Pernah Dengar Istilah Zona Nyaman? Dalam Dunia Investasi Saham, Ini Penjelasannya

Menurut Wikipedia, comfort zone, atau zona nyaman, adalah kondisi psikologis dimana seseorang merasa aman dan nyaman dengan lingkungannya, dan jarang mengalami stress atau gelisah. Menurut Casandra Brown, penulis buku The Gift of Imperfection, zona nyaman adalah keadaan dimana kita hanya mengalami sedikit ketidakpastian, tidak mengalami kekurangan (akan kebutuhan sehari-hari/kebutuhan pokok), dan tidak rentan terhadap situasi atau peristiwa yang berbahaya. Zona nyaman adalah keadaan dimana kita memiliki kendali penuh atas diri kita sendiri, dan lingkungan sekitar.

***

Buku Analisa IHSG, Strategi Investasi, dan Stockpick Saham (Ebook Market Planning) edisi Juli 2019 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio dll untuk subscriber selama masa berlangganan.

***

Contoh zona nyaman adalah jika anda punya pekerjaan tetap yang anda sukai di perusahaan yang besar dan mapan, dimana anda menerima gaji serta tunjangan rutin tiap bulan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari anda dan keluarga. Dan anda tahu bahwa kecuali terjadi peristiwa ekstrim tertentu, maka anda tidak akan dikeluarkan dari perusahaan, sehingga boleh dikatakan bahwa anda pasti akan terus menerima gaji setiap bulannya.

Nah, bagi sebagian besar orang, contoh ‘zona nyaman’ diatas sejatinya merupakan impian. Karena jangan salah: Penulis sendiri dulu juga pernah jadi pegawai kontrak, yang bercita-cita diangkat menjadi pegawai tetap. Menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) mungkin adalah profesi yang paling populer di Indonesia, karena menawarkan zona nyaman itu tadi (kepastian gaji, dan kepastian memperoleh tunjangan pensiun). Tapi kondisi zona nyaman ini bukannya tanpa kelemahan: Ketika anda merasa berkecukupan, ketika keluarga anda memiliki standar hidup yang baik, maka anda akan mulai bertemu dengan orang-orang yang punya ‘standar hidup yang lebih baik’. Misalnya tetangga anda yang dulunya cuma usaha serabutan yang saban hari pake sepeda motor kreditan, eh tiba-tiba saja sekarang dia pake mobil 4x4 yang gak kalah sangar dibanding mobil bos anda di kantor, sedangkan mobil anda dari dulu ya masih itu-itu saja, yang kalau digeber 140 KM per jam di jalan tol akan keluar bunyi ‘ddrr.. ddrr’ gitu.

Karena itulah, ketika seseorang sudah cukup lama berada di zona nyaman-nya, maka dia tetap akan mulai merasa gelisah karena merasa bahwa hidupnya begini-begini saja. Pada titik ini, seorang karyawan kantoran mungkin akan mulai berusaha keluar dari zona nyaman. Misalnya dengan bikin usaha kecil-kecilan, bekerja lebih keras untuk menggapai jabatan yang lebih tinggi, atau apapun yang bisa menghasilkan penghasilan tambahan, sehingga harapannya ia akan bisa menyusul tetangganya itu tadi. Disebut ‘keluar dari zona nyaman’, karena pada kondisi ini seseorang akan mulai mengalami ketidakpastian. Contohnya ketika ia buka usaha kecil-kecilan, maka usaha tersebut mungkin akan sukses, tapi mungkin juga gagal, rugi, dan bangkrut. Penulis sendiri kenal banyak teman pengusaha sukses yang dalam upaya membangun usahanya dari nol dulu, maka tak terhitung berapa kali dia kena rugi, ditipu rekan bisnisnya sendiri, hingga hampir bangkrut.

‘Saya Ingin Mulai Berinvestasi, Tapi Saya Takut Rugi’

Salah satu upaya untuk keluar dari zona nyaman adalah dengan berinvestasi, dalam hal ini di saham, karena disini anda akan mengalami semua hal diluar definisi zona nyaman tadi: Ketidak pastian (tidak ada jaminan kalau anda bakal profit), stress dan mudah panik (terutama bagi pemula), kekurangan (udah cuan 10% dari saham A, eh temen di grup pamer kalo dia cuan 20% dari saham B), dan rentan terhadap peristiwa berbahaya (masih inget koreksi pasar bulan Mei 2019 kemarin? Bagaimana nasib saham anda ketika itu?). Bahkan bagi fund manager besar dengan pengalaman puluhan tahun sekalipun, tidak pernah ada yang namanya zona nyaman di pasar modal, karena salah keputusan sedikit saja bisa menyebabkan porto anda langsung kebakaran.

Tapi disisi lain, di pasar modal inilah anda tidak akan ‘terjebak dalam zona nyaman yang stagnan’. You see, jika anda sudah mampu berinvestasi dengan baik dan benar, maka aset anda akan terus bertumbuh setiap tahun, dimana setelah 10 – 20 tahun maka nilainya akan menjadi akan sangat besar (karena efek compounding), dan bahkan setelah itupun aset anda akan terus meningkat tanpa henti. Sudah tentu, anda tetap akan mengalami rugi sesekali bahkan ketika nanti anda sudah berpengalaman sekalipun, dimana anda tidak akan mengalami rugi tersebut kalau anda tidak pernah buka rekening. But, I don’t know, kalau bagi penulis sendiri justru disitulah serunya! Karena dalam hal ini hidup anda jadi seperti iklan Chitato, ‘life is never flat’, alias banyak naik turunnya, sehingga kita tidak akan pernah merasa bosan. Kalau kata Sherlock Holmes, I abhor the dull routine of existence. Saya tidak suka rutinitas kehidupan yang stagnan, yang gitu-gitu aja, yang membosankan!

Penulis ketika di Swiss. Jalan-jalan juga adalah salah satu cara untuk keluar dari zona nyaman, karena bikin kita jadi gak bosan lagi dengan rutinitas sehari-hari

Tapi Pak Teguh, saya takut untuk keluar dari zona nyaman ini. Dan dalam hubungannya dengan berinvestasi di saham, saya takut untuk rugi, sedangkan diatas Pak Teguh sendiri bilang kalau investor saham harus siap untuk rugi. Jadi adakah solusinya agar saya bisa cepat  mulai pak?

Nah, dalam hal ini kita balik lagi ke defisini zona nyaman tadi: Zona nyaman adalah kondisi dimana semuanya terasa aman dan nyaman.. tapi sekaligus stagnan. Diluar itu ada namanya optimal performance zone (OPZ), yakni zona dimana kita berusaha menggali peluang agar bisa bertumbuh/tidak stagnan lagi, dengan mengorbankan sedikit rasa aman tadi namun tidak secara berlebihan, dimana kita mungkin akan mulai merasa gelisah, tapi tidak sampai mengalami panik. Menurut Robert Yerkes, Professor Harvard University di bidang psikologi (yang sudah penulis tulis ulang dengan bahasa penulis sendiri, agar lebih mudah anda pahami), ‘Kegelisahan yang kita alami, pada titik tertentu akan meningkatkan semangat kita untuk bekerja lebih keras agar mencapai hasil yang lebih baik. Namun kegelisahan yang berlebihan justru akan membuat kita tidak lagi mampu berpikir logis dalam membuat keputusan, yang pada akhirnya menurunkan hasil kinerja itu tadi.’ Kondisi dimana seseorang mengalami ‘kegelisahan yang berlebihan hingga alih-alih meraup profit/maju kedepan, ia malah rugi/mundur kebelakang’, inilah yang disebut dengan danger zone, alias zona berbahaya yang sudah diluar OPZ tadi, dan juga diluar zona nyaman.

Nah! Jadi ketika anda berusaha keluar dari zona nyaman, maka anda harus bisa membedakan: Apakah sekarang anda tengah berada dalam OPZ, atau malah danger zone?? Dalam hubungannya dengan ketika anda mulai invest di saham, maka mudah saja membedakannya: Kalau anda belum apa-apa langsung pake duit besar, pakai margin, pake dana hasil gadai motor, pinjam/kelola dana punya teman atau saudara, hingga langsung resign dari kantor, maka selamat: Anda sudah sukses keluar dari zona nyaman.. tapi langsung nyemplung ke jurang kebangkrutan. Yep, karena kalau anda berinvestasi dengan cara seperti diatas, tak lama setelah anda buka rekening, maka anda yang sebelumnya tidak pernah merasa gelisah (karena rekening bank pasti terisi terus saban tiap bulan), akan tiba-tiba saja merasa gelisah yang berlebihan setiap hari, setiap saat, hingga tidak bisa tidur, karena hasil tabungan anda selama bertahun-tahun bisa lenyap dalam sekejap.

