Perbandingan Saham Sektor CPO

Pada artikel sebelumnya, disebutkan bahwa perusahaan CPO terbesar saat ini jika dilihat dari ukuran asetnya adalah UNSP dengan aset 12.4 trilyun. Namun jika dilihat dari kapitalisasi pasar (market cap) atau nilai jual perusahaan dipasar, UNSP bukanlah perusahaan terbesar, sama sekali bukan. Perusahaan CPO terbesar di IDX pada saat ini adalah AALI dengan market cap 34.3 trilyun, disusul LSIP 13.3 trilyun, dan SMAR 12.5 trilyun. Lalu dimana posisi UNSP?

Well, anda tidak perlu kaget jika saya katakan UNSP adalah perusahaan CPO dengan nilai jual terendah kedua di IDX setelah TBLA. Kok bisa? Bisa lah, soalnya UNSP menjadi satu-satunya perusahaan CPO di IDX yang banyak mengalami kerugian dalam beberapa tahun terakhir. Kalo TBLA sih, memang karena perusahaannya kecil, asetnya cuma 2.8 trilyun.


Nah, sekarang kita sampai di pertanyaan terbesarnya: saham CPO mana yang punya prospek paling bagus untuk beberapa waktu kedepan?

Anda mungkin memperhatikan bahwa AALI turun terus dalam beberapa minggu terakhir. Kenapa ya? Bukankah kinerjanya pada Q1/10 kemarin bagus? Kinerjanya sih emang bagus, kemarin AALI mencatat kenaikan laba bersih 24.9%. Masalahnya, harganya saat ini emang udah kemahalan. Pada harga penutupan hari ini yaitu 21,800, AALI mencatat PER 31.6 kali, itu adalah PER terbesar disektor CPO. (kebayang waktu harganya masih 25,350, berapa PER-nya?). Market cap-nya yang 34.3 trilyun itu juga kelewat mahal (bandingkan saja dengan peringkat keduanya yang cuma 13.3 trilyun). Sebenarnya saya juga nggak mengerti, apa sih yang membuat AALI bisa naik hingga sempat menembus 25,000 kemarin? Soalnya harga wajarnya kalau dilihat dari fundamentalnya sebenarnya cuma 15,000 – 17,000, meski kalau dilihat dari sisi teknis, AALI layak berada pada posisi diatas 20,000.

Sayangnya, beberapa perusahaan CPO dengan kinerja terbaik, adalah mereka dengan harga saham termahal. AALI, SGRO, dan LSIP adalah tiga perusahaan CPO dengan kinerja keuangan terbaik pada Q1/10. Namun harga mereka saat ini relatif sudah agak terlalu tinggi, dengan rata-rata market cap diatas tiga kali dari nilai ekuitasnya masing-masing.

Emiten lainnya yang juga termasuk mahal adalah GZCO dan BWPT. Khusus GZCO, sahamnya sudah naik 78.3% sepanjang tahun 2010 ini.

Saham-saham CPO yang masih murah adalah UNSP, SMAR, dan TBLA. Untuk UNSP, meski sahamnya murah namun kecil kemungkinannya untuk bisa menguat banyak dalam waktu dekat ini, sebab UNSP adalah anggota dari B7. Sebagaimana kita ketahui, koki B7 belum masuk dapur kembali. Namun pencapaian laba bersih yang diperoleh pada Q1/10 ini membuat UNSP punya peluang untuk menguat secara alamiah, meski peluangnya tentu saja kecil.

SMAR? Ini adalah saham dengan kinerja perdagangan yang aneh. SMAR merupakan perusahaan besar, namun sahamnya sama sekali tidak likuid. Tapi disisi lain, volatilitasnya (naik turun sahamnya) cenderung besar. Pergerakan sahamnya dalam setahun terakhir sama sekali tidak mengikuti fundamentalnya. SMAR ini merupakan gorengannya Grup Sinarmas. Sebenarnya sayang juga kita gak bisa pasang saham disini, sebab SMAR ini kinerjanya bagus.

So, tampaknya TBLA adalah pilihan terakhir. Mempertimbangkan nilai PER-nya yang baru 9.2 kali, market cap-nya yang hanya 1.7 kali nilai ekuitasnya, dan kenaikan laba bersih sebesar 96.7% pada Q1/10 kemarin, TBLA punya potensi untuk menguat dalam waktu dekat. Sayangnya karena TBLA ini merupakan saham kecil, anda harus hati-hati dengan spekulasi permainan harga saham yang mungkin bisa terjadi terhadapnya. Tapi sejauh pengamatan saya sih, TBLA relatif aman dari acara memasak para bandar.

Komentar

eld mengatakan…
halo teguh, boleh tanya beberapa hal? saya melakukan kesalahan dengan membeli bwpt pada harga 660, untung tertutup dengan tbla, maklum masih dalam tahap blajar fundamental.
yg saya tanyakan, haruskah saya menjual bwpt? atau keep saja untuk long term? yg saya lihat liquiditasnya kurang, pernya 16 dibandingkan dengan perusahaan cpo lainnya, namun bwpt masih punya kas dari hasil ipo & lahan yg belum digarap masih cukup banyak. menurut teguh bagaimana?
terima kasih atas responnya :)

ARTIKEL PILIHAN

Live Webinar Value Investing, Sabtu 27 April 2024

Ebook Investment Planning Kuartal I 2024 - Terbit 8 Mei

Indo Tambangraya Megah: Masih Royal Dividen?

Laporan Kinerja Avere Investama 2022

Prospek Saham Energi Terbarukan, Kencana Energi Lestari (KEEN)

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Perkiraan Dividen PTBA: Rp1,000 per Saham