Situasi Ekonomi Saat Ini dan Kedepannya

Dalam beberapa bulan terakhir, perekonomian Indonesia di tingkat sektor riil, baik itu usaha kecil, menengah, maupun besar, mengalami kelesuan yang luar biasa. Beberapa perusahaan besar seperti Astra International (ASII), Perusahaan Gas Negara, Gudang Garam (GGRM), Semen Indonesia (SMGR), hingga Jasa Marga (JSMR), semuanya mencatat penurunan laba bersih pada Kuartal I 2015. Sementara di bidang usaha yang lebih kecil, kondisinya juga tidak jauh berbeda. Berikut adalah beberapa ‘testimoni’ yang penulis kumpulkan dari teman-teman pelaku usaha di beberapa kota di Indonesia.

(Andri Tan – Jakarta) Saya wiraswasta di bidang furniture, dan sekarang ini sedang mengalami masa-masa sulit. Sejak Januari sampai sekarang, omzet perusahaan makin lama makin turun. Beberapa teman saya di bidang bangunan, ban, sembako juga mengalami kesulitan yang sama. Ditambah lagi sekarang beban operasional makin tinggi, jadi sekarang benar-benar waktu yang luar biasa menantang bagi pengusaha, apalagi sekarang pemerintah bukannya memberi insentif ke pengusaha malah lebih terkesan memberatkan misalnya dengan menaikan listrik, pajak dll.. Demikian pengalaman yang ingin saya share terima kasih.

(Budi Kusuma – Jakarta) Saya punya usaha di bidang pembuatan besi kawat dan produk turunannya. Kami membeli bahan baku dari pabrik baja di tanah air seperti Krakatau Steel (KS), Gunung Garuda, dan juga impor dari Tiongkok. Belakangan ini usaha kami mengalami penurunan omzet. Kami punya beberapa pelanggan seperti pabrik pakan ayam (Charoen Pokphand), pabrik kertas (Fajar Surya Wisesa), hingga perusahaan-perusahaan konstruksi. Tapi sejak akhir tahun 2014 kemarin permintaan besi kawat turun dari semua sektor.  Jadi kalo dulu konstruksi sepi, maka sektor pakan ayam masih rame, jadi saling menutupi. Tapi kalo sekarang, semuanya sepi.

Akibatnya pabrik rekanan kami yang produksi kawat mengurangi jam kerja pegawai, dan ujung-ujungnya mengurangi tenaga kerja alias PHK. Keadaan tambah runyam karena di Tiongkok sana, para pabrik baja juga lagi sepi order, sehingga  harga jual besi impor dari Tiongkok diturunkan rata-rata 10 – 20%.  Karena pabrik baja Tiongkok kasih diskon gede, maka pabrik kawat disini gak mau beli dari pabrikan lokal seperti KS. Kami lebih milih impor agar hemat harga bahan baku 10%, tapi saya dengar pihak KS udah protes ke pemerintah agar pemerintah mengeluarkan peraturan bea masuk. Jika kami dipaksa beli dari KS maka bakal tambah repot lagi urusannya.

Kami semua berharap proyek-proyek konstruksi dari bumn (WIKA cs), dan swasta (NRCA TOTL ACST) bisa beneran jalan. Karena dari awal tahun udah dijanjikan bahwa tahun ini bakalan rame order, tapi yang kejadian malah sebaliknya: Tambah sepi.

(Yulianto Tanaya – Surabaya) Saya bergerak dalam bidang tekstil, dalam hal ini jualan seprei, bedcover, dan juga bahan baku bahan baku untuk membuat seprei/bedcover tersebut. Sejak tahun baru Imlek kemarin omzet penjualan saya terus turun, bahkan sampai anjlok 50% pada bulan Maret kemarin. Pada bulan April ini juga masih tidak ada perbaikan.

