Setelah Kembali Turun, Begini Prediksi Harga Emas Selanjutnya

Pada hari Senin, 11 Agustus 2025 lalu, penulis menyebut bahwa harga emas, yang ketika itu berada di level $3,343 per ounce (oz), berpeluang untuk kembali naik karena aksi cetak US Dollar yang imbasnya meningkatkan jumlah uang US Dollar beredar itu sendiri, yang disebabkan oleh pengesahan rancangan undang-undang (RUU) big beautiful bill, dimana intinya Pemerintah US akan belanja senilai total $3.4 triliun dalam 10 tahun ke depan, yang salah satunya sumber uangnya berasal dari cetak USD itu tadi. Anda bisa baca lagi analisanya disini, dimana penulis merekomendasikan kepada investor bukan untuk membeli emas itu sendiri, melainkan beli saham perusahaan di bidang tambang/perhiasan emas, salah satunya Hartadinata Abadi (HRTA).

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 akan terbit tanggal 9 November, dan sudah bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.

***

Dan ternyata benar pada hari ini tanggal 3 November, dihitung dari posisinya di tanggal 11 Agustus maka harga emas sudah naik 20% ke level $4,015 per oz, sedangkan saham HRTA naik lebih tinggi (lompat 78%) dari Rp705 ke sekarang Rp1,260. However, jika dihitung dari puncaknya di level $4,378 per oz pada 21 Oktober kemarin maka emas dalam dua minggu terakhir ini justru turun lagi, dan demikian pula saham HRTA (dan juga saham-saham gold-related lainnya) juga drop lumayan dari Rp1,970 hingga sekarang Rp1,260. So what’s next? Apakah penurunan ini akan berlanjut, atau cuma sementara saja sebelum kemudian harga emas akan kembali rally? Nah, untuk menjawab itu maka mari kita telaah lagi faktor-faktor pentingnya, satu per satu.

Pertama, seperti disebut di atas, faktor utama penyebab kenaikan harga emas adalah karena aksi cetak US Dollar yang kemudian meningkatkan jumlah USD beredar tepatnya setelah pengesahan big beautiful bill pada bulan Juli kemarin, disusul dua kali penurunan Fed Rate pada bulan September dan Oktober. Karena ingat bahwa penurunan suku bunga bank sentral akan menyebabkan bunga deposito dan tabungan ikut turun, dan alhasil masyarakat akan menarik tabungan mereka dari bank-bank di US untuk kemudian dibelikan asset class yang menawarkan bunga, profit, serta imbal hasil yang lebih tinggi, dan itu pada akhirnya akan turut mendorong jumlah Dollar beredar. Dan memang berdasarkan data M2 money supply seperti yang bisa anda cek disini, jumlah USD beredar terus bertambah dari $21.9 triliun di bulan Juni 2025, menjadi terakhir $22.2 triliun di bulan September 2025, aka tumbuh $300 miliar hanya dalam tempo tiga bulan, dan kemungkinan masih akan terus tumbuh kedepannya.

Kedua, sekarang bayangkan anda terima ‘uang kaget’ sebesar $300 miliar, yang mau tidak mau harus dibelikan aset karena bunga deposito sudah turun ke level yang tidak lagi cukup untuk menutup efek inflasi. Maka aset apa yang akan anda beli pertama kali? Aset dengan risiko rendah alias safe haven, tentu saja, salah satunya ya emas. Jadi itulah kenapa harga emas, yang sempat bergerak mendatar sejak bulan April sampai Agustus 2025, memasuki September kemarin kembali naik. Tapi ketika harga emas kemudian naik hingga ke level dimana semua orang kalap memborong logam mulia di toko emas, alias euforia, maka bagi investor berpengalaman, mereka tentu bisa melihat bahwa pada titik harga tersebut emas bukan lagi safe haven. Alhasil mereka berhenti belanja, dan itulah kenapa harga emas mulai turun meski tidak sampai balik lagi ke $3,400, melainkan masih bertahan di level $4,000-an.

Ketiga, bayangkan anda sudah pegang emas dan posisinya pun sudah profit, tapi anda masih terus menerima USD yang juga harus dibelanjakan, karena ingat bahwa uang Dollar baru sebesar $300 miliar tadi tidak dicetak secara sekaligus dalam satu waktu, melainkan bertahap. Maka pada titik inilah anda akan mulai masuk ke medium risk assets seperti saham, tapi dibatasi dulu pada saham-saham blue chip di US, atau saham luar negeri (luar negeri disini maksudnya diluar US) tapi terbatas pada negara maju. Karena itulah, US mega cap stocks seperti Nvidia (NVDA), yang sebelumnya bergerak mendatar di $175 – 180, pada tanggal 22 Oktober kemarin mendadak lompat 12.4% dari $180.23 ke sekarang $202.49. Penulis kira bukan kebetulan jika NVDA ini, dan juga mega caps lainnya seperti Alphabet (GOOG), Amazon (AMZN), dan Apple (AAPL), semuanya mendadak naik banyak pada sekitar tanggal 22 Oktober tersebut, yakni ketika harga emas mencapai puncaknya di $4,378 per oz dan mulai turun lagi, dimana ini menunjukkan bahwa investor mulai beralih dari safe haven ke medium risk assets. Kemudian di sepanjang bulan Oktober, indeks Nikkei 225 (IHSG-nya Jepang) juga mendadak rally dari 44,550 hingga sekarang tembus 52,411, dimana itu sekali lagi menunjukkan bahwa investor beralih dari emas ke saham, tapi seperti disebut diatas masih terbatas pada US blue chip stocks, serta saham dari negara maju.

