Boleh Beli Saham BBRI BMRI BBNI Sekarang? Mumpung Lagi Turun?

Pak Teguh saya sudah baca tulisan terakhir bapak tentang proyeksi kinerja laporan keuangan (LK) emiten perbankan, dimana bapak memprediksi bahwa kinerja mereka di Q2 ini akan turun dan karena itulah kita sebaiknya jangan beli dulu sahamnya. Pertanyaannya, bukannya ini justru kesempatan untuk beli BBRI dkk di harga murah? Betul kinerjanya tahun ini sedang turun, tapi kan suatu hari nanti kinerja tersebut akan naik lagi, atau istilahnya turn around, dan demikian pula sahamnya akan naik. Ataukah kita tetap harus tunggu sampai LKnya bagus dulu lalu baru masuk? Mohon penjelasannya pak.

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q2 2025 akan terbit tanggal 8 Agustus 2025, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 8 Agustus, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

***

Jawab:

Pemikiran yang bagus pak. Betul, jika ada perusahaan yang secara historis berfundamental bagus namun sahamnya turun karena kinerjanya kebetulan sedang turun, maka jika kita asumsikan bahwa kedepannya kinerjanya akan naik lagi, maka penurunan tersebut justru menjadi kesempatan untuk beli lagi sahamnya di harga diskon. Namun yang perlu dicatat disini adalah, kinerja yang bagus di masa lalu tidak menjadi jaminan bahwa kinerja perusahaan kedepannya akan bagus lagi. Dan faktanya ada cukup banyak perusahaan yang di masa lalu sukses mencatat pendapatan serta laba bersih yang konsisten bertumbuh, tapi kemudian turun pada tahun tertentu, dan setelah itu kembali turun di tahun-tahun berikutnya. Contohnya? Well, PT Unilever Indonesia, Tbk (UNVR), yang sebelum tahun 2019 kinerjanya naik terus, demikian pula sahamnya naik terus. Tapi memasuki 2019, labanya berbalik turun, dan ternyata setelah itu terus turun sampai sekarang, dan demikian pula sahamnya ikut turun.

Sehingga, untuk memperoleh asumsi yang kuat bahwa laba bersih perusahaan suatu hari nanti akan kembali naik, maka track record saja tidak cukup, melainkan kita harus mempelajari situasi ekonomi dll yang berpengaruh terhadap kinerja perusahannya itu sendiri. Dan di artikelnya saya juga sudah menyampaikan bahwa penurunan kinerja BBRI, BMRI, dan BBNI kemungkinan disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi, di mana situasi ekonomi sekarang ini, meski tidak separah era covid, tapi tetap terhitung lebih buruk dibanding rata-rata kinerja makroekonomi nasional dalam lima, atau sepuluh tahun terakhir. Dan salah satu penyebabnya adalah efisiensi belanja Pemerintah sejak akhir tahun 2024 lalu, karena alokasi anggarannya dipindahkan ke sejumlah program baru seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), program 3 juta rumah, sekolah rakyat, hingga pembentukan Koperasi Desa.

Nah kabar baiknya, sejauh ini program-program baru tersebut berjalan secara tepat waktu, terakhir Presiden Prabowo baru saja meresmikan peluncuran Koperasi Desa Merah Putih. Sehingga, dengan kembali terbukanya keran anggaran belanja Pemerintah, maka kita bisa berharap bahwa ekonomi akan kembali tumbuh. Namun kabar buruknya, seperti halnya efisiensi anggaran sudah terjadi sejak 2024 lalu namun dampaknya terhadap kinerja emiten perbankan baru kelihatan di Q1 dan Q2 2025 ini, maka ketika sekarang program-program Pemerintah sudah berjalan dan roda ekonomi kembali berputar, maka dampaknya terhadap kinerja perbankan kemungkinan baru akan kelihatan di awal 2026 nanti.

Meski IHSG sudah mulai naik lagi, tapi BBRI masih mentok di Rp3,800.

Karena itulah, meski saya tetap setuju bahwa kinerja BBRI dkk akan kembali pulih, dan bahwa penurunan harga sahamnya sejauh ini sudah cukup dalam sehingga setelah ini dia akan naik lagi (sudah dijelaskan disini), namun harusnya kenaikannya tidak akan terjadi dalam waktu dekat, terutama karena belum tentu juga berjalannya program pemerintah akan secara otomatis kembali menggerakkan roda ekonomi, karena masih ada sejumlah faktor lain yang juga berpengaruh seperti penurunan harga komoditas, penerimaan pajak yang belum sesuai target, masih lemahnya kurs Rupiah di Rp16,000 per Dollar, hingga penetapan tarif ekspor ke US yang kemarin sudah disepakati sebesar 19%. Sehingga, jika bapak sudah pegang BBRI, BMRI, dan BBNI sejak awal maka boleh hold, tapi jangan dulu tambah posisi. Melainkan, dalam jangka waktu antara 3 hingga 6 bulan ke depan kita bisa fokus ke saham-saham lain dulu yang kinerjanya di tahun 2025 ini jelas bagus, dan alhasil sahamnya bisa naik lebih cepat. Misalnya yang sudah dibahas disini, PT Trimegah Bangun Persada, Tbk (NCKL), PT Elang Mahkota Teknologi, Tbk (EMTK), hingga PT Blue Bird, Tbk (BIRD). Atau kita bisa tunggu para emiten merilis LK untuk periode Q2 2025, akhir Juli ini, dimana jika ada yang kinerjanya bagus maka itulah yang sahamnya kita beli.

Okay Pak Teguh, jadi untuk saham perbankan ini nanti saja kita lihat lagi di awal 2026. Tapi gimana kalau sahamnya keburu naik duluan pak? Soalnya sering sebuah saham rilis LK terbaru dan hasilnya bagus, tapi sahamnya sudah naik sejak sebelum LK tersebut keluar? Yes, jika benar kinerja BBRI dkk akan kembali tumbuh di Q1 2026 nanti, yang mana LKnya baru akan dirilis bulan Mei 2026, maka bisa jadi sahamnya akan sudah naik sejak sebelum LKnya rilis. Tapi bapak tetap tidak perlu khawatir bakal ketinggalan kereta karena, pertama, BBRI dkk itu saham big caps, yang sulit untuk naik tinggi kecuali jika ada dana besar yang masuk (dan sebaliknya sulit untuk turun dalam kecuali jika ada investor besar jualan), biasanya dana milik investor asing. Namun seperti yang kita ketahui, hingga ketika artikel ini ditulis asing masih terus mencatatkan net sell di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lalu kedua, meskipun kinerja BBRI dkk diperkirakan akan tetap turun sampai akhir tahun 2025 ini, namun nanti pada akhir 2025 tersebut kita akan sudah bisa memproyeksi bagaimana kira-kira kinerja perusahaan di 2026, apakah benar akan pulih lagi atau tidak, berdasarkan data terbaru pertumbuhan ekonomi dll pada waktu yang sama. Dan jika kesimpulannya adalah bahwa kinerjanya akan pulih, maka kita akan bisa beli sahamnya sebelum LKnya dirilis.

Kesimpulannya, sekali lagi jika bapak sudah pegang saham perbankan maka boleh tetap hold, tapi jangan dulu tambah posisi, terutama karena untuk saat ini masih ada saham-saham lain yang bisa langsung bapak beli, salah satunya yang sudah disebut di atas. Semoga lancar!

***

Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q2 2025 akan terbit tanggal 8 Agustus 2025, dan sudah bisa dipesan disini. Tersedia diskon bagi yang memesan sebelum tanggal 8 Agustus, serta gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis.

Dapatkan postingan terbaru dari blog ini via email. Masukkan alamat email anda di kotak dibawah ini, lalu klik subscribe

Komentar

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q2 2025 - Terbit 8 Agustus

Live Webinar How to Invest in US Stocks, Sabtu 28 Juni 2025

Prospek Saham Adaro Minerals Indonesia (ADMR): Better Than ADRO?

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 19 Juli 2025

Video Seminar How to Invest in US Stocks - 2025

Mengenal Saham Batubara Terbesar, dan Termurah di BEI

Saham BBRI Anjlok Lagi! Waktunya Buy? or Bye?