Jadi untuk berada di OPZ dan bukannya danger zone, maka disitulah kata kuncinya: Anda jangan sampai merasa gelisah yang berlebihan! Caranya? Ya dengan menyetor sejumlah dana yang kalau anda rugi hingga dana tersebut berkurang separuhnya, maka anda tetap akan tenang-tenang saja! Contohnya, kalau gaji anda tiap bulan adalah Rp5 juta, maka mulailah dari Rp5 juta itu saja dulu. Karena kalaupun itu duit 5 juta habis (ini sangat kecil kemungkinannya terjadi, karena artinya anda rugi 100%, tapi anggap saja begitu), maka toh nanti bulan depan juga anda akan dapet duit segitu lagi. Kebanyakan orang yang ‘udah dari dulu ngomong soal saham, tapi sampe sekarang gak berani buka rekening’, itu adalah karena mereka melihat contoh dari temannya yang ‘investor’ yang selalu stress gak karu-karuan karena nyangkut dimana-mana. Padahal si teman ini kemungkinan besar bisa jadi stress gitu karena ia, disadari atau tidak, langsung lompat dari zona nyaman ke zona berbahaya. Misalnya dengan langsung menyetor seluruh tabungan yang mereka miliki ke sekuritas, sedangkan price to earning ratio aja masih bingung cara ngitungnya gimana. Padahal kalau dia masuknya ke zona performa optimal, yakni dengan cara setor kecil dulu, maka ia tetap akan merasa gelisah (karena yang namanya rugi, meski cuma seribu perak, itu rasanya gak enak), tapi gelisahnya tidak akan berlebihan, dan juga tidak mengganggu kehidupan sehari-hari.

Kemudian jika ia secara bertahap menyetor sedikit demi sedikit, misalnya secara rutin Rp1 juta per bulan dari gaji bulanan tadi, maka ia akan sampai pada satu titik dimana dana di portofolionya sudah cukup besar, tapi ia tetap tidak merasa terlalu gelisah dalam mengelola dana tersebut, sehingga ia tetap berada di OPZ tadi, dan bukannya danger zone. Nah, jadi kalau anda bertanya, kalau dana investasinya kecil maka nanti cuan-nya juga kecil dong? Maka anda boleh kok pegang dana yang (menurut anda) besar, tapi nyetornya tetap harus sedikit demi sedikit agar kita tetap tidak merasa gelisah yang berlebihan. Jadi jangan setor gede sekaligus. Penulis sendiri, terlepas dari berapa jumlah dana yang kami manage 5 tahun lalu, hari ini, dan 5 tahun yang akan datang, namun kuncinya adalah itu tadi: Jangan sampai kita mengalami gelisah yang berlebihan dalam mengelola dana tersebut hingga kita tidak lagi bisa menganalisa secara logis, dan ujung-ujungnya melakukan blunder yang menyebabkan kerugian.

Jadi anda bisa menerapkan prinsip yang sama. Contohnya, kalau anda pegang saham A sebanyak 1,000 lot dan anda ngeliatin itu saham setiap hari, dari pagi sampai sore, maka artinya anda terlalu gelisah memegang saham A tersebut. Sehingga sarannya cukup jelas: Jual saham A tadi sebagian, sehingga anda tinggal memegangnya sebanyak 500 lot, 300 lot, atau lebih sedikit lagi. Yang penting, dari sisa saham A yang masih anda pegang ini, anda tidak lagi gelisah melihat sahamnya setiap saat, dan percaya bahwa dalam jangka menengah hingga panjang, saham A tadi akan memberikan anda profit yang memuaskan.

Okay, I think that’s all. Buat anda yang punya temen yang masih ragu buka rekening, maka boleh share tulisan ini, mudah-mudahan bisa jadi pencerahan.

Buku Analisa IHSG, Strategi Investasi, dan Stockpick Saham (Ebook Market Planning) edisi Juli 2019 sudah terbit! Anda bisa memperolehnya disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio dll untuk subscriber selama masa berlangganan.

Anda terlewat hadir di jadwal Seminar Value Investing, Juni 2019 kemarin? Jangan khawatir, anda masih bisa memperoleh rekaman seminarnya disini.

Dapatkan informasi, motivasi, dan tips-tips investasi saham melalui akun Instagram Teguh Hidayat, klik 'View on Instagram' berikut ini: Instagram

Komentar

Aris Setiawan mengatakan…
terimakasih pak teguh atas insightnya, pak kalo boleh request bahas saham $BDMN dong yang kemaren2 abis anjlok karena isu negatif MUFG apakah sudah masuk kategori yang layak menurut kaidah value investing. terima kasih.
anonim mengatakan…
OPZ itu meacam MOS pada kehidupan nyata ya pak
Anonim mengatakan…
Pak Teguh tolong bahas ttg saham disetor vs saham terbit.
POLY ada 12 Miliar saham, Shm disetor cuma 2,3 miliar shm.
Pemegang shm >5% = 1,57 miliar shm (68%).
Pemegang shm <5% = 737,9 juta shm (31%).
Bagaimana dg nasib saham yg tdk beredar (9,7 miliar shm), hilang atau tetap dihitung modal Emiten?
Terus kalau emiten Rights Issue saham baru lagi,darimana asal dan hitung2annya. Tolong pencerahannya pak Teguh.

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal IV 2023 - Sudah Terbit!

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham