, Credit Suisse yang merupakan salah satu bank investasi terbesar di Eropa juga bangkrut. Sedangkan di Indonesia sendiri, kita tahu Asuransi Jiwasraya bangkrut karena bermain saham gorengan, padahal nilai dana kelolaan mereka sangat besar hingga puluhan triliun Rupiah. Termasuk BlackRock sendiri, maka meskipun perusahaannya sampai sekarang masih sehat dan gak ada masalah apa-apa, tapi mereka bukannya tidak pernah merugi di mana pada semester pertama tahun 2022 lalu, BlackRock menderita rugi penurunan aset hingga $1.7 triliun karena situasi bear market di Amerika Serikat ketika itu, yang kemudian tercatat sebagai rekor kerugian terbesar yang pernah diderita oleh sebuah perusahaan asset management skala global.

Dan memang Warren Buffett sendiri pernah bilang kalau dia tidak mau mengikuti fund-fund besar itu (pada tahun 1960an ketika WB masih merintis Berkshire Hathaway, di Amerika Serikat sudah ada banyak fund/reksadana besar dengan dana kelolaan miliaran Dollar), melainkan ia selalu berpatokan pada analisanya sendiri soal saham apa saja yang bagus dan yang tidak. Ini bukan berarti BlackRock dkk itu keliru terkait investasi mereka GOTO, tapi disisi lain juga tidak ada jaminan bahwa investasi mereka tersebut bakal tepat dan profit. Kemudian kita juga tidak tahu berapa banyak persisnya dana yang mereka tempatkan di GOTO. Jika misalnya mereka hanya menempatkan kurang dari 1% dari total dana kelolaan, maka artinya mereka juga tidak seyakin itu dengan prospek GOTO itu sendiri. Contohnya untuk Astra International (ASII) yang juga berinvestasi di GOTO, maka perusahaan hanya menempatkan Rp3.5 triliun untuk membeli 18.7 miliar lembar saham GOTO pada harga Rp187 per saham, alias tidak sampai 1% dari total asetnya yang sebesar Rp443 triliun.

Kemudian, ini yang menarik: Banyak yang menyebut GOTO sebagai 'the next amazon', termasuk bawa-bawa nama Warren Buffett yang juga diketahui ada beli saham Amazon, Inc (AMZN), sehingga mengesankan bahwa Opa Warren juga setuju bahwa GOTO ini bagus. Padahal GOTO jelas berbeda dengan AMZN. Dan kalaupun kita percaya bahwa perusahaan bakal tumbuh hingga sebesar AMZN suatu hari nanti, tapi Opa Warren hanya beli saham AMZN sebanyak sekitar $1 miliar saja, atau sama sekali tidak signifikan dibanding total aset Berkshire Hathaway (BRK) yang mencapai lebih dari $700 miliar, dan juga jauh lebih sedikit dibanding nilai kepemilikan BRK di saham Apple, Inc. (AAPL), yang mencapai hampir $200 miliar.

Jadi kesimpulannya, kita tidak bisa melihat saham yang dibeli oleh institusi besar sebagai patokan ‘saham bagus’, terutama jika institusi besar ini tidak memberikan penjelasan rinci soal kenapa mereka membeli saham tersebut (dan memang mereka tidak akan memberikan penjelasan seperti itu, sama seperti jika Bapak Lo Kheng Hong membeli saham tertentu maka beliau tidak punya kewajiban apa-apa untuk menjelaskan ke publik soal aksi belinya tersebut), melainkan kita harus bisa menganalisa serta menentukan sendiri saham mana saja yang bagus dan yang tidak. Malah justru kita harus hati-hati jika ada orang yang menggunakan nama besar BlackRock, atau investor terkemuka lainnya, untuk mempompom GOTO atau saham lainnya.

Di sisi lain, kita bisa menjadikan pilihan saham institusi besar ini sebagai second opinion, aka pendapat kedua untuk juga anda pertimbangkan dalam memilih saham, tapi first opinion-nya tetap harus berdasarkan analisa milik anda sendiri. Dan untuk bisa menganalisa seperti itu maka caranya adalah dengan belajar lagi tentang cara membaca laporan keuangan dll, serta berlatih praktek membeli saham itu sendiri, sembari terus menggali pengalaman. Semoga beruntung.

***

Ebook Market Planning edisi Desember 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan akan terbit 1 Desember mendatang Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

Anonim mengatakan…
BlackRock, Vanguard, StateStreet, dan sejenis adalah Index Fund.
masuk keluar saham bukan krn analisa fundamental, tapi karena: (1) ada di Index (MSCI, FTSE) (2) ada flow (redempt /subscribe di fund).
Analisa fundamental, valuasi, dll tidak relevan.
Anonim mengatakan…
Kalau mau lihat fund global yg beli krn fundamental/valuasi, lihat spt : Fidelity, Templeton, T Rowe, Capital Group, American Century, dan sejenis yang merupakan active fund manager.

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun