Telkom

Telkom (TLKM) hari ini ditutup turun 1.94%, relatif kecil dibandingkan dengan penurunan yang dialami oleh anggota bluchip lainnya, tapi itu karena TLKM memang sudah turun cukup banyak dalam beberapa waktu terakhir. Dengan harganya kini yang cuma 7,600, harga TLKM telah turun cukup drastis sepanjang setahun terakhir, tepatnya sebesar 22.4% dari puncaknya pada posisi 9,800 yang dicapai pada 11 desember 2009 lalu. Artinya, TLKM sudah turun cukup banyak bahkan jauh sebelum IHSG turun drastis dalam seminggu terakhir.

Beberapa saham bluchip akhir-akhir ini memang dihargai terlalu mahal seiring dengan terus menguatnya IHSG. TLKM termasuk diantaranya. Meski sudah turun cukup dalam, namun nyatanya posisi 7,600 tersebut jika berkaca pada kinerja Q1/10, masih agak mahal. TLKM kini memiliki nilai jual dipasar 1.6 kali nilai asetnya, dan 3.7 kali nilai ekuitasnya. Annualized PE-nya juga masih cukup tinggi yaitu 13.5 kali.


Well, sebenarnya dimasa lalu angka tersebut tidak tampak terlalu aneh. Sebagai perusahaan yang hampir selalu menghasilkan laba bersih diatas 25% dari nilai ekuitasnya (yang berarti perusahaan hanya butuh waktu 4 tahun untuk balik modal), adalah wajar jika perusahaan TLKM dihargai 3 atau 4 kali dari nilai ekuitasnya. Namun, meski dengan asumsi bahwa laba bersih yang akan diterima TLKM dalam tiga kuartal berikutnya pada 2010 ini adalah sama dengan yang diperoleh pada kuartal pertama kemarin, dan ekuitasnya naik sekitar 10-12%, maka laba bersih yang akan dicatat TLKM hanyalah sekitar 22-24% dari nilai ekuitasnya.

Beberapa waktu terakhir, kinerja TLKM memang tidak terlalu menjanjikan, meski juga tidak turun. TLKM memang mencatat kenaikan laba bersih 13.0% pada Q1/10 dibanding Q1/09. Namun, kenaikan itu terutama hanya disebabkan oleh pendapatan non operasional, yaitu dari selisih nilai kurs Rupiah yang menguat. Jadi, mengingat dalam beberapa waktu terakhir ini Rupiah sedang turun (posisi terakhir sudah diatas 9,200 per US$), maka sepertinya TLKM akan kembali mengalami penurunan laba bersih pada first half 2010 nanti.

Penjualan TLKM pada Q1/10 naik 6.2%. Jika kita rinci, maka kita akan menemukan beberapa fakta menarik: pendapatan TLKM dari sektor telepon rumah turun 6.7%, dari sektor telepon seluler naik 3.0%, dan dari sektor jasa koneksi internet naik 24.7%. Lho, apanya yang menarik? Perhatikan: TLKM adalah satu-satunya pemain di bisnis telepon rumah di Indonesia. Beberapa perusahaan telekomunikasi lain, misalnya Bakrie Telecom, memang pernah juga masuk ke bisnis ini, namun skalanya masih sangat kecil kalau dibandingkan dengan TLKM. Nah, sebagai pemain tunggal, kok bisa-bisanya pendapatannya dari sektor ini malah turun? Kalau memang alasannya karena orang-orang sekarang lebih jarang pakai telepon rumah karena sudah pada punya handphone, kenapa pendapatan TLKM dari sektor telepon seluler naiknya cuma 3.0%? Pendapatan TLKM dari sektor jasa internet memang naik cukup besar, 24.7%. Namun, bisnis koneksi internet memang lagi hot-hotnya saat ini, dimana hampir semua pengguna komputer (termasuk saya) sudah menggunakan koneksi internet, jadi seharusnya kenaikannya bisa lebih besar dari itu.

Dengan kondisi seperti itu, maka TLKM masih mungkin untuk turun lebih rendah lagi. Apalagi dibarengi dengan penurunan IHSG akhir-akhir ini. Pertanyaannya, terutama bagi anda yang penasaran ingin masuk ke TLKM, kira-kira bakal sampai berapa turunnya?

Harga terendah TLKM dalam setahun terakhir adalah 7,000. Secara teknis, TLKM seharusnya bisa naik lagi setelah hari ini, tapi dalam situasi seperti sekarang ini mungkin sebaiknya analisis teknikal jangan dulu dipake. TLKM mungkin bisa turun sampai menembus 6,000-an, dan tidak bisa lebih rendah lagi dari itu. Kenapa tidak? Sebab jika TLKM turun terus sampai dibawah 6,000, maka nilai PE-nya akan menyentuh angka 10.6 kali. Secara psikologis, itu tak mungkin, sebab nilai PE para anggota bluchip tidak pernah berada dibawah 10 kali, kecuali jika dalam kondisi krisis seperti 2008 kemarin.

Komentar

Anonim mengatakan…
wah sedih banget nih...
nyangkut lagi di 8400 T_T
tampaknya cut loss aja ini..

ARTIKEL PILIHAN

Ebook Investment Planning Q3 2024 - Sudah Terbit!

Live Webinar Value Investing Saham Indonesia, Sabtu 21 Desember 2024

Mengenal Investor Saham Ritel Perorangan Dengan Aset Hampir Rp4 triliun

Prospek Saham Samudera Indonesia (SMDR): Bisakah Naik Lagi ke 600 - 700?

Prospek PT Adaro Andalan Indonesia (AADI): Better Ikut PUPS, atau Beli Sahamnya di Pasar?

Pilihan Strategi Untuk Saham ADRO Menjelang IPO PT Adaro Andalan Indonesia (AADI)

Saham Telkom Masih Prospek? Dan Apakah Sudah Murah?