Nah, tapi seperti halnya kenaikan emas pada akhirnya mencapai titik jenuh, maka kenaikan NVDA dkk suatu hari nanti juga akan berhenti, harusnya sebelum akhir tahun ini, dan investor pada saat itu akan beralih lagi ke high risk assets, seperti saham-saham US diluar mega caps, saham-saham di negara emerging market termasuk Indonesia, dan mungkin juga crypto/bitcoin. Namun perlu dicatat bahwa ketika investor beralih ke aset dengan profil risiko lebih tinggi, maka mereka tidak akan menjual/profit taking dari emas dan NVDA, melainkan mereka akan menggunakan uang baru lagi dari hasil cetak Dollar oleh The Fed (karena seperti disebut diatas, M2 money supply masih akan terus meningkat). Yang itu artinya? Yep, harga emas kemungkinan memang akan berhenti naik untuk beberapa waktu, tapi juga tidak akan turun dan balik lagi ke katakanlah $3,400 per oz, karena investor dalam hal ini tidak perlu menjual aset emas yang mereka miliki untuk membeli NVDA dkk. Melainkan, seperti halnya harga emas sempat sideways di level $3,250 – 3,400 per oz di bulan April – Agustus 2025, maka untuk beberapa bulan ke depan harga emas akan kembali sideways, tapi kali ini di rentang $3,900 – 4,200 per oz. Analisa ini akan berubah jika misalnya angka M2 turun lagi, dimana jika itu yang terjadi maka tidak hanya harga emas dan saham NVDA yang akan turun, tapi semua pasar saham di seluruh dunia juga akan crash. Tapi jika melihat angka inflasi di US yang masih aman terkendali, Fed Rate yang masih cenderung turun, serta nilai tukar US Dollar yang juga masih cenderung lemah (dilihat dari Dollar Index yang masih dibawah level psikologis 100), maka sekali lagi, prediksinya untuk saat ini adalah bahwa M2 ini masih akan terus bertambah.

Kesimpulan & Strategi

Okay, Pak Teguh, jadi kesimpulannya meski harga emas berhenti naik, tapi juga gak akan turun lagi ya pak? Lalu bagaimana kalau misalnya saya pegang saham HRTA? Apakah sebaiknya profit taking, hold saja, atau beli lagi? Nah, perlu dicatat bahwa dari sudut pandang investor asing yang menerima 'uang kaget' tadi, maka meski emas itu sendiri merupakan safe haven, tapi saham HRTA adalah saham di negara emerging market (Indonesia), sehingga masuk kategori high risk assets. Yang itu artinya? Yep, dengan sekarang harga emas berhenti naik, maka justru ada kemungkinan aliran dana asing akan beralih dari emas untuk kemudian masuk ke saham-saham di Indonesia, termasuk HRTA, dan itulah kenapa asing di sepanjang Oktober kemarin mencatat net buy cukup besar di Bursa Efek Indonesia (BEI), tepatnya total Rp13.0 triliun (net sell asing turun dari Rp54.7 triliun di tanggal 30 September, menjadi Rp41.8 triliun di tanggal 31 Oktober, dihitung sejak awal tahun 2025). Dan penulis perkirakan ke depannya asing ini masih akan belanja lagi dimari, karena mereka juga tidak mungkin bakal all in di saham-saham Jepang.

Ilustrasi perhiasan emas.

Sehingga, kalau anda pegang HRTA atau saham gold-related lainnya maka hold saja, tapi jangan tambah lagi kecuali jika harga emas itu turun ke misalnya $3,700 per oz (ini kecil kemungkinannya terjadi, tapi bukan tidak mungkin), dan saham yang anda pegang ikut turun. Di sisi lain jika benar bahwa asing akan lanjut belanja saham-saham di Indonesia, maka HRTA berpeluang untuk kembali naik, bahkan meski harga emas itu sendiri tidak lanjut naik. Jadi sekali lagi, hold saja, dan kalau anda masih ada pegang cash maka bisa fokus ke saham dari sektor lain yang mungkin belum jalan. Semoga lancar!

***

Ebook Market Planning edisi November 2025 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi sudah terbit pada tanggal 3 November. Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2025 - Terbit 9 November

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 28 Juni 2025

IHSG Senin Crash? Maybe Not.. Tapi Justru Disitulah Masalahnya

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 6 September 2025

Video Seminar How to Invest in US Stocks - 2025

Cara Profit Maksimal Dari Investasi Emas

Saya Masih Hold Saham ADRO, Sekarang Bagaimana??