Prospek Saham Bank BCA (BBCA): Sudah Murah?

Pak Teguh saya baru selesai menonton salah satu video bapak di YouTube dimana disitu bapak bilang untuk pertama kalinya akan merekomendasikan saham Bank BCA (BBCA). Tapi di buku analisa terbaru, bapak merekomendasikan beberapa saham bank disitu, tapi BBCA tidak termasuk diantaranya. Bisa tolong dijelaskan Pak? Intinya BBCA ini masih bagus tidak? Dan kalau saya mau masuk maka di harga berapa?

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.

***

Jawab:

Betul pak, di kesempatan webinar terakhir tanggal 6 September 2025 lalu (cek videonya disini), saya menyebut bahwa saya mungkin akan merekomendasikan BBCA. Tapi betul juga bahwa di buku analisa saham-saham pilihan edisi terbaru Q3 2025 (cek disini) yang terbit kemudian, maka dari 25 saham yang direkomendasikan, BBCA tidak termasuk diantaranya.

Dan berikut penjelasannya. Pertama, ketika videonya dibuat, saham BBCA sedang berada di posisi Rp7,500, yang mencerminkan PER 15.8x berdasarkan kinerja laporan keuangan (LK) Q2 2025, dan itu sudah cukup murah jika dibandingkan PER historisnya yang selalu lebih dari 20x. Untuk kinerjanya sendiri maka BBCA merupakan yang terbaik diantara bank-bank besar lainnya, dimana sampai Q2 2025 tersebut laba bersihnya masih naik 8.0%, ketika laba bersih Bank BRI (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), dan Bank BNI (BBNI) semuanya mengalami penurunan.

Kedua, meski tadi saya menyebut bahwa BBCA di Rp7,500 sudah cukup murah, tapi itu jika dibandingkan dengan valuasi BBCA itu sendiri secara historis, bukan valuasi bank-bank besar lainnya secara umum, dimana PER-nya yang 15.8x tadi masih jauh lebih tinggi dibanding PER misalnya BBRI, yang hanya 11x. Sehingga, meskipun saya tidak berharap bisa beli saham BBCA pada valuasi PER yang sama, karena itu artinya sahamnya harus turun lebih lanjut ke Rp5,500, namun saya baru akan masuk ke BBCA pada PER sekitar 14x, setara harga Rp6,700. Dengan mempertimbangkan bahwa kinerja perusahaan masih bagus, prospeknya pun bagus sebagai bank untuk kelompok ekonomi menengah ke atas (meski ekonomi riil saat ini terasa lesu, tapi harus diakui bahwa itu lebih banyak di masyarakat menengah ke bawah saja), dan penurunan sahamnya lebih karena sentimen negatif beberapa waktu lalu ketika Bank BCA disebut-sebut akan diambil alih paksa oleh Danantara, ditambah aksi jual oleh investor asing, maka PER 14x itu sudah termasuk reasonable. Karena dulupun ketika kinerja BBRI masih bagus dan sahamnya juga kokoh di 6,000an, maka PER-nya ketika itu mencapai 14 – 15x.

Dan benar memasuki Oktober kemarin, BBCA lanjut turun sampai mentok di Rp7,250. Tapi masih di bulan Oktober, BBCA dengan cepat naik lagi hingga tembus Rp8,500, kemungkinan karena dua faktor. Pertama, investor asing yang sebelumnya jualan/keluar terus menerus dari Bursa Efek Indonesia (BEI), termasuk dari BBCA ini, maka di bulan Oktober tersebut berbalik mencatat net sell sebesar Rp13.0 triliun. Dan kedua, seiring masuknya dana asing maka BBCA naik paling tinggi dibanding saham big banks lainnya, kemungkinan karena pada tanggal 20 Oktober perusahaan mengumumkan rencana buy back saham senilai sebesar-besarnya Rp5 triliun, antara 22 Oktober 2025 s/d 19 Januari 2026, dan pada harga maksimum Rp9,200 per saham. Jadi praktis investor akan berpikir bahwa, bahkan kalaupun mereka masuk di harga saat ini Rp8,500, maka risikonya terhitung rendah karena itu masih dibawah harga buyback perusahaan di Rp9,200.

Nah, tapi setelah perusahaan merilis LK Q3 2025, dimana kinerjanya, meski masih bagus dan labanya masih bertumbuh, tapi tidak lebih baik dibanding Q2 kemarin, maka saya kemudian tetap bersikap konservatif: Betul asing sekarang belanja, tapi gimana kalau besok-besok mereka jualan lagi? Dan betul, BBCA buyback saham, tapi kalau boleh jujur, anggaran Rp5 triliun itu gak seberapa dibanding market cap perusahaan yang mencapai lebih dari Rp1,000 triliun (dan BBCA juga sudah pernah buyback saham sebelumnya pada Maret – Mei 2025, tapi tetap sahamnya turun). Kemudian dari press release serta materi presentasi di acara Indonesia Day 2025 di Singapura, maka manajemen juga hanya menyebut bahwa BBCA ini bank besar, kinerjanya bagus, tapi tanpa sama sekali menjelaskan tentang prospek kinerja perusahaan ke depan bakal bagaimana. Dan demikian pula di materi public expose-nya, maka manajemen membeberkan strategi pengembangan aplikasi MyBCA dkk, tapi tidak memberikan outlook apa-apa, yang mengindikasikan bahwa manajemen masih melihat bahwa sulitnya situasi ekonomi di tahun 2025 ini belum akan segera pulih dalam waktu dekat.

Kesimpulannya, yep, saya masih menganggap bahwa BBCA baru layak buy pada PER 14x, setara harga saham Rp6,500 – 7,000, berdasarkan kinerja perusahaan di Q3 2025. Dan ini bukan berarti saya memprediksi bahwa BBCA akan turun lagi kesitu. Melainkan, jika BBCA tidak turun kesitu maka kita bisa masuk ke saham lain saja dulu. Tapi jika bapak sudah pegang sahamnya sejak awal maka boleh hold, karena sekali lagi, kinerja fundamental BBCA ini masih yang terbaik dibanding bank-bank besar lainnya di Indonesia.

***

Ebook Market Planning edisi November 2025 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2025 - Sudah Terbit!

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 6 Desember 2025

IHSG Senin Crash? Maybe Not.. Tapi Justru Disitulah Masalahnya

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 6 September 2025

Video Seminar How to Invest in US Stocks - 2025

Saya Masih Hold Saham ADRO, Sekarang Bagaimana??

Cara Profit Maksimal Dari Investasi Emas