Saham Data Center Ini Diuntungkan Booming AI, Potensi Bagger
Bulan Oktober kemarin kita sudah membahas tentang prospek dari saham perusahaan teknologi di US terutama di bidang artificial intelligence aka AI (baca ulasannya disini), dimana penulis menekankan bahwa inti dari industri AI ini adalah di data center, yakni kompleks tanah dan bangunan yang berisi ratusan hingga ribuan high performance computer (HPC), yang bekerja terus menerus untuk melatih serta menghasilkan AI models, yang kemudian akan diintegrasikan ke dalam aplikasi AI yang ada di ponsel kita. AI models tersebut contohnya Gemini Nano Banana, yang sekarang sudah tersedia di aplikasi Google Gemini (gemini.google.com) dan bisa menghasilkan gambar yang nyaris persis seperti aslinya, hanya dengan kita mengetik prompt.
***
Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 6 Desember 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.
***
![]() |
| Ilustrasi penggunaan Google Gemini AI |
Dan mungkin karena sentimen Gemini Nano Banana ini pula, saham Alphabet Inc (GOOG), perusahaan induk dari Google, naik signifikan dalam sebulan terakhir dari $260 ke sekarang $299. Nah, tapi disini kita tidak akan membahas GOOG sebagai pemilik aplikasi Gemini itu tadi, melainkan perusahaan data center yang memungkinkan GOOG untuk mengembangkan AI models Nano Banana. Mungkin perlu dicatat bahwa meskipun GOOG, dan juga banyak lagi AI developers lainnya, sudah memiliki data center-nya sendiri, namun seringkali kapasitasnya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan untuk melatih AI models yang lebih canggih lagi. Jadi karena itulah mereka kemudian bekerjasama dengan pihak ketiga yang mampu menyediakan fasilitas data center ini, dan itu kemudian menjadi peluang profit jumbo bagi perusahaan yang murni bergerak di bidang data center. Salah satunya yang akan kita bahas disini, Soluna Holdings, Inc (SLNH). Okay, kita langsung saja.
Soluna Holdings, Inc berdiri pada tahun 1961 dengan nama Mechanical Technology, Inc, ketika itu bergerak di bidang distribusi komputer. Pada tahun 2021, perusahaan berubah nama menjadi Soluna Holdings, Inc, mengakuisisi sejumlah lahan di Texas, US, untuk kemudian dibangun kompleks data center di atasnya, ketika itu bukan untuk kebutuhan AI tapi untuk bitcoin mining, dimana selain ‘menambang’ bitcoin-nya sendiri maka SLNH juga menyewakan data center yang mereka miliki ke perusahaan bitcoin miners seperti Galaxy Digital (GLXY), dimana GLXY menempatkan perangkat keras (hardware) yang dibutuhkan untuk keperluan mining tersebut di lahan milik SLNH, lalu mereka membayar sewa ke SLNH. Keunggulan kompleks data center yang dimiliki SLNH adalah, mereka menggunakan energi listrik dari pembangkit listrik tenaga bayu/angin, yang biayanya sangat murah dibanding pembangkit listrik tenaga lainnya, sehingga biaya sewanya juga sama murah. Hingga tahun 2025 ini, SLNH memiliki empat kompleks data center untuk keperluan bitcoin mining, tiga diantaranya di Texas dan satu lagi di Kentucky, US, dengan total kapasitas listrik 123 megawatt (MW).
Kemudian, kembali di tahun 2022, OpenAI meluncurkan ChatGPT, suatu aplikasi kecerdasan buatan (AI) yang mampu menjawab pertanyaan dengan akurat layaknya manusia, dimana AI itu sendiri dihasilkan dari proses training menggunakan ribuan HPC yang berisi komponen graphic processing unit (GPU) yang saling terhubung, yang ditempatkan di kompleks data center. Dan peluncuran ChatGPT itu kemudian memicu perusahaan teknologi lain untuk juga meluncurkan aplikasi AI milik mereka sendiri, dan seketika perusahaan seperti Microsoft (MSFT), Meta Platforms (META), dan Alphabet (GOOG) ramai-ramai membeli GPU (dari Nvidia Corp (NVDA)), lalu dirakit menjadi HPC/server (dengan bantuan perusahaan seperti Super Micro Computer Inc (SMCI)), lalu ditempatkan di bangunan data center. Tapi inilah problemnya: Para raksasa teknologi itu mudah saja beli GPU dari Nvidia, bahkan meskipun harganya mahal, karena mereka punya uangnya. Tapi bagaimana dengan lahan data center itu sendiri? Karena membangun data center itu butuh waktu setidaknya 1-2 tahun karena harus melewati proses perencanaan, perizinan, konstruksi, dan terakhir pastikan suplai energi listriknya/jangan sampai byar pet. Sebab, high performance computer secanggih apapun tidak akan bisa nyala kalau gak ada listrik bukan?
