Prospek IHSG Menjelang Tahun Pemilu: Saham Apa yang Bakal Cuan?

Seperti yang kita ketahui, Indonesia sebentar lagi akan menggelar Pemilu sekaligus Pilpres pada tahun 2024, tepatnya pada hari Rabu, 14 Februari 2024. Dan salah satu pertanyaan yang sering diajukan adalah, bagaimana kira-kira prospek saham menjelang tahun pemilu tersebut? Karena meski IHSG memang selalu naik setiap tahun pemilu pasca era reformasi, namun persentase kenaikannya cenderung berbeda-beda, yakni 44.6% pada 2004, 87.0% pada 2009, 22.3% pada 2014, dan terakhir hanya 1.7% pada tahun 2019. Nah, jadi bagaimana dengan tahun 2024 nanti?

***

Ebook Market Planning edisi September 2023 yang berisi analisis IHSG, rekomendasi saham, info jual beli saham, dan update strategi investasi bulanan sudah terbit. Anda bisa memperolehnya disini, gratis info jual beli saham, dan tanya jawab saham/konsultasi portofolio untuk member.

***

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka kita bisa lihat lagi pengalaman penulis, dimana sebagai investor yang pertama kali belajar saham pada tahun 2009 lalu, maka saya sudah pernah merasakan setidaknya tiga kali tahun Pemilu, yakni 2009, 2014, dan 2019. And here we go.

Pertama, menjelang Pemilu biasanya Pemerintah meluncurkan kebijakan-kebijakan populis yang bertujuan untuk menarik simpati masyarakat banyak, seperti menaikkan gaji ASN / PNS, menaikkan upah minimum buruh, memberi bantuan sembako, dan sebagainya. Contohnya, baru saja ketika artikel ini ditulis, Presiden Jokowi mengumumkan bahwa Pemerintah akan memberikan bantuan 10 kilogram beras per bulan per kepala keluarga, bagi 21 juta keluarga penerima manfaat (KPM) di seluruh Indonesia, selama tiga bulan mulai September hingga November 2023, dimana itu sekaligus menjadi operasi pasar untuk kembali menurunkan harga beras yang sedang naik akhir-akhir ini.

Dan meski kebijakan tersebut bisa dikatakan bernuansa politis, yakni agar masyarakat mau berpartisipasi dalam Pemilu itu sendiri (karena kalau rakyat kecil kelaparan maka jangankan diajak mencoblos capres tertentu, sekedar untuk datang mencoblos ke TPS juga mereka gak akan mau), namun dari sudut pandang pelaku pasar/investor, maka kebijakan itu akan menstimulus ekonomi. Karena dengan naiknya gaji plus adanya bantuan sembako maka masyarakat akan punya lebih banyak (sisa) uang untuk dibelanjakan, sehingga tingkat konsumsi meningkat, dan pada akhirnya menaikkan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Dan jika ekonomi bagus maka diharapkan kinerja para emiten juga akan bagus, sehingga sahamnya kemudian akan naik.

Lalu kedua, setiap Pemilu tentunya diawali dengan masa kampanye terlebih dahulu, dimana para calon presiden, calon anggota DPR, DPD, dan DPRD semuanya mengobral janji-janji untuk masyarakat. Dan ketika semua ‘angin surga’ tersebut disampaikan secara intens dan terus menerus maka akan timbul optimisme di masyarakat tentang kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang, yakni jika capres/caleg jagoannya terpilih. Kemudian jika janji-janji tersebut berkaitan dengan industri atau sektor ekonomi tertentu, maka saham dari emiten di sektor yang bersangkutan bisa naik banyak, bahkan meski janji-janji di atas sama sekali belum terealisasi. Contohnya? Well, pada pilpres 2014 lalu, salah seorang capres ketika itu yakni Jokowi sudah berkampanye bahwa jika ia terpilih jadi presiden, maka ia akan membangun infrastruktur besar-besaran di seluruh Indonesia. Alhasil saham-saham BUMN konstruksi seperti Adhi Karya, Waskita Karya, PP, hingga Wijaya Karya semuanya sudah naik signifikan bahkan sejak tahun 2013-nya, dan kembali naik di tahun 2014 ketika Pak Jokowi resmi terpilih sebagai Presiden, meskipun pembangunan infrastruktur itu sendiri ketika itu masih belum dimulai.

However, untuk tahun 2019 ceritanya agak berbeda karena kalau anda masih ingat, suasana politik ketika itu cenderung sangat panas terutama sejak Pilkada DKI Jakarta tahun 2017-nya, sehingga investor kemudian menjadi khawatir, plus terbongkarnya Skandal Jiwasraya pada akhir tahun 2019 tersebut, yang kemudian bikin investor minggat. Dan alhasil untuk tahun 2019 itu IHSG secara keseluruhan hanya naik 1.7% saja, atau jauh lebih rendah dibanding kenaikan pada tahun pemilu 2004, 2009, dan 2014.

Okay, lalu bagaimana untuk tahun pemilu 2024 ini? Nah, seperti disebut diatas, Pemerintah sudah mulai bagi-bagi sembako sehingga tingkat konsumsi diharapkan akan naik, sedangkan kinerja ekonomimakro itu sendiri secara umum sudah pulih sama sekali pasca pandemi, plus situasi politik pada hari ini juga jauh lebih adem dibanding tahun 2019 lalu. Sehingga, dengan asumsi tidak ada ‘surprise’ lagi seperti dulu kasus Jiwasraya, maka harusnya saham-saham akan naik signifikan di tahun 2024 nanti. Dan agar cuannya maksimal maka kita bisa ambil posisi belanja sejak dari sekarang, atau paling lambat pada akhir tahun 2023 nanti.

Terakhir, pilihan sahamnya apa saja? Unfortunately sampai dengan ketika artikel ini ditulis maka dari semua bakal capres yang ada (Ganjar, Anies, Prabowo), maka mereka belum menawarkan janji-janji yang secara spesifik menyasar sektor ekonomi tertentu, seperti dulu Pak Jokowi dengan janji infrastrukturnya. Disisi lain kalaupun kita menganggap bahwa siapapun presidennya nanti maka ia akan melanjutkan pembangunan infrastruktur, maka situasi BUMN konstruksi pada hari ini sudah sangat berbeda dibanding tahun 2014 lalu, dimana meski Waskita Karya dkk masih terus menerima proyek infrastruktur baru dari Pemerintah, tapi perusahaan saat ini sedang rugi besar plus dililit utang jumbo yang tidak sanggup mereka bayar, dan masih belum ada kejelasan kapan masalahnya akan selesai.

Saham WSKT pernah terbang dari 300-an hingga hampir tembus 3,000 pada tahun 2014 - 2016, tapi sekarang dia malah disuspen.

Sehingga untuk tahun 2024 ini maka mungkin pilihannya bukan lagi dari sektor konstruksi, melainkan sektor lain (Mungkin properti? Karena salah satu bacapres dulu pernah kampanye DP nol persen). Anyway, jika nanti kita sudah masuk sesi kampanye dan debat capres maka artikel ini akan di-update lagi, mudah-mudahan tidak terlalu lama lagi dari sekarang. Just stay tune!

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 30 analisa saham pilihan edisi terbaru Kuartal II 2023 sudah terbit, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon selama IHSG masih dibawah 7,200, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio, langsung dengan penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun