Prediksi Saham ANTM, BRMS, ARCI, HRTA Imbas Kenaikan Harga Emas!
Pada ulasan terakhir terkait prospek saham di bidang tambang/perhiasan emas yang diposting tanggal 3 November kemarin, penulis menyebut bahwa harga emas dunia, yang ketika itu sudah naik tinggi ke level $4,015 per ounce (oz), kemungkinan kedepannya akan berhenti naik dan bergerak mendatar di rentang $3,900 – 4,200 per oz, tapi juga tidak akan turun sampai balik lagi ke misalnya $3,400. Dan jika benar harga emas bergerak mendatar maka saham-saham di bidang emas, seperti Hartadinata Abadi (HRTA), tetap berpeluang untuk naik lebih tinggi, sehingga jika anda sudah pegang sejak awal maka hold saja. Anda bisa baca lagi analisanya disini.
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.
***
However hingga hari ini, tanggal 28 Desember, harga emas ternyata bahkan naik lebih tinggi lagi, terakhir sudah tembus $4,532 per oz! Jadi otomatis saham-saham gold-related juga ikut naik tinggi, dan penulis kemudian menerima banyak pertanyaan: Saham terkait emas apa yang paling bagus di Bursa Efek Indonesia (BEI)? Karena pilihannya ada cukup banyak, dan kita tentu saja gak mungkin beli semuanya bukan? Nah, untuk menjawab itu maka berikut poin-poin penting yang harus anda perhatikan.
Pertama, sebagian besar perusahaan tambang emas yang terdaftar di BEI tidak hanya fokus di emas, melainkan mereka rata-rata juga punya usaha tambang mineral lainnya, seperti batubara, nikel, tembaga, hingga bauksit. Jadi kalau ada saham dari perusahaan yang bisnisnya murni di tambang emas saja, maka itu merupakan pilihan yang lebih baik, karena itu berarti kenaikan harga emas akan berdampak secara maksimal terhadap kinerja pendapatan serta laba bersih perusahaan. Lalu kedua, bisnis emas secara umum dibagi menjadi dua kelompok, yakni hulu (tambang), dan hilir (pemurnian, perhiasan, dan logam mulia). Dan bisnis hilir terhitung lebih menguntungkan dibanding hulu karena:
- Capital expenditure/modal kerja relatif lebih murah, karena cukup mendirikan pabrik dan membangun jaringan toko ritel. Jadi tidak seperti tambang yang harus melewati proses perizinan/AMDAL, eksplorasi, pembukaan lahan, pembangunan infrastruktur tambang, dan seterusnya, dimana itu semua butuh waktu bertahun-tahun.
- Risikonya rendah, yakni sebatas jika harga emas turun. Jadi beda dengan tambang yang harus menghadapi risiko operasional terhenti karena bencana banjir, tanah longsor, dll.
Nah, jadi sekarang mari kita cek lagi beberapa emiten terkait emas yang ramai dibicarakan akhir-akhir ini, karena saham yang bersangkutan memang sudah naik signifikan di sepanjang tahun 2025.
PT Aneka Tambang, Tbk (ANTM), harga saham Rp3,220, naik 111% secara year to date/YTD. Ini mungkin merupakan saham terkait emas paling viral di BEI, mengingat merk logam mulia (LM) ‘Antam’ merupakan merk paling populer bagi masyarakat yang ingin berinvestasi di LM, sehingga praktis investor berpikir bahwa ANTM itu sendiri merupakan perusahaan tambang/logam mulia/perhiasan emas. Namun faktanya, meski betul bahwa sebagian besar pendapatan ANTM berasal dari penjualan emas terutama dalam bentuk LM, tapi perusahaan juga ada segmen usaha nikel, dan bauksit serta produk turunannya yakni alumina. Kemudian berbeda dengan emiten tambang emas lainnya yang mampu meningkatkan volume produksi sehingga kinerja pendapatannya melejit (karena kombinasi kenaikan volume penjualan dan kenaikan harga jual), maka hingga Q3 2025 kemarin ANTM hanya memproduksi 590 kilogram emas, turun dibanding 743 kilogram di periode yang sama tahun 2024. Jadi betul, kinerja pendapatan ANTM tetap naik signifikan di tahun 2025 ini (naik 67% dibanding 2024), tapi seharusnya angka kemaikannya bisa lebih tinggi jika volume produksinya tidak turun.
PT Bumi Resources Minerals, Tbk (BRMS), Rp1,085, naik 213% secara YTD. Ini adalah perusahaan holding dengan kepemilikan di setidaknya lima anak usaha di bidang tambang, yakni PT Linge Mineral Resources (Provinsi Aceh, tambang emas dan perak), PT Dairi Prima Mineral (Sumatera Utara, tambang zinc/seng dan lead/timah hitam), PT Gorontalo Minerals (Gorontalo, tambang emas dan tembaga), PT Suma Heksa Energi (Banten, tambang emas dan perak), dan PT Citra Palu Minerals (Sulawesi Tengah, tambang emas dan perak). Namun demikian hingga tahun 2025 ini maka baru PT Citra Palu Minerals saja yang sudah berproduksi, sedangkan selebihnya masih dalam tahap perizinan dan/atau eksplorasi, dan itulah kenapa angka pendapatan BRMS terbilang kecil yakni $184 juta atau sekitar Rp3.0 triliun hingga Q3 2025, jauh dibawah pendapatan ANTM dari segmen emasnya sebesar Rp58.9 triliun pada periode yang sama. Kemudian perlu juga dicatat bahwa, berbeda dengan ANTM yang tidak hanya menggali bijih emas tapi juga mengolahnya menjadi logam mulia sebelum kemudian dijual ke konsumen akhir, maka BRMS sejauh ini hanya memproduksi bijih emas saja, dan itulah kenapa tingkat profitabilitas perusahaan juga terbilang kecil, dengan return on equity disetahunkan hanya 4% (sedangkan ANTM 24%). Dalam jangka panjangnya hingga 5 – 10 tahun ke depan, maka jika nanti empat anak usaha lainnya milik BRMS juga mampu berproduksi maka tentu kinerja perusahaan pada saat itu akan lebih baik, terutama jika harga emas itu sendiri tidak berbalik turun. Namun untuk saat ini maka bisa kita katakan bahwa kenaikan sahamnya lebih karena sentimen kenaikan harga emas saja, tapi bukan karena faktor fundamental kinerja perusahaan.
PT Archi Indonesia, Tbk (ARCI), Rp1,690, naik 581% secara YTD. Jika ANTM dan BRMS tadi tidak sepenuhnya fokus di tambang emas, maka bisnis ARCI ini 100% di emas, dengan satu lokasi tambang di Toka Tindung, Sulawesi Utara, yang sudah beroperasi sejak tahun 2011 lalu. Kemudian selain menggali bijih emas maka ARCI juga sudah memiliki fasilitas pemurnian emas, pabrik logam mulia, serta jaringan distribusi untuk produk LM-nya. ARCI adalah pemilik merk logam mulia ‘Lotus Archi’, yang meski tidak sepopuler LM Antam, tapi sudah mampu untuk memiliki pangsa pasarnya sendiri. Jadi jika dilihat sampai sini maka ARCI lebih baik dibanding ANTM maupun BRMS. However pada tahun 2022 lalu, salah satu pit di lokasi tambang milik perusahaan mengalami musibah longsor, dan pada tahun 2024 lagi-lagi terjadi longsor di lokasi pit yang lain. Maka praktis pada tahun 2022 dan 2024 tersebut aktivitas operasional perusahaan terganggu dan imbasnya volume produksi turun drastis, demikian pula pendapatan dan labanya turun. Beruntung, pada tahun 2025 ini tidak lagi terjadi musibah serupa dan alhasil volume produksinya sampai dengan Q3 2025 kemarin tercatat 90 kilo oz, naik dibanding 73 kilo oz di periode yang sama tahun 2024, dan imbasnya perusahaan sukses mencatat laba bersih $70 juta, jauh lebih baik dibanding rugi $4 juta pada periode yang sama tahun 2024. Tapi berdasarkan pengalaman di tahun 2022 dan 2024 tersebut, maka ARCI ini beresiko untuk kembali mengalami force majeure di tahun-tahun yang akan datang.