Jadi disinilah perusahaan-perusahaan bitcoin miners yang sejak awal sudah memiliki lahan data center tersebut, mereka kemudian mengalihkan fungsi data centernya dari sebelumnya untuk bitcoin mining, menjadi hosting untuk AI/HPC. Contohnya? Iren Limited (IREN) yang dulu sudah kita bahas disini, dan sahamnya memang kemudian sukses naik tinggi dari $10 hingga sekarang $40, yakni setelah perusahaan memperoleh kontrak data center dengan Microsoft, senilai $9.7 miliar.
Nah, jadi naturally investor pada titik ini akan bertanya, kira-kira saham apa berikutnya yang juga bisa terbang tinggi seperti IREN ini? Dan penulis kemudian ketemu Soluna Holdings, Inc (SLNH), dimana dia menarik karena pertimbangan sbb. Pertama, SLNH ini sampai dengan Q3 2025 sejatinya masih merugi, tapi demikian pula IREN yang baru mencetak laba di tahun 2025, dimana di tahun-tahun sebelumnya perusahaan masih merugi tingginya biaya untuk akuisisi lahan, membeli unit-unit GPU, hingga merekrut tenaga kerja, sedangkan pendapatan yang masuk belum begitu banyak karena kapasitas data centernya belum semuanya siap. Yang perlu dicatat, IREN sudah berdiri dan beroperasi tahun 2018 dan hari ini perusahaan sudah memiliki kapasitas hampir 1 Gigawatt (GW). Namun pada tahun 2022 lalu, atau empat tahun setelah berdirinya, kapasitas data center IREN masih di 130 MW. Sedangkan SLNH baru masuk ke industri data center di tahun 2021, dan hari ini atau juga empat tahun kemudian, kapasitasnya juga sama 123 MW. Di sisi lain seperti halnya IREN di tahun 2022 lalu, maka SLNH pada hari ini memiliki banyak proyek pembangunan data center baru, yang kali ini difokuskan untuk AI/HPC, bukan lagi bitcoin mining. Dan jika semuanya lancar maka SLNH akan juga memiliki total kapasitas 1 GW dalam 2 – 3 tahun ke depan, dimana pada saat itulah perusahaan juga akan berpeluang untuk memperoleh kontrak jumbo, sama seperti yang kemarin diperoleh IREN dari Microsoft, dan kemudian sahamnya bakal terbang.
Valuasi SLNH: Sangat Murah
Okay Pak Teguh, kalau gitu kenapa bahas saham SLNH ini dari sekarang, dan tidak nanti saja di tahun 2027? Well, karena ini nih: Salah satu cara untuk menghitung valuasi saham perusahaan data center adalah dengan membandingkan market cap dengan kapasitas listrik yang dimiliki perusahaan. Dan ketika penulis menemukan IREN pada harga saham $10, maka market capnya ketika itu $2.8 miliar, sedangkan perusahaan memiliki kapasitas hampir 1 GW atau tepatnya 910 MW. Maka valuasinya adalah $2.8 miliar dibagi 910 MW, sama dengan $3.1 juta per MW. Remind you bahwa saham IREN sekarang bukan lagi di $10, melainkan $42, sehingga market capnya menjadi $12.0 miliar. Maka valuasi market cap IREN pada saat ini sudah mencapai $13.2 juta per MW.
Sekarang kita ke SLNH, dan saat ini sahamnya berada di level $1.50, yang mencerminkan market cap $103 juta, dan perusahaan seperti disebut diatas punya kapasitas listrik 123 MW. Maka valuasinya $103 juta dibagi 123 MW, sama dengan… $837 ribu saja per MW. Jadi bahkan kalaupun kita anggap SLNH ini baru akan mendapat kontrak jumbo di tahun 2027 nanti, maka normalnya sahamnya akan sudah naik duluan, jauh sebelum tahun 2027 tersebut.
However, sebelum kita bilang bahwa SLNH ‘muraaaaaahh bangeettttt??’, maka ada beberapa hal lagi yang harus diperhatikan. Pertama, sebagian besar gedung data center milik IREN sudah dilengkapi GPU serta semua hardware yang dibutuhkan, sedangkan data center milik SLNH masih kosong, istilahnya cuma menyediakan colokan listriknya saja. Karena memang seperti disebut diatas, SLNH lebih banyak menyewakan bangunan data centernya ke perusahaan lain yang memiliki hardware tersebut. And therefore, kita dalam hal ini tidak bisa membandingkan SLNH mentah-mentah dengan IREN. Nah, tapi terlepas dari itu maka tetap saja SLNH ini undervalued karena, pertama, kapasitas listriknya akan bertambah signifikan dalam 2 – 3 tahun ke depan. Dan kedua, bahkan kalaupun kita anggap market cap yang wajar bagi SLNH ini adalah $2 juta saja per MW, maka artinya sahamnya berpeluang untuk naik 2 – 3 kali lipat dari saat ini. Dan memang, boleh anda cek disini, saham SLNH sempat naik dari $1.00 hingga sempat sesaat tembus $5.00, atau naik lima kali lipat, di bulan Oktober kemarin, sebelum sekarang turun lagi ke $1.51 karena terseret penurunan S&P 500 Index (SPX), dan juga penurunan harga bitcoin (ingat bahwa SLNH dan IREN ini awalnya, dan masih merupakan perusahaan bitcoin mining).
Nah, tapi jika kedepannya SPX kembali naik, dan harga BTC juga lebih stabil, maka penulis percaya bahwa sentimen bullish di sektor data center/AI akan kembali ramai, dan SLNH ini juga akan naik lagi. Let say dia naik ke $3.00 saja, maka artinya profitnya sudah 100% bukan?
Jadi sekarang kita ke soal faktor risikonya, dan sayangnya harus penulis sampaikan bahwa SLNH ini termasuk high risk high gain. Pertama, sebagai small cap stocks dengan market cap kurang dari $1 miliar, maka pergerakan SLNH sangat-sangat fluktuatif, dimana meski tadi disebutkan bahwa dia naik dari $1 ke $5 (naik 400%) hanya dalam dua bulan (di bulan September dan Oktober 2025 kemarin), tapi setelah itu dia turun lagi ke $1.50, atau anjlok -70% hanya dalam sebulan. Jadi kalau anda memutuskan untuk membeli sahamnya, maka hampir pasti anda gak bakal bisa tidur kalau sahamnya sewaktu-waktu anjlok separah itu. Kedua, meski di satu sisi sahamnya diuntungkan sentimen positif dari sektor data center/AI, tapi di sisi lain sahamnya masih sangat sensitif terhadap pergerakan harga bitcoin, dimana setiap kali BTC turun 1%, maka SLNH bisa turun 5%. In fact, itu juga yang bikin SLNH anjlok lagi di bulan November ini.
Lanjut ketiga, perusahaan seperti disebut diatas sejatinya masih rugi, dan kalau valuasinya dihitung menggunakan metrik standar price to book value (PBV), maka PBV SLNH mencapai 7.7x pada harga saham $1.50, sudah mahal. Keempat, untuk menambah kapasitas listrik data centernya maka SLNH butuh modal besar, salah satunya dengan cara menerbitkan saham baru yang itu artinya men-dilusi kepemilikan investor publik. Dan terakhir kelima, bahkan kalaupun SLNH sukses mengkonversi data centernya dari sebelumnya untuk bitcoin mining menjadi untuk AI/HPC, yang mana proses konversi itu juga makan biaya besar, maka tidak ada jaminan bahwa perusahaan akan memperoleh kontrak jumbo seperti yang diperoleh IREN dari Microsoft. Worst scenario-nya adalah, jika harga bitcoin lanjut turun, SPX turun, dan/atau sentimen positif terkait AI booming ini mereda (sekarang juga banyak cerita AI bubble), maka SLNH juga bisa saja lanjut turun hingga balik lagi di bawah $1.00 per saham, dan anda dengan demikian akan menderita kerugian -30% atau lebih.
Anyway, terlepas dari risikonya tersebut maka kalau
dari sisi reward-nya, maka kembali dengan melihat contoh IREN, potensi
profit maksimal dari SLNH ini bisa mencapai 5, 6, 7 hingga 10 kali lipat dari
harga sahamnya saat ini, dalam waktu 2 – 3 tahun ke depan. So, dare to try
your luck? Jika iya, maka jangan lupa untuk menggunakan dana kecil saja
dulu.
***
Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 6 Desember 2025, pukul 08.00 – 10.00 WIB. Untuk mendaftar klik disini.


Komentar