Beberapa hal yang bikin bisnis saya sepi:
  1. Harga bahan baku kain yang terus naik karena harus impor, sementara Rupiah terus melemah hingga sekarang udah tembus Rp13,000 per Dollar.
  2. Karena harga-harga kebutuhan pokok belakangan ini terus naik, maka upah minimum regional (UMR) di wilayah Surabaya ikut naik, sehingga kita harus keluar biaya ekstra untuk gaji pegawai. Karena disisi lain biaya listrik naik, harga bensin naik, maka terpaksa harga jual kain juga saya naikkan. Tapi mungkin ini yang bikin pelanggan jadi kaget, karena kok naiknya banyak sekali (kenaikan harga kain di wilayah Surabaya kira-kira 5 10%), sehingga mereka mengerem untuk beli bahan kain ini.
Kondisinya sekarang seperti ini: Jika dulu para pelanggan selalu membelanjakan lebih dari Rp3 juta setiap kali mereka mengambil bahan baku kain, maka sekarang mereka paling-paling hanya belanja Rp1 juta saja. Beberapa pelanggan malah menghilang sama sekali. Saya sempat tanya kenapa kok mereka nggak lagi belanja kain, dan semuanya komplain bahwa belakangan ini pembeli sprei sangat sepi. Bahkan ada perusahaan kompetitor yang sudah mulai mengurangi pegawainya sejak bulan Februari kemarin karena nggak ada order.

Yang jadi  pertanyaan saya sekarang, kita ini salah pilih Presiden tidak sih? Pada jaman SBY dulu, terutama tahun 2008, juga pernah sepi tapi tidak separah sekarang.. Untuk kali ini bener-bener luar biasa sepinya.. Sekedar info:
  1. Kakak saya di Lombok buka toko emas, omzetnya drop.
  2. Temen saya dagang oli di Solo juga drop, sampai tidak berani beli barang lagi karena takut ndak bisa bayar. Jadi cuma habisin sisa stok di gudangnya.
  3. Adik mama saya jualan rokok dan Nutrisari partai besar, omzetnya juga drop.
  4. Temen saya punya usaha truk ekspedisi di Jalan Slompretan, Surabaya, sampe ngelus dada saking sepinya. Selain itu dia juga bingung nentuin harga jual ke customernya gara-gara harga BBM yang naik turun nggak jelas. Dia sempet bilang gini, ‘Harga BBM naik ndak masalah lah, tapi mbok ya jangan naik turun gak jelas begini!’
(Hermawan Honggo – Semarang) Sekarang saya mau sharing apa yang dialami di Semarang. Karena berhubung trading saham juga lagi sepi, saya siangnya banyakin jalan-jalan sekalian dolan-dolan ke tempat teman.. hehe
  1. Pengusaha angkutan di daerah Pecinan Semarang, biasanya saya lihat barangnya overload sampai teras, lah sekarang kok sepi.. Akhirnya ngobrol sekilas dengan salah seorang owner angkutan, dan dia bilang kalau biasanya sehari dapat 1.5 – 2 juta, ini hari dapet 900 ribu aja sudah untung bener.
  2. Jalan Pekojan, Semarang, yang ada banyak toko bangunan dan keramik, biasanya selalu ramai dan macet sehingga jalan yang panjangnya nggak nyampe 2 km ini harus ditempuh selama lebih dari 20 menit. Makanya saya biasanya selalu menghindari jalan ini. Tapi karena kemaren perlu ke pasar ikan, dan jalan pulang tercepatnya lewat sini, akhirnya ya sudahlah.. Ehhh ternyata lancar car car karena sepiiiii.. Nggak ada 5 menit sudah lewat.
  3. Ditelpon sama sales mobil Toyota Nasmoco, ‘Pak, mau upgrade mobil nggak.. Innova-nya faktur 2014 diskon 25 juta neh.’ Saya iseng aja jawab, ‘Diskon 50 juta boleh nggaaak?’ Tapi dia bilang gak boleh. Tetapi kemudian saya diundang datang ke pamerannya di Paragon, dan disitu salesnya curhat.. sepi Pak, sepiiii... Temen-temen yang berada di marketing Nissan, Datsun Madukoro, Toyota Pemuda Semarang, Honda, semuanya satu suara: ‘SEEPIIIII...!’ Lo kira kuburan sepi!
Yahh kalau optimisnya, mungkin karena sekarang mau masuk masa panen, tanaman padi sudah mulai banyak yang ditutupin plastik (biar gak dimakan burung). Jadi sekarang ini adalah masa terjauh dari panen sebelumnya, dimana tabungan duit dari pedesaan sudah berada di titik nadir.. Ini juga upload gambar spiderman-nya temen saya, menggambarkan curhatnya 3 bulan ini... sepibenermann... hahahaha..


Nah, entah itu posisi anda sebagai karyawan ataupun pemilik perusahaan, bagaimana dengan bisnis anda sendiri? Apakah sepi juga, biasa-biasa aja, atau malah maju?

Lalu bagaimana kedepannya?

Penulis kira relatif mudah bagi siapapun untuk bisa melihat bahwa situasi ekonomi saat ini merupakan buah dari kebijakan Pemerintahan baru yang, dengan sangat cepat, menghapus subsidi disana sini (yang menyebabkan harga-harga naik), dan menaikkan tarif pajak atau mengenakan banyak pajak baru bagi para pelaku usaha maupun masyarakat umum, padahal sejak awal kondisi ekonomi nasional sudah cukup lesu karena pelemahan Rupiah dan penurunan harga komoditas yang berkepanjangan sejak tahun 2011 lalu. Disisi lain berbagai rencana pembangunan infrastruktur yang digadang-gadang sejak Jokowi dilantik sebagai Presiden pada Oktober lalu, sampai sekarang realisasinya masih belum begitu kelihatan. Alhasil, seperti yang sudah diinformasikan oleh BPS beberapa waktu lalu, perekonomian nasional hanya tumbuh 4.7% pada awal tahun 2015, atau jauh dibawah rekor 6.9% pada tahun 2011 lalu.

Meski kondisinya tampak buruk, however, kalau kita ambil contoh kinerja para emiten yang besar-besar di BEI, maka mereka hanya mengalami penurunan laba saja, dan tidak sampai menderita kerugian apalagi bangkrut. Juga, sama sekali tidak terdengar adanya bank yang harus dilikuidasi seperti pada tahun 1998 dan 2008 lalu. Kalau anda pengusaha, maka jujur saja, omzet anda mungkin memang berkurang, tapi secara umum usaha anda tersebut masih bisa jalan bukan? Jadi kalau ada yang bilang bahwa tahun ini bisa saja krisis moneter terulang, maka penulis kira itu terlalu berlebihan. Perekonomian kita belakangan ini memburuk, dan itu memang benar, tapi kita sudah pernah mengalami situasi yang jauh lebih buruk dari kondisi sekarang.

Hanya memang pertanyaannya sekarang, apakah kondisinya akan terus begini, atau ataukah kedepannya bisa ada perbaikan? Well, karena penyebabnya sudah cukup jelas, maka perekonomian nasional akan bisa membaik kedepannya jika Pemerintah bersedia mengubah atau melonggarkan kebijakannya terkait subsidi dan pajak, dan juga segera merealisasikan pembangunan infrastuktur yang pastinya akan kembali menggerakkan roda perekonomian. Diluar faktor Pemerintah, jika kedepannya harga komoditas seperti batubara dan CPO kembali naik, maka nilai ekspor Indonesia akan dengan sendirinya meningkat, Rupiah akan menguat, dan perekonomian akan kembali tumbuh kencang. Kalau anda ingat-ingat lagi, pada awal tahun 2009 lalu perekonomian Indonesia juga tercatat hanya tumbuh 4.1% gara-gara krisis global setahun sebelumnya. Namun berkat berbagai kebijakan Pemerintah (salah satunya menggelontorkan Rp4 trilyun untuk buyback saham-saham BUMN) plus adanya ‘anugerah’ berupa booming harga CPO, maka hanya dalam setahun berikutnya perekonomian tersebut dengan cepat tumbuh lagi hingga menembus 6.2%.

Karena itulah, kalau ada yang bertanya, mungkinkah kedepannya ekonomi kita tumbuh 5% lagi? Maka penulis jawab, jangankan 5%, 6% sekalipun mungkin saja, kita pernah mengalaminya kok! Tapi apakah ekonomi kita akan membaik kedepannya atau malah tambah buruk, maka itu tergantung oleh banyak faktor. Let say, jika Pemerintah tidak kunjung memberikan insentif tertentu bagi dunia usaha dan tidak segera merealisasikan pembangunan infrastruktur, sementara disisi lain harga-harga komoditas masih terus melemah dan nilai Rupiah juga masih tetap terpuruk, maka ya apa boleh buat: Jangankan membaik, angka pertumbuhan ekonomi yang hanya 4.7% tadi bisa saja kembali turun hingga menjadi lebih rendah lagi.

Namun sedikit pencerahan, baru-baru ini Presiden Jokowi berkunjung ke Kawasan Indonesia Timur termasuk Provinsi Papua, untuk meresmikan dimulainya pembangunan beberapa proyek besar seperti pembangunan Jalan Trans Papua, food estate di Merauke, hingga jaringan kabel optik milik PT Telkom di Manokwari. Jadi apakah ini merupakan tanda bahwa Pemerintah sudah mulai merealisasikan pembangunan infrastruktur? Let’s hope so!