PT Hartadinata Abadi, Tbk (HRTA), Rp2,050, naik 479% secara YTD. Jika tiga emiten di atas lebih banyak bermain di segmen hulu (tambang), maka HRTA ini fokus sepenuhnya di segmen hilir, dimana cara kerja perusahaan adalah membeli bahan baku bijih emas dari perusahaan tambang lalu diolah menjadi perhiasan dan LM, termasuk LM Antam. Yup, bagi anda yang belum tahu, mengingat permintaannya sangat tinggi namun volume produksi ANTM, seperti disebut diatas, justru turun, maka ANTM akhirnya bekerja sama dengan beberapa pihak ketiga, termasuk HRTA, untuk juga memproduksi LM Antam dan alhasil, sebagian dari LM Antam yang beredar di pasaran itu tidak diproduksi oleh ANTM, melainkan oleh HRTA ini. Secara keseluruhan, HRTA memiliki pabrik perhiasan emas dan logam mulia (merk Antam dan juga merk ‘Emasku’ dan ‘EmasKita’), pabrik pemurnian emas, jaringan toko emas baik itu toko fisik maupun online, dan gerai gadai emas. HRTA adalah supplier utama produk LM untuk PT Pegadaian Galeri 24, dan kinerja perusahaan sudah tumbuh pesat sejak tahun 2018 lalu (volume produksi perhiasan emasnya naik terus sejak 2018 tersebut), dan semakin pesat dalam 1 – 2 tahun terakhir seiring booming investasi logam mulia di Indonesia.
Jadi dalam hal ini kita bisa katakan bahwa manajemen HRTA mampu memanfaatkan momentum kenaikan harga emas secara maksimal, dimana volume produksi dan penjualannya terus bertumbuh terutama untuk segmen LM, dan alhasil HRTA hingga semester pertama 2025 sukses menjual 8.1 ton LM atau setara 55% pangsa pasar LM di seluruh Indonesia, meroket dari hanya 1.3 ton LM atau setara 7% pangsa pasar di sepanjang tahun 2020. Imbasnya, hingga Q3 2025 ini HRTA mencetak pendapatan Rp25.2 triliun, melesat lima kali lipat dibanding tahun penuh 2021 sebesar Rp5.2 triliun, dan praktis merupakan emiten gold-related dengan realisasi pertumbuhan kinerja paling pesat di BEI. Kabar baiknya, karena tingkat utilitas fasilitas produksi HRTA baru mencapai 40% (HRTA di sepanjang tahun 2025 ini diperkirakan memproduksi 20 ton perhiasan dan LM, sedangkan kapasitas maksimalnya mencapai 48 ton per tahun), maka HRTA masih berpeluang untuk kembali meningkatkan volume produksinya di tahun-tahun yang akan datang.
Nah! Jadi setelah membaca penjelasan diatas maka sekarang anda sudah tahu, saham yang mana yang akan anda pilih. Mungkin perlu dicatat bahwa di luar empat emiten yang dibahas di atas, maka sebenarnya masih ada sejumlah saham lainnya yang sedikit banyak juga berhubungan dengan emas, seperti PT Amman Mineral Internasional, Tbk (AMMN), PT United Tractors, Tbk (UNTR), PT Indika Energy, Tbk (INDY), PT J Resources Asia Pasifik, Tbk (PSAB), PT Merdeka Copper Gold, Tbk (MDKA) dan anak usahanya PT Merdeka Gold Resources, Tbk (EMAS). Namun mengingat perusahaan-perusahaan di atas ada yang justru merugi (AMMN, EMAS), volume produksi emasnya turun (PSAB), bisnisnya lebih banyak di batubara (UNTR, dan INDY), dan bisnisnya lebih banyak di nikel (MDKA), maka kita bisa fokus di empat nama yang sudah dibahas di atas saja, yakni ANTM, BRMS, ARCI, dan HRTA.
Meski demikian perlu disampaikan pula bahwa, kalau misalnya
besok-besok harga emas turun lagi maka keempat saham di atas juga akan berbalik
turun, tak peduli meski kinerja laporan keuangannya masih bagus. Jadi kalau
misalnya anda sudah pegang sahamnya sejak awal maka boleh hold, and let the
profit run. Namun kalau baru mau masuk/tambah posisi sekarang, maka gunakan
dana kecil saja dulu. Semoga lancar!
Disclosure: Ketika tulisan ini diposting Avere Investama sedang dalam posisi hold HRTA di harga beli rata-rata Rp630. Posisi ini bisa berubah setiap saat tanpa pemberitahuan sebelumnya.
***
Ebook Investment Planning berisi kumpulan 25 analisa saham pilihan edisi Q3 2025 sudah terbit! Bisa dipesan disini, gratis tanya jawab saham/konsultasi portofolio langsung dengan penulis. Tersedia juga edisi sebelumnya yang bisa dipesan pada harga diskon.

Komentar