Pengumuman: Buku Kumpulan Analisis Saham edisi Kuartal I 2015 (ebook kuartalan) sudah terbit dan sudah bisa anda baca. Anda bisa memperolehnya disini.

Penulis mengadakan acara temu investor, diskusi, serta gathering di Jakarta pada hari Sabtu, tanggal 23 Mei 2015. Untuk ikut bergabung, keterangan selengkapnya baca disini.

Komentar

Anonim mengatakan…
tak ada yang abadi...hehehe
Anonim mengatakan…
Salam Pak Teguh. Saya kira anda miss point utama di pelemahan ekonomi sekarang. Ya faktor eksternal mulai dari kebijakan reformasi struktural China yg melemahkan ekonomi dengan sengaja sampai mengempisnya demand komoditas dari ERopa berpengaruh akan melambatnya ekonomi nasional. Anda miss satu point penting. Pelemahan ekonommi sekarang memanng sudah terukur oleh pemerintah dikarenakann kebijakan struktural yang salah diammbbil Presiden SBY yang terlalu mengandalkan komoditas ekspor sebagai pennggerak ekonomi. Perubahan struktural dari eksport based commodities ke manufactur based eccoomy pasti akan menimbulkan plemahan ekonommi temporer. Untuk BBM subsidi dicabut saya kira bbaik sekali, karena Indonesia sebagai net immporter sanngat tidak pantas mmmberatkan subsidi k bbm, kita harus sabar untuk dampak pmbangunnann infrastruktur dari peralihan subsidi BBM. 10-15 tahun lagi saya yakin kita akan melihat kebelakang dan bersyukur Presiden Jokowi mengambil langkah berani nan menyakitkann ini. Salam Revolusi Mental. Janngan hanya mau yang instant. Bersakit dahulu bersenang kemudiann
Sanda Wibowo mengatakan…
Selamat pagi pak teguh.

Betul.... saya kira situasi ekonomi yang sekarang ini adalah juga dampak dari situasi ekonomi di luar negeri. Kenaikan harga bbm harusnya tidak menjadi alasan perlambatan ekonomi terutama dalam jangka panjang sederhana saja: seberapa banyak orang berhenti naik motor gara2 bbm naik?. Justru penghentian subsidi bbm, dalam jangka menengah dan panjang akan memungkinkan pemerintah untuk belanja jor2an di bidang infrastruktur. Duit akan beredar banyak di situ.

Selain itu, ada perubahan fundamental dalam arah pembangunan kita, pak. Dari jawa sentris jadi KTI sentris. Darat sentris jadi maritim sentris. Masyarakat yang terbiasa menikmati pertumbuhan di dua 'pusat' itu saat ini mungkin hanya kaget saja dan tampak kehilangan arah. Biasanya duit dihabiskan pemerintah di sekitar jawa, kini disebar ke pelosok2. Jadi masyarakat hanya perlu ganti paradigma saja kok. Potensi kita itu gede banget.

Btw, kenapa pak teguh tidak membahas MLBI? Perusahaan sepuh yang kata beberapa orang fundamental baik. Terima kasih
papoyz mengatakan…
pada stress semua :p
Anonim mengatakan…
Iya pak teguh jadi intinya ekonomi riil sepertinya lesu darah, dan kedepan harapannya adalah pembangunan infrastuktur dan penyerapan anggaran utamanya yg dari pengalihan subsidi BBM bisa segera dijalankan.....cuma yang menarik analisa ekonmi rill dari pelaku ekonomi selalu baru tersaji dan kita rasakan saat SUDAH KEJADIAN lesu ekonomi, baru keluhan bermunculan

coba saat mereka cuan gede, order naik....cenderung ayem-ayem nggak berbagi cerita misalnya: truk saya di jalan melulu karena order nggak berenti, atau ini inden mobil antreannya panjang sampe berapa bulan...nah saat seperti ini kita nggak dapat cerita dari para pelaku....

paling di TV ada berita seperti: penjualn mobil naik.dan sebangsanya. maksud saya mbok para pelaku usaha riil juga fair donk saat enak dan sukses dishare donk....

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 16 Maret 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Peluang dan Strategi Untuk Saham Astra International (ASII)

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Indah Kiat Pulp & Paper (INKP) Bangun Pabrik Baru Senilai Rp54 triliun: Prospek Sahamnya